Bab Dua

32 3 0
                                    


Enam tahun yang lalu,

Perkenalan anggota OSIS tahun ajaran baru.

"Semuanya. Selamat karena kalian sudah tergolong kedalam anggota OSIS SMA Kencana Bakti. Dan hari ini adalah hari dimana kalian harus saling berkenalan satu sama lainnya. Karena sebelumnya kalian hanya bertatap muka melalui tes kepribadian dan wawancara saja, dan hari ini adalah kesempatan kalian semua agar dapat mengenal baik satu per satu anggota junior OSIS periode 2012- akhir tahun pelajaran selesai. Jadi, saya akan memulai dari saya sendiri. Seperti yang anda tau bahwa saya adalah Ketua OSIS SMA Kencana Bakti tahun ajaran yang baru, nama saya adalah Bagas Salih, biasa dipanggil Kak Bagas. Sekali lagi selamat bagi semua murid terpilih OSIS SMA Kencana Bakti yang baru ini." Seluruh anak yang berada di gasebo itupun bertepuk tangan atas salam pembuka pertemuan OSIS di hari pertama ini.

Bagi Tatti dan Lienna hari ini adalah hari yang membuat mereka mengenal beberapa murid anggota OSIS baru itu yang terdiri dari beberapa anak jurusan IPA dan IPS maupun Bahasa, dan mereka berdua cukup bersyukur karena diantara banyak anggota OSIS maka bakti mereka banyak calon yang terpilih yang memiliki kepribadian yang menarik.

Diantara banyak anak yang ada disana yang sudah berkenalan dan berjabat tangan satu persatu itu Tatti kemudian berjabat tangan dengan seseorang lelaki dengan air muka yang tegas dan juga memiliki rambut berwarna kecoklatan dengan hidung mancung juga bola mata hitam yang sangat beraura itu, Kulitnya berwarna kuning langsat dengan tinggi yang proposional.

Tatti cukup melihat aura hangat dari lelaki itu yang menjulurkan tangannya kepada Tatti tanpa menyebut namanya, ketika Tatti memperkenalkan dirinya kepada lelaki didepannya yang menatapnya dengan manik mata tajam.

"Hai, namaku Tatti, Tattiana Heniarti. Salam kenal." Tatti mengucapkan namanya kepada si lelaki dihadapannya itu yang kemudian hanya menjawab dengan hanya tanpa memberikan namanya yang membuat Tatti hanya diam di tempat memandangnya dengan lekat dan kemudian melepas pandangannya karena ada bagian antri di belakangnya itu.

"Aneh, sekali lelaki itu ? Hanya menjawabnya dengan anggukan saja?" batin Tatti. Dan lebih lagi dia kelupaan melihat name tagnya dibagian kanan kemeja seragamnya hanya karena memandang wajahnya saja itu. Tatti yang enak sedang melamun sampai melupakan bahwa gantiannya saat itu ketika dia harus berdiri sejejer dengan anak yang paling akhir dia salami, yaitu Si lelaki tadi.

Tatti pun diomeli oleh banyak anak yang ada di tempat itu karena buat macet acara salaman atau perkenalan Tanpa babibubebo Tatti pun akhirnya beranjak ke sebelah lelaki yang barusan menyalaminya dan membuat Tatti bertanya akan sesosok lelaki muda nan tampan. Dan dia pun menyalami beberapa anak sesudah dia mendapat jatah bersalaman yang masih dilanjutkan.

Tatti melihat sepintas beberapa anak yang bersalaman dengan dirinya diselingi dengan melirik lelaki disebelahnya itu. Tanpa disadari muka mereka pun bertemu pandang sesaat, dan anak itu hanya mengangguk seperti terakhir kalinya dia melihat Tatti.

"Memang dasar anak yang jaim. Apa dia akan menjadi lelaki yang tergolong populer nanti ? Hem.. mungkin saja dalam hitungan minggu atau hari, dia akan terkenal oleh banyak perempuan siswi disini. Bagaimana tidak dia berparas ganteng, dan satu lagi anak OSIS baru pula," batin Tatti kedua kalinya seraya mengerjab ketika salah seorang menyalami lelaki itu, lelaki misterius yang tidak dikenalnya itu. Dia tersenyum dengan salah seorang perempuan yang sedang bersalaman dengannya, kali ini berbeda. Dia memiliki senyum yang manis pula.

"Oh, Gods ! Dia punya lesung pipi." Kali ini Tatti tidak dapat menahan pandangannya pada lelaki itu, namun dia pun penasaran dengan perempuan yang tidak lain adalah orang yang mencuri senyuman lelaki ganteng yang baru saja dia kenal itu.

Perempuan yang mendapat senyum hangat dari seorang lelaki disebelahnya itu kemudian beranjak ke tempatnya dan akhirnya Tatti itu pun bersalaman dengan perempuan ini. Dia bernama Serin Almiralia.

Mirror on the wallWhere stories live. Discover now