Pengkhianatan

2.6K 152 29
                                    

Hai udah bulan November ternyata 😆😆😆,

Enjoy reading

###

Iqbal POV

Hari terus berganti, aku semakin dekat dengan Ilham. Bahkan dimana ada aku, disitu ada Ilham, kecuali di rumahnya Ilham. Aku sangat senang bisa dekat dengan orang yang aku cintai dan aku kejar selama ini, namun disisi lain aku merasa khawatir. Khawatir akan hubungan persahabatan ku dengan Anis, aku hanya takut Anis terjerumus ke jalan yang salah karena pengaruh Farhan. Namun aku tidak bisa melakukan banyak hal, aku tidak mau hubungan persahabatan ku hancur karena aku terlalu banyak ikut campur masalah Anis. Selain itu, aku juga memikirkan bang Iqbal yang tidak pernah menyapaku lagi. Aku sudah mendatangi kantornya, namun kata polisi yang lain, bang Iqbal sedang dinas keluar kota. Aku sendiri merasa janggal dengan semua itu, bagaimana bisa bang Iqbal mendadak dinas keluar kota sementara selama ini dia tidak pernah mendapatkan dinas seperti itu. Namun aku hanya berpikir positif bahwa bang Iqbal sedang perlu waktu untuk menyendiri, perlu waktu yang lebih lama untuk menyembuhkan luka di hati. Aku sendiri lebih baik sakit fisik daripada sakit hati.

"Nanti malam kita ke kafemu yuk." Ucap Ilham.

Aku terkejut mendengar itu, bagaimana Ilham bisa tahu bahwa aku punya kafe? Ya meskipun bukan milikku seutuhnya. Aku berusaha menutupi keterkejutan ku,

"Owh,,, i,, ya. " Jawabku terbata-bata.

Ilham langsung tersenyum dan pergi meninggalkanku. Aku hanya diam membeku, ada banyak tanya yang mengganjal di hati. Aku hanya berusaha memikirkan semuanya, terasa sangat aneh.

"Owh iya minta tanda tanganmu dong." Ucap Ilham yang kembali datang.

Aku yang sedang melamun, terkaget degan suara itu.

"Owh,,, i,,, yaaa,,,, " Jawabku gugup.

"Kamu kenapa sih? Sakit? " Tanya Ilham khawatir.

"Owh, nggak kok. Dimana tandatangannya? " Tanyaku menutupi kebohongan ku.

"Oh kirain sakit, disini. " Ucap Ilham sambil menunjuk ujung kertas.

Aku pun menandatangani,

"Terima kasih. " Ucap Ilham lalu pergi.

Aku hanya memandang punggung, tanpa banyak respon. Aku hanya masih memikirkan semua yang bergejolak di dalam hati.

####

Bang Iqbal POV

Sudah lama sekali aku berusaha menjauhi Ibal, bukan karena rasa sakit hatiku. Hanya saja, aku tak mau Ibal begitu mengkhawatirkan aku. Bahkan aku bisa melihat dengan jelas bahwa dia terus mencari keberadaanku. Untungnya aku sudah mengatakan kepada rekan dan atasan ku bahwa jika ada yang mencari, jawab saja sedang dinas keluar kota. Aku bisa melihat Ibal terus menanyakan ku meski sudah mendapat jawaban dari rekan-rekanku, namun dia seolah tidak percaya dan ragu akan kabar itu.

"Begitu rindu kah dia?" Gumanku saat melihat dia kembali menanyakan ku di kantor.

Aku memang menjadi orang paling jahat saat ini, namun aku tahu alasan dia mencari ku. Aku hanya tidak ingin merusak kebahagiaan yang sedang dia rasakan bersama orang yang dia impikan.

"Sabar Bal, abang pasti datang sebentar lagi. Abang hanya perlu sendiri. " Ucapku saat melihat dia keluar dari kantor dengan raut wajah yang sangat kecewa.

Aku mengikuti Ibal sampai rumah untuk memastikan dia baik-baik saja, aku bahkan tidak bosan mengikutinya kemana pun. Yap, semenjak aku menjauh darinya, aku selalu mengikuti kemana Ibal pergi, kecuali aku sedang tugas saja.

Gara-gara Ilham (End) Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon