Janji dan Bukti (END)

3.7K 161 31
                                    

Buat yang mau join grup tele.

https://t.me/joinchat/UxA_IR2fBuR-6u_NKLxrBw

####

Iqbal POV

Lega rasanya setelah semua terselesaikan, tidak ada yang berubah dari perjalanan hidupku. Kami semua mulai sibuk dengan urusan masing-masing. Kami semua mendaftar di kampus yang sama, hanya beda jurusan saja. Farhan yang takut karena tidak mampu membayar biaya yang sangat mahal, kini terdaftar sebagai mahasiswa kedokteran, tentunya dengan bantuan pak Rajasa. Adel yang juga tidak mau kuliah karena biaya, kini terdaftar sebagai mahasiswa pendidikan biologi. Ilham mengambil tekhnik elektro, sementara aku mengambil managemen. Selain itu, kami semua serumah, bersama dengan bang Iqbal dan Anis yang mengikuti kami.

"Ingat ya, kalau ada masalah, cerita. Biar kita cari solusi bareng." Ucap bang Iqbal memperingatkan.

Kami semua hanya mengangguk, memang harus seperti itu. Aku juga tidak mau jika ada masalah, tiba-tiba diam dan menghilang gitu aja. Saat pembagian kamar, aku harus sekamar dengan Ilham. Sementara bang Iqbal dan Anis juga sekamar, sedangkan Adel dan Farhan, sendiri-sendiri. Aku memilih kamar di lantai 2 karena bisa melihat pemandangan kota di malam hari. Farhan juga terpilih menggunakan kamar diatas, sementara kamar bang Iqbal-Anis dan Adel di lantai bawah.

"Cewek-cewek tugasnya masak ya, biar yang belanja ke pasar itu cowok." Ucap bang Iqbal.

Aku mengerti mengapa bang Iqbal meminta seperti itu, hanya aku yang bisa masak di antara cowok lainnya.

"Yaudah kalian bisa ke kamar masing-masing." Ucap bang Iqbal setelah menjelaskan banyak hal.

Kami semua berjalan ke kamar masing-masing, rasa lelah karena perjalanan dari kampung sangat memakan waktu. Aku juga sedikit heran karena bang Iqbal terliat segar bugar saja, padahal dia menyetir dari rumahku ke kontrakan sini.

"Ham,,,, " Ucapku selembut mungkin.

Ilham hanya menoleh, memandangku yang terlihat tak jelas.

"Pengen." Ucapku malu-malu.

Ilham menghela napas berat,

"Tapi pelan-pelan ya." Final Ilham.

Aku bingung seketika dengan ucapan Ilham, tapi tak lama aku tersadar dengan ucapanku waktu itu.

"Kamu jangan tinggalkan aku ya." Ucapku mendekat padanya.

"Buat apa pergi, kalau yang ku cari ada disini." Balasnya lalu mencium ku.

Aku membalas ciuman Ilham, dia seolah ingin menjelajahi semua mulutku.

"Kamu nggak boleh selingkuh." Ucapku setelah mendorong dengan paksa tubuhnya.

Ilham terlihat kecewa dengan perlakuan sepihak ku, tapi tak lama tersenyum.

"Aku tidak akan selingkuh, kamu sudah lebih dari cukup." Ucapnya manis.

"Akan ku buat kau menyesal kalau selingkuh." Bisikku menggoda,

Tak perlu menunggu jawaban Ilham, aku langsung menjilat dan mengemut pelan daun telinganya. Ilham hanya pasrah dengan apa yang aku lakukan, dia tidak mendesah, lebih tepatnya menahan diri agar tidak mendesah. Aku pun tak kehabisan akal, aku langsung menjilati lehernya dengan kasar sambil melepas paksa bajunya, tak peduli akan robek.

"Ah,,,, Ah,,,, " Desah Ilham sambil menekan kepalaku, seolah ingin lebih dalam lagi.

Aku semakin bersemangat mendengar desahan Ilham, sesekali aku mengigit pelan yang membuatnya semakin mendesah.

Gara-gara Ilham (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang