10 - How Could it Be?

3.7K 320 9
                                    

Suasana di kedai ayam gepuk bisa dibilang tidak terlalu ramai. Mengingat bahwa memang sudah melewati jam makan siang, jadi hanya ada beberapa orang yang sedang makan dan sekedar duduk santai disana.

Kirana dan Devi sudah menyelesaikan makannya. Kini mereka tengah duduk bersandar pada kepala kursi karena kekenyangan. Bagaimana tidak kekenyangan? Dengan harga yang murah, penjual ayam gepuk ini tidak pelit. Bahkan ketika mereka—lebih tepatnya Devi meminta nasi dan sambal lebih, sang penjual pun dengan gampangnya memberikannya. Katanya sih sudah langganan. Hal inilah yang membuat mereka selalu menyukai ayam gepuk yang satu ini.

"Dev, udah mendingan?" Tanya Kirana khawatir. Pasalnya sudah lima menit lebih Devi tidak kunjung bersuara.

"Udah, Ra." Jawab Devi singkat. Perut Devi terasa sangat penuh. Padahal dia
hanya makan dua porsi nasi dan minum dua gelas es teh jumbo.

"Mau langsung pulang?"

Devi menggelengkan kepalanya pelan.

"Nanti dulu deh, Ra. Masih begah."

Kirana pun memahaminya. Entah kenapa, Kirana tiba-tiba ingin menanyakan sesuatu kepada Devi. Sesuatu yang selama beberapa bulan ini mengganggu pikirannya.

"Eh Dev, gue mau nanya dong. Ehm—ngga jadi deh."

"Apa sih, Ra?" Devi pun menangkap gelagat aneh pada sahabatnya itu.

Kirana pun mau tidak mau melanjutkan niatnya untuk bertanya, karena Devi adalah tipe orang yang harus diberi kepastian. Kalau tidak, Devi akan terus meneror bahkan mengancamnya untuk mengatakan hal tersebut.

"Gue sebenernya ngga mau ganggu privasi lo, tapi gue udah ngga tahan buat ngga nanyain ini."

"Tanya apa sih? Buruan deh Ra." Jawab Devi mulai tak sabar dengan sifat Kirana yang suka menarik ulur waktu.

"Ehm Dev, lo kenal sama Tante Rina?" Akhirnya, pertanyaan yang selama ini ia simpan di kepalanya lepas begitu saja. Membuatnya merasa sedikit tenang walaupun Devi belum memberikan jawaban sedikit pun.

"Tante Rina? Tante Rina yang mana nih?" Tanya Devi bingung, jelas saja. Dia kenal dengan tiga orang Tante Rina. Yang pertama Tante Rina—ibu temannya waktu sekolah dasar dulu, yang kedua Tante Rina—pemilik kedai donat langganannya dan yang terakhir Tante Rina—tantenya sendiri.

"Itu, Tante Rina yang ada di ulang tahun lo, kalo gue ngga salah waktu itu, dia make long dress warna hitam sama kerudung warna gold."

Di dalam otak Devi pun kini hanya ada satu nama yang sangat sesuai dengan yang dibicarakan oleh Kirana.

Tante Rina yang Kirana maksud adalah—Istri dari om kesayangannya, Om Adhi yang juga merupakan Mommy-nya Sean.

"Oh itu, dia tante gue." Devi menjawab sekenanya. "Lo kenal juga sama Tante Rina?" Devi kini mulai merasa nyaman, karena begah di perutnya sedikit berkurang.

"Dia, temennya Mama. Dan kita pernah ketemu dulu waktu senam."

Devi pun spontan mengerutkan keningnya mengingat-ingat hal penting yang mungkin ia lupakan. Setelah mengingatnya, dengan gagap Devi pun kembali melontarkan pertanyaan kepada Kirana.

"O-oh yang dulu lo pernah cerita mau dikenalin sama anaknya?"

Kirana menganggukkan kepalanya pelan membenarkan setiap kata yang terucap oleh Devi.

Devi pun dibuat pusing tujuh keliling. Pikirannya berjalan kesana kemari. Memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi. Dia pun kembali teringat ketika waktu itu Sean putus dengan Selena. Dalam diam, Devi pun mulai merangkai satu demi satu kejadian. Dimulai dari Kirana yang akan diperkenalkan dengan anak Tante Rina, kemudian tentang Sean yang putus karena akan dijodohkan dan yang terakhir, yang memperkuat semua dugaannya adalah ucapannya beberapa bulan yang lalu,

Pengagum RahasiamuWhere stories live. Discover now