Satya, sudah berada di parkiran depan sebuah restoran lebih dari lima belas menit. Tangannya meremas pinggiran setir mobil dengan kening yang dia tempelkan di bagian atas setir. Tak terhitung berapa kali dia menghela nafas, bahkan Satya tidak juga berhasil menenangkan detak jantungnya yang berdebar tidak karuan.
Saat ini banyak pemikiran tengah berkecamuk di dalam kepala Satya, tentang seseorang mirip Langit yang dia temui di tempat Garda dan pasti akan dia tuntut penjelasannya dari adiknya saat pulang nanti. Tapi sekarang ada yang jauh lebih penting, menyangkut masa depannya, mungkin. Seseorang yang harus dia temui di dalam sana, seseorang yang bahkan Satya tidak duga akan bertemu lagi setelah sekian lama. Lima tahun? Atau enam tahun? Sudah selama itu mereka tidak bertemu.
Bukankah ini membuktikan bahwa dunia itu sebenarnya tidak seluas yang orang duga? Buktinya, sekarang Satya bisa bertemu lagi dengan seseorang itu lewat mama nya.
Satya menghembuskan nafas lagi sebelum akhirnya memutuskan untuk keluar dari mobil dan masuk ke dalam restoran, dia tidak mungkin membuat partner kencan buta nya menunggu terlalu lama. Satya harus menunjukan keberaniannya sebagai seorang laki-laki.
Seorang pelayan restoran membuka kan pintu, Satya menyebut nama mama nya yang melakukan reservasi di sana. Mata nya mengedar, tak butuh waktu lama untuknya mengenali sosok perempuan yang tengah duduk dan sudah menyadari keberadaan Satya di sana.
"Kak Satya!" dia melambaikan tangan dengan senyum lebar ke arah Satya.
Senyum lebar yang sama, wajah ceria yang sudah Satya lihat sejak pertama berkenalan dengan perempuan itu delapan tahun yang lalu. Satya berjalan menghampiri meja, kemudian duduk di hadapan perempuan dengan wajah yang terlihat antusias dengan kehadiran Satya.
"Rachel." Satya tersenyum kecil, sedikit canggung dengan pertemuan mereka setelah sekian lama.
Rachel Adinata, terlihat jauh berbeda penampilannya dari terakhir kali mereka bertemu. Rachel yang dulu dia kenal selalu mengikat rambutnya ekor kuda, lebih sering mengenakan kaos dan jins belel juga sepatu sneakers. Gadis tomboy yang terpaut tiga tahun dari nya, saudari kembar dari Alissa Adinata. Cinta pertama seorang Prasatya Bagaskara.
"Maaf, ya. Kamu jadi nunggu lama." bahkan Satya merasa tidak sanggup menatap wajah yang justru terlihat senang melihat nya, kenapa Satya malah merasa sedih? Ataukah jauh dilubuk hatinya dia belum bisa merelakan kepergian Allisa?
Rachel menggelengkan kepala, rambutnya yang ikal ikut bergerak-gerak. "Enggak apa-apa, kok, Kak. Jalanan Jakarta kan memang kayak ladang ranjau." Rachel tertawa kecil, "Kak Satya apa kabar? Nggak nyangka deh ternyata kakak yang mau dikenalin mama ke aku."
Satya menatap Rachel dan membalas senyuman nya, "Iya, aku juga enggak nyangka bisa ketemu kamu lagi. Kamu banyak berubah, ya?"
Rachel menunduk, melirik penampilannya. "Lebih cantik, ya? Jadi mirip Alissa?"
Tatapan Satya meredup, ada gurat kesedihan di wajah Satya yang terlambat Rachel tangkap. "Maaf, kak." ucapan Rachel serupa cicitan.
Satya menggeleng pelan, "Enggak apa-apa, kok. Udah lama juga lagian." tapi Satya masih bisa merasakan kehilangan nya meski sudah bertahun-tahun berlalu sejak kepergian Alissa untuk selamanya dari dunia ini. "Kita pesen sekarang aja, yuk? Kamu pasti laper." Satya kemudian mengangkat tangan, mengisyaratkan kalau mereka telah siap mengorder makanan.
Selagi Rachel memberitahu si pelayan apa yang akan dia pesan, Satya tidak bisa berhenti memandangi perempuan yang sekarang sudah beranjak dewasa itu. Rachel benar, penampilannya sekarang sangat mirip dengan Alissa. Sejak dulu, Alissa memang lebih feminin dari pada Rachel. Melihat Rachel sekarang di hadapannya membuat Satya kembali mengingat sekeping memori tentang Cinta pertama nya yang dulu membuat Satya memutuskan menjadi seorang guru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bagaskara : Begin Again
Teen FictionDua tahun setelah kepergian Langit, tiba-tiba saja muncul seseorang yang sangat mirip dengannya, bagaikan pinang dibelah dua. Membuka kotak pandora yang selama ini tertutup rapat.