Sequel (I)

988 63 80
                                    

Hai~

Ada yg masih inget ff ini? Wkwkwk

Aku bawa sequelnya ya. Tapi ada yg beda.

Disini berisi MPreg. Tau MPreg kan?

Nah saya tekankan juga, jika ga suka tema MPreg bisa close dan balik. Karena saya tau ga semua shipper suka MPreg 🙈

Gatau, saya aslinya juga ga terlalu suka dgn tema ini, tapi yaa gapapa kali ini ada di otak halu saya. Sayang kalo ga diketik 🤣

Inget! Yg ga suka MPreg jangan ikutan baca! /,\

Hope u like it~

___________________________________________

Langit pagi itu terlihat cerah. Matahari sudah bersinar dengan terik padahal waktu masih menunjukkan pukul 7 pagi.

Di dapur di sebuah rumah besar berdesain gaya eropa minimalis terdapat seorang lelaki tampan dengan wajahnya yang masih terlihat seperti remaja meskipun usianya telah memasuki awal kepala 3.

Lelaki itu mengenakan celemek bergambar kodok hijau dengan dasar warna abu-abu.

"Kalau makan jangan berantakan ya sayang?." Ucap lelaki itu sambil mengecup kening putri kecilnya yang tengah asik memakan sarapan berupa bubur tim dengan sayur dan daging di sebuah kursi bayi khusus yang ditempatkan di meja makan.

"Papa masak sarapan untuk ayahmu. Jangan nakal ya?." Ucapnya pada balita yang berumur belum genap dua tahun tersebut dengan gemas.

Balita itu pun hanya tersenyum lebar seraya menunjukkan gigi susunya yang belum lengkap ke arah orang tuanya.

Merasa makin gemas, lelaki itu memeluk sang putri seraya mengusap hidungnya di kepala berambut lembut milik anak semata wayangnya.

"Kau menggemaskan sekali huh! Papa tidak mau kau saingi!." Ucapnya kekanakan tidak mau kalah oleh putrinya.

"Sekarang papa mau benar-benar memasak. Ayahmu sebentar lagi pasti turun." Ucap lelaki itu, Donghae seraya menghidupkan kompor bermaksud memasak omelet untuk sang suami.

Baru saja ia tuangkan telur yang telah ia kocok ke atas teflon, perutnya terasa teraduk dan rasa ingin muntah langsung menyergap sanubarinya.

Dengan segera Donghae menutup mulut dan hidungnya kemudian berlari menuju toilet dapur yang tak jauh dari tempatnya berdiri setelah mematikan kompor yang tadi ia nyalakan.

Membuka kloset, Donghae memuntahkan isi lambungnya yang baru terisi segelas susu pagi ini.

Donghae terengah, rasa mual yang sangat mengganggu membuat isi lambungnya terasa naik ke kerongkongan kemudian mengeluarkan isinya tanpa sisa hingga Donghae dapat mencecap rasa pahit dari sisa muntahannya.

Setelah mengeluarkan semua isi lambungnya, Donghae bersandar di tembok sisi kanan kloset kemudian mengusap bibirnya yang basah dengan kaos hitam polos kebesaran yang ia kenakan.

Sementara itu, Hyukjae baru saja selesai mandi dan memakai kemeja kerjanya. Setelah selesai ia turun ke lantai bawah mencari keberadaan sang pujaan hati dan anaknya sembari membawa dasi berwarna hitam bermaksud meminta Donghae untuk memasangnya.

Hyukjae itu terkadang manja, minta dipasangkan dasi oleh Donghae padahal sejak remaja dirinya sudah bisa memasang dasi sendiri.

Setelah sampai di lantai bawah dimana area dapur berada, Hyukjae hanya mendapati putri kecilnya yang tengah asik mengaduk sarapan paginya yang berceceran di nampan bayi miliknya.

"Putri ayah sedang sarapan ya?." Ucap Hyukjae berjalan ke arah meja makan dimana balita kecil itu berada.

Mendengar suara seseorang yang ia kasihi, sontak balita itu menatap ke asal suara Hyukjae berada kemudian berceloteh riang dengan mulut belepotan bubur yang ia makan.

YOUDonde viven las historias. Descúbrelo ahora