6. Nana Lagi, Nana Terus

18K 2.5K 443
                                    

Sudah seminggu sejak kejadian empat anak tertua Saga yang menyeret Jaemin pulang dari klub

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sudah seminggu sejak kejadian empat anak tertua Saga yang menyeret Jaemin pulang dari klub.

Semua sudah kembali seperti sedia kala, tidak ada drama perang dingin meski Jaemin sempat mendiamkan saudaranya dua hari. Semua masih sama, kecuali kelakuan anak Saga yang makin mirip setan. Oh, juga Haechan yang menjadi jauh lebih posesif pada Jaemin. Menempel dan bergelayut seperti monyet, menjauhkan adik kembarnya dari tiga manusia sumber masalah (menurut ia dan lima saudaranya).

Jaemin sudah mengusahakan segala cara untuk lepas dari jeratan makhluk halus bernama Adhyaska Haechan, tetapi terlalu susah. Setannya terlalu menempel dan cara satu-satunya ya harus rukiyah. Tapi Jaemin takut Haechan lenyap.

Keadaan kembali normal, yang artinya enam bersaudara itu kembali pada kegiatannya merepotkan Jaemin. Seakan hidup mereka tanpa Jaemin adalah kemustahilan.

"Siapa yang naro handuk basah di atas kasur?!" Jaemin berkacak pinggang saat hendak membantu si kembar bungsu bersiap ke sekolah. "Lele atau Adek?!"

Chenle dan Jisung saling tunjuk.

Jaemin mendengus lalu menyambar handuk bergambar Anna itu kemudian menatap Jisung dengan tajam. "Adek, jemur di balkon! Kebiasaan banget sih, Kak Na kan sering bilang jangan naro handuk masih basah di atas kasur! Liat kan, seprainya jadi lembab?!"

Jisung meringis dan buru-buru menyambar handuknya sebelum kakak kesayangannya semakin mengomel. Chenle hanya menampilkan cengiran menggemaskan.

"Lele ngapain cengar-cengir gitu? PR matematikanya udah selesai?"

Chenle mendadak panik. "Iihhh belooomm!! Aduh aduh pasti nanti Lele dimarahin Pak Bulan!"

"Kan kebiasaan! Kak Na kan udah sering bilang kalo ngerjain PR tuh jangan ditunda-tunda! Pasti kebanyakan main game kan kamu? Sekarang kalo kaya gini—"

Jaemin dan omelannya di pagi hari.

Kalau sama si kembar laknat, beda cerita.

Jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Setelah mengecek kamar si kembar bungsu dan memastikan keduanya sudah terlelap, kini Jaemin ganti ke kamar si kembar laknat. Kosong.

Ia tidak perlu mengecek kamar Mark atau kamarnya sendiri yang berisi Haechan, jadi Jaemin membuat segelas cokelat panas, memotong brownies, dan menenteng buku berisi soal-soal SBMPTN ke ruang tengah. Mengingat ia sudah kelas akhir dan sebentar lagi memasuki universitas. Cita-cita terbesar Jaemin adalah menjadi dokter bedah.

Sebenarnya Suho dan Irene lebih dari mampu untuk menyekolahkan anak-anaknya di luar negeri. Bahkan Suho pernah berencana membawa Mark ke Kanada, tetapi batal saat Mark tidak ingin berpisah dengan adik-adiknya. Begitu juga dengan Jeno Renjun yang memilih satu universitas dengan si sulung.

Sebenarnya Jaemin bisa sih tidak perlu repot-repot untuk tembus SBM, baginya universitas negeri atau swasta sama saja. Tapi tak ada salahnya mencoba, kan. Barangkali ia bisa kuliah di UGM dan menghindar dari enam saudara adabless nya.

My Stupid Brothers ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang