(๑˙TigapuluhDua❥˙๑)

5.6K 626 63
                                    

'Caraku mencintaimu memang berbeda, tapi itu sangat tulus. Sungguh.'


🌹 🌹 🌹

[Salah paham]

Hari ini Allin akan segera pindah ke kosan barunya. Ditemani oleh Kenta tentunya.

"Lo yakin mau hari ini?" Tanya Kenta membuat Allin tersenyum.

"Yakin, Kenta. Masa udah rapih-rapih baju kayak gini gak jadi," kekeh Allin.

"Ya ampun, nanti kalo nonton bareng lagi pasti sepi berdua doang sama Jellina," sedih Maura membuat Allin memeluknya hingga mereka berpelukan. "Allin akan sering main kok, Tante."

Allin beralih memeluk Jellina. "Hati-hati, jangan lupa kunci pintu kalo malem." Pesan Jellina yang Allin jawab anggukan cepat dengan senyumnya.

Allin melirik Farrel. "Allin pamit ya, Om. Maaf suka berisik kalo nonton film horror dirumah," ujar Allin takut-takut karna Farrel terlihat garang walaupun sebenarnya ramah.

Farrel terkekeh mendengar itu. "Malah bagus rumah jadi kerasa hidup loh ada kamu, jadi rame. Sering-sering main ya." Ujar Farrel membuat Allin tersenyum lebar. "Pasti, Om!"

Setelah berpamitan Allin pun masuk ke dalam mobil lebih dulu.

"Yaudah, Kenta anter pacar dulu. Bye," ujar Kenta lalu masuk ke dalam dan langsung menjalankan mobilnya.

"Hati-hati!" Teriak Maura.

"Ma, tadi Bang Kenta ngomong apa dah?" Tanya Jellina merasa ada yang ganjal.

"Pacar?" Ingat-ingat Maura.

Beberapa detik kemudian.

"ASTAGA MEREKA UDAH PACARAN?!!" Heboh Maura bersamaan dengan Jellina lalu berpegangan dan lompat-lompat girang layaknya dua anak taman kanak-kanak saking senangnya.

Farrel membuang nafasnya. "Kalian ini," lalu masuk ke dalam duluan.

ლ ❥ ლ

Allin berjalan melewati koridor-koridor menuju kelas karna ia baru saja dari toilet.

"Allin!" Allin berbalik. Ia tersenyum melihat Rebecca menghampirinya.

"Gue.." Rebecca membuang nafasnya. "..Gue mau minta maaf,"

Allin tersenyum. "Gapapa, kok. Allin udah maafin,"

"Gue mau berterima kasih juga, makasih ya udah halangin gue buat bunuh diri. Pikiran gue bener-bener buntu waktu itu, seandainya hal itu udah terjadi, gue bakal nyesel banget mati konyol kayak gitu." Rebecca tersenyum tipis.

"Allin tau, kok. Makanya Allin halangin Kakak waktu itu," ujar Allin membuat Rebecca melihat luka di telapak tangan Allin yang belum kering dan masih di perban itu.

Rebecca mengulurkan sebuah kotak yang dibungkus pita dengan tampilan mewah khas paris. "Ini, kemarin Bokap gue bawa oleh-oleh dari Paris buat dibagi ke temen-temen gue."

Allin menautkan alisnya. "Kakak anggep Allin temen?" Allin tersenyum senang.

Jellina membuang nafasnya. "Pokoknya ambil aja, gue mau ke toilet," ujar Rebecca gengsi membuat Allin terkekeh lalu mengambil kotak itu.

"Makasih ya, Kak,"

Rebecca mengangguk kilas, "Gue duluan."

ABOUT KENTA [Telah Terbit]Where stories live. Discover now