Primadona Sekolah

5 2 0
                                    



*vote*

Tok! Tok! Tok!

Kepala sekolah mengetuk pintu kelas XIA IPA. Ruang kelas XI IPA terdiri dari tiga kelas. Yang pertama kelas XIA ruang untuk siswa yang cerdas memiliki IQ yang tinggi. Yang kedua kelas XIB IPA ruang untuk siswa yang memilki IQ yang sedang dan yang ketiga XIC IPA ruang untuk siswi yang memiliki IQ yang rendah.

Quen termasuk siswi yang cerdas dia memilki IQ yang tinggi sehingga kepala sekolah menempatkannya di kelas kumpulan siswa-siswi tercerdas.

Perlahan pintu sekolah yang diketuk tadi dibuka dari dalam.

"Pak kepala sekolah, ada apa, Pak?" tanya seorang lelaki paruh baya yang ternyata guru yang mengajar di kelas itu.

"Saya ingin mengantar murid baru. Baiklah kalau begitu saya permisi dan tolong urus siswa baru ini," ucap kepala sekolah.

"Baik, Pak. Ayo kamu masuk ke kelas," ucap guru itu kepada Quen.

Quen hanya mengangguk patuh setelah kepala sekolah beranjak pergi Quen mengikuti guru itu di belakangnya.

"Baik anak-anak, hari ini kita kedatangan murid baru. Kamu ayo segera perkenal dirimu," ucapnya sambil menatap Quen.

"Baik, Pak."

Dengan menarik napas perlahan Quen mulai memperkenalkan dirinya. "Hallo semua, perkenalkan nama saya Quenna Aliska dan saya pindahan dari sekolah Kecana, semoga kita dapat berteman baik." Quen berucap dengan lantangnya ditambah senyum manis mengakhiri perkataannya.

Semua yang melihat senyum manis Quen tertegun.

"Quenna? Bukankah dia primadona di sekolah Kencana itu ya?"

"Ouh, ya ampun senyumanya."

"KUA, Neng."

"Meleleh, Abang."

"Cantik banget tuh cewek, lah gue kapan yang cantik kek dia?"

"Tenang semuanya jangan pada ribut. Jika kalian ingin bertanya silahkan tapi setelah pelajaran selesai," ucap guru.

"Tunggu, Pak. Saya ingin bertanya sekali saja," pinta seorang siswa cowok yang duduk paling belakang.

"Baiklah, apa yang mau kau tanyakan, Dion?" tanya guru yang menyebutkan nama siswa cowok itu.

"Quen, apa kau sudah punya pacar? Jika belum aku siapa jadi pacar sekaligus calon suamimu!" ucap Dion dengan semangatnya.

Mendengar ucapan Dion membuat Quen ternganga tidak percaya, setelah itu dia tersenyum manis sambil menggelengkan kepalanya, semakin cantik saja.

Sedangkan seisi kelas yang mendengar ucapan Dion melemparkan segumpalan kertas ke wajah Dion yang lumayan tampan.

"Uooo ... dasar buaya!"

"Mau muntah gue, sediain plastik dong!"

"Buset, gerak cepat banget si Dion."

"Ya ampun, sadar diri Dion."

"Ampunilah perkataan terkutuk temenku ini."

"Semoga kau cepat sadar, Dion."

Begitulah riuh suara siswa-siswali menanggapi perkataan Dion. Sedang Dion hanya memang wajah lugunya tanpa merasa malu sedikitpun.

"Sudah-sudah, diam semuanya!" tegas guru itu.

"Quen, kamu silah duduk di sebelah Sisil dan ya, panggil saya Pak Abdul, guru Fisika." Guru itu menyebutkan namanya yang ternyata Pak Abdul.

Call Me, Gara (On Going)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant