MHMT 15

9K 369 6
                                    

Maaf typo, vote⭐!

Teman-teman kalau ada penulisan kata yang salah mohon maaf atas ketidak nyamananya dan tolong di koreksi ya. 


TERIMA KASIH

****

"Kita mampir dulu ke restoran sekalian kita makan"

Gue ngangguk.

Mas Ari memarkirkan mobil nya dengan sempurna di parkiran Restoran. Ya restoran tempat terjadinya insiden waktu itu. 

Gue pakai sweater lalu gue mengucir rambut gue.

"Kenapa rambutnya di Ikat?"

"Ha?"

"Rambut kamu kenapa di ikat?"

"Gerah mas"

"Terus kenapa pakai sweater?"

"Pengen aja" Gue tersenyum, nampilin deretan gigi gue.

"Jangan di ikat"

"Ha?"

"Hobby banget kamu bilang 'ha'"

Eh?

Iya juga ya. Gue terkekeh dan dia ngusap rambut gue. Perilaku kecil tapi dampak besar buat jantung gue.

Mas Ari buka seatbelt nya lalu turun, gue juga turun lalu jalan disamping dia. Gue menoleh kearah Mas Ari, dengan santai dia memakai kacamata hitam nya. Kan makin ganteng. Mas Ari hari ini pakai kemeja dengan celana bahan jangan lupakan sepatu hitam mengkilap dan gue cuma pakai seragam SMA Raksa.

Gue terkejut, Mas Ari tiba-tiba narik tangan gue lalu dia genggam.

"Nanti kamu hilang"

Gue menoleh kearah dia, hilang gimana coba?

"Aku udah besar Mas, ga mungkin hilang". Gue menghembuskan nafas kesal.

Prawira Restaurant

Perasaan waktu kesini malam itu tulisan ini ga ada, tulisan nya besar loh terpampang jelas didepan restoran. Mungkin gue ga memperhatikan, sudah lah.

Kita disambut dengan hormat, serius. Mau masuk aja mereka pada baris rapi sambil nunduk.

Aduh, gue status nya cuman istri dan kita di jodohin gue ga ada bantu untuk mendirikan restoran sebesar ini kenapa pada nunduk juga sih sama gue? Kan gue jadi ga enakan.

Mas Ari?

Dia dengan santai berjalan. Oh iya jangan lupa wajah datar nya selalu tampil mirip tembok, no expression.

"Selamat siang Pak Arion, nyonya muda Prawira"

Tiba-tiba dari arah berlawanan datang seorang pria, sepertinya usia nya sudah menginjak kepala 3. Gue cuman senyum balas sapaan dia.

Mas Ari?

Dibilangin dia itu no expression.

"Oh perkenalkan Nyonya muda saya Dega lois menejer di restoran ini"

Dia menampilkan senyum lebarnya sambil mengulurkan tangannya. Ini gimana caranya ngebalas uluran tangan dia secara Mas Ari masih genggam tangan gue.

"Saya rasa kamu tidak perlu menjabat tangan istri saya"

Gue menoleh, Mas Ari kenapa sih? Orang mau salaman juga. Gue tersenyum merasa tidak enak.

"Jeya Pamela"

"Oh baiklah mari Pak dan nyonya, saya sudah siapkan meja khusus beserta menu nya"

Gue dan Mas Ari berjalan mengikuti menejer itu. Restoran hari ini ramai tapi tidak berdesakan. Kita duduk ditempat yang udah disiapin.

Gue mengedarkan pandangan keseluruhan penjuru restoran, pengunjung sebanyak ini pasti chef nya banyak. Jadi penasaran sama dapurnya.

"Kamu merhatiin apa?"

Gue menoleh ke arah Mas Ari.

"Mas dapurnya lebar ga? "

"Buat apa kamu nanya dapurnya?"

Gue tersenyum lalu menggeleng. "Enggak"

Makanan datang, kita langsung melahapnya. Rasanya enak dan tertata tapi, ga salah emang restoran ini cocok dengan kalagan atas. 

*******

Silau.

gue  mengerjap-ngerjap mata gue. Kok dikamar? Oh iya ingat, tadi ketiduran di ruangan Mas Ari. 

Biarin deh, masih ngantuk mau lanjut tidur lagi. Gue menguap lalu memeluk guling. 

Eh? tapi tunggu, jadi gue jalan sendiri gitu? dari restoran ke mobil dan dari mobil kekamar. Ha? 

Gue langsung duduk, gue juga masih pakai baju tadi. 

"Kamu kenapa?"

Gue langsung noleh kearah Mas Ari yang baru keluar dari kamar mandi sambil keringkan rambutnya pakai handuk. Gue tersenyum kikuk lalu menggeleng. Gue bangun dari ranjang, mau ke kamar mandi. 

"Sini dulu" Gue nurut, Mas Ari narik tangan gue. Dia duduk di kasur lalu ngasih handuk dia.

"Keringin rambut saya" 

lah? 

Gue nerima handuknya lalu mengeringkan rambutnya. Walau tidak panjang, Mas Ari juga tidak botak bisa dibilang panjang rambutnya cuman sebatas jari kelingking. Mas Ari selalu tampil dengan sempurna. Kadang gue ngerasa ga nyangka aja gitu jadi istrinya, ya meskipun dijodohin.

 Gue harap perjodohan ini permanen.

Gue ga tau siapa yang Mas Ari cintai dan ga mungkin gue karna dulu kita jarang ketemu, semenjak smp Mas Ari udah pindah keluar negri. Meskipun kata kak Rena Mas Ari perna ditolak semasa kecilnya tapi gue ga tau semasa kuliahnya. Eh tapi tunggu, Gue ngomongin gini emang gue udah cinta sama dia?

"Jeya!"

"Eh iya kenapa Mas?"

"Kenapa melamun?"

Gue tersenyum sambil menggeleng lalu melanjutkan mengeringkan rambutnya yang udah mulai kering.

"Kamu ada masalah?"

"Engga"

Gue kan emang ga ada masalah.

"Eh?"

Gue melotot. Mas Ari tiba-tiba memeluk pinggang gue, kenapa suka banget ngelakuin suatu hal tiba-tiba?

"Kamu kalau ada masalah cerita ke saya, saya siap jadi pendengar yang baik untuk kamu"

Gue senyum lalu ngelus kepala dia. "Iya Mas"

Selalu aja jantung gue berdetak kencang karena perilaku Mas Ari, gue juga nyaman dideket dia. Apa jangan-jamgan gue mulai jatuh cinta?

****

Tbc

Vote! Coment? Terserah deh.

My husband is my teacherDonde viven las historias. Descúbrelo ahora