Episode 27: Awal yang aneh

2.4K 165 10
                                    

Happy Reading!!!
.

.

.

Mobil mereka bertiga terparkir di pintu gerbang masuk. Mereka semua tidak menyangka jika ada tempat parkir di tempat ini, gunung yang terlihat gelap. Lalu, di tumbuhi banyak pohon yang menjulang tinggi, hawa dan udara sejuk juga amat terasa.

"Seriusan ini gunung lufi nya?" tanya Tomi sedikit ragu.

"Iyap." Siska mengangguk sebagai pernyataan jawaban dari Tomi.

"Kok serem, yah," ujar Surya.

"Gak papa kok, yang penting seru," timpal Dara yang bergandengan dengan Rini.

"Tapi, hutannya gelap banget, apa gak papa kita masuk tanpa pencahayaan?" bingung Banyu.

"Gak lah, kita gak butuh barang kayak gitu, yang kita butuhkan cuma tujuan awalnya. Ingat, kalian tidak boleh menegur orang yang menyapa, tidak boleh kencing sembarangan, meludah, apalagi melihat sesuatu yang tidak bisa diterima akal sehat. Itu tidak boleh di tegur, apalagi berteriak histeris, tidak boleh. Kalian bisa saja terjebak di kegelapan," jelas Uti.

"Kok gue makin takut, yah," ujar Surya bergeser ke belakang Tomi.

"Lo kenapa ke belakang gue tolol!" kesal Tomi yang juga ketakutan.

"Sudah-sudah, kalian semua sudah tahu apa yang tidak boleh kita lakukan, bukan? Jadi, kita hanya perlu berjalan menuju tujuan awal kita ke sini," ucap Rangga berusaha membuat yang lain tidak ketakutan.

"Terlalu formal, tapi enak sih. Yaudah, kalo gitu mari kita lanjut," ucap Gavin langsung menggandeng Naura agar ikut bersamanya.

Sedangkan, Kevan yang melihat itu hanya mendengus kesal. Surya yang melihat itu langsung merangkul sahabatnya itu dan langsung berjalan mengikuti Gavin dari belakang. Siska dan Uti memimpin di depan, karena mereka yang tau jalannya. Selama di perjalanan, tidak ada yang membuka suara. Semua berjalan mengikuti Uti dan Siska.

"Eh, bentar!" celetuk Laura terkejut.

Semuanya menghentikan jalannya, lalu menatap Laura dengan bingung.

"Kalian sadar gak? Bukannya tadi gelap yah ini hutan, ini kenapa terang bercahaya banget, sampe keliatan jalannya," jelas Laura.

Yang lainnya juga ikut merasakan apa yang di rasakan oleh Laura. Lalu, menatap ke sekeliling mereka dengan terkejut, benar apa yang di katakan Laura. Dari luar, gunung lufi begitu gelap, hingga tidak bisa melihat apapun selain batang pohon yang menjulang tinggi. Tapi, begitu masuk semuanya seperti bercahaya, tidak ada kegelapan sama sekali. Terang, seperti biasa.

"Sudah, daripada bingung mending lanjutin perjalanan," tegur Siska lalu melanjutkan perjalanannya.

Mereka semua mengangguk dan mulai melanjutkan perjalanan mereka kembali. Mereka hanya bisa speechless atas apa yang barusan terjadi. Ternyata, hutan ini bukan hutan biasa. Baru saja berselang setengah jam sehabis kejadian itu. Kini, Dara terkejut saat melihat sesuatu di atas batu.

"G-guys,"  panggil Dara pelan.

"Ada apa?" sahut mereka serentak.

"L-liat itu," tunjuk Dara ke atas batu yang di liatnya tadi.

Mereka semua terkejut, saat melihat wanita memakai gaun pendek, rambutnya terikat dua, dan tubuhnya mengambang di udara. Seperti membentuk huruf U, mulutnya terbuka, dan matanya tertutup seperti orang tidur.

"Ayo, jangan terlalu diperhatikan, nanti sesuatu yang gak baik bakal terjadi," tegur Siska lagi melanjutkan langkahnya.

Mereka semua kembali mengangguk dan melanjutkan perjalanannya. Mereka semua tidak terlalu fokus dengan jalan yang mereka semua pihak dan mengikuti langkah kaki Siska dan Uti dari belakang. Mereka semua berjalan menaiki bukit dengan bersusah payah, butuh usaha keras untuk menggapai ujungnya.

Berbeda dengan Naura, Siska, dan Uti. Mereka bertiga dengan santainya berjalan menanjak, seolah telapak sepatu mereka menempel di tanah, dan akhinya mereka juga yang lebih dulu sampai di ujung bukit.

"Huhhh, capek banget!!!" seru Gavin kelelahan terduduk di tanah.

"Sama, gue juga capek banget," timpal Tomi.

Mereka semua duduk di tanah sambil mengipas-ngipasi leher dengan tangan, ada yang sambil minum, dan terbaring. Saat Tomi asik terbaring sembari mengatur napasnya, kepalanya menghadap ke samping dan terkejut.

"Astaghfirullahalazim!" Tomi yang semulanya terbaring di tanah otomatis terbangun dan berlari ke belakang Siska.

"Kenapa?" tanya Siska.

"I-itu," tunjuk Tomi ke pohon pinus yang besar.

"Apa?" bingung mereka semuanya.

"Lo semua pada gak ngeliat orang yang lagi motong kepala di sana?" tanya Tomi ketakutan.

"Eh!?"

Semuanya serempak menoleh ke arah pohon besar yang di tunjuk Tomi dengan penasaran. Dan benar saja, ada orang yang sedang memotong kepala manusia seperti memotong kepala ayam, gerakan tangannya begitu pelan saat memotong lehernya, dan darah merebes keluar.

Semuanya bergidik ngeri dan ngilu, lalu kembali berjalan lebih dulu meninggalkan Siska dan Uti. Naura sudah lebih dulu di tarik Laura berjalan dengan cepat. Tomi yang gemetaran pun ikut berlari menyusul rombongan Laura.

Sedangkan, Siska dan Uti yang di tinggal hanya menggeleng melihat tingkah mereka yang begitu ketakutan.

"Sudah?" tanya Siska.

"Sebentar, satu lagi pasti akan seru," jawab Uti tersenyum miring.

***

Mereka semua sudah terlihat tidak mampu untuk berjalan lagi, mereka tumbang satu persatu ke tanah. Tidak dengan Naura, Siska dan Uti. Mereka bertiga terlihat biasa saja, hanya berkeringat sedikit saja.

"Bang Gavin capek?" tanya Naura saat melihat Gavin yang terbaring dengan napas yang tidak teratur.

"Iya sayang, capek banget. Nih, baju Abang aja sampe basah karena keringat," jawab Gavin.

"Emm, kalo gitu minum ini aja." Naura berjalan ke arah Gavin dan memberikannya coklat cair kalengan.

"Coklat?" tanya Gavin bingung.

"Iya, coklat ini tuh bikin Naura gak capek pas jalan tadi, makanya Naura sama sahabat Naura gak capek," jawab Naura.

"Ohh, oke Abang minum." Gavin menegak coklat kaleng Naura sampai habis.

Gavin terdiam, merasakan lidahnya menyentuh coklat untuk pertama kalinya. Yang pasti tubuhnya tidak merasa kelelahan lagi, tubuhnya begitu nyaman sekarang. Kemudian, Gavin berdiri dengan tegak.

"Wah, beneran manjur nih coklat kaleng," ujar Gavin terkejut.

"Manjur?" bingung Naura.

"Gak kok, ayo lanjut!" ajak Gavin berjalan sambil menggandeng Naura bersamanya.

"Bentar! Gue mau buang air besar dulu," teriak Surya berlari ke semak-semak.

Gavin kembali duduk lagi sambil merangkul Naura, keduanya berbincang dengan santai sesekali tertawa. Yang lain hanya menghela napas lega karena tidak lanjut jalan nanjak. Laura mulai mengobrol dengan kedua sahabatnya, Kevan hanya melihat Naura dengan Gavin, hatinya terbakar api cemburu. Padahal, mereka adik-kakak, emm entahlah hatinya tidak senang saja melihat Naura akrab dengan cowok lain.

"Bangsat! Lari!!!!!"

"Eh?"

TBC ....

Possessive Family and Devil in Me [TAMAT]Where stories live. Discover now