BAB 1: PROLOG

39.3K 753 27
                                    


SELAMAT MEMBACA

***

"Tolong jangan datang ke tempat kerja saya Om, saya belum punya uang. Nanti kalau uangnya sudah ada pasti akan saya lunasi..." ucap seorang gadis dengan wajah melasnya. Berdiri di hadapan 4 orang bertubuh besar dan berwajah sangar.

"Makanya kalau di tagih itu buruan di bayar bukannya kabur-kaburan !!" jawab salah seorang laki-laki di hadapannya dengan nada keras dan jari menunding kearah gadis itu. Tubuh gadis itu gemetar menahan rasa takut dan malu karena mereka yang tengah berdiri di depan sebuah restoran dan menjadi bahan tontonan banyak orang.

Dia adalah Utari, gadis yatim piyatu yang hidup sebatang kara. Dia hanya hidup untuk bekerja dan membayar lunas hutang-hutangnya. Kedua orang tuanya telah meninggal dalam kecelakaan Bus sekitar 5 tahun yang lalu. Ayahnya dulu menderita kanker paru-paru semasa hidupnya dan membutuhkan banyak biaya untuk berobat. Ibunya yang hanya seorang buruh cuci tidak memiliki banyak uang, sehingga mereka terpaksa meminjam kepada rentenir untuk biaya berobat ayahnya dan biaya sekolahnya dulu. Namun takdir berkata lain, kedua orang tuanya tewas dalam kecelakaan bus saat pulang berobat. Karena hanya Utari yang tersisa, akhirnya sekarang, Utari harus hidup dengan kubangan hutang orang tuanya yang selalu menumpuk dan bertambah setiap harinya. Dia hanya bisa mencicil sedikit demi sedikit karena gaji yang dia dapatkan dari bekerja tidak lah banyak. Dia hanya gadis yang bekerja serabutan, latar belakang pendidikan yang hanya lulusan menengah pertama membuatnya kesulitan mendapatkan pekerjaan yang menghasilkan banyak uang. Selama ini dia hanya bekerja menjadi loper koran, penjaga toko bunga, kasir dan pelayan restoran. Pekerjaan -pekerjaan paruh waktu yang membayarnya dengan upah sangat kecil. Cukup untuk membiayai hidupnya dan mencicil bunga dari hutangnya namun hal tersebut tidak mengurangi hutannya sedikitpun justru bertambah karena bunganya yang sangat besar.

Hari-harinya hanya di penuhi lari, dari para penagih hutang. Tak jarang dia mendapatkan kekerasan fisik dari para depcoleptor yang kesal karena dia tak kunjung membayar hutangnya.

"Kalau hutangmu tidak juga kamu bayar, maka silahkan angkat kaki dari rumahmu itu..."

"Jangan Om, saya mohon. Beri saya waktu sebentar lagi saya pasti akan melunasinya. Saya janji..." Utari memohon belas kasihan kepada para penagih hutang itu, dia tidak bisa membiarkan rumah peninggalan orangtuanya di ambil oleh rentenir untuk pelunasan hutang. Mau tinggal dimana nanti dirinya.

"Satu minggu, kalau satu minggu belum ada juga uangnya awas kamu !!"

Setelah mengatakan itu, ke empat preman itu pergi meninggalkan Utari dengan segudang kesedihan dan kebingungan. Kemana dia harus mencari uang untuk membayar hutangnya dalam jangka waktu seminggu.

"Tar..."

Utari buru-buru menghapus air matanya, saat merasakan seseorang menepuk pundaknya.

"Kenapa Sis?" Ternyata dia adalah Siska, teman Utari selama bekerja di restoran itu. Mereka memang belum lama kenal, namun Siska adalah teman yang sangat baik.

"Ayo ikut aku, sudah ganti jadwal." Utari pasrah mengikuti kemana temannya akan membawanya itu. Ternyata mereka pergi kearah penjual es campur yang berdagang tidak jauh dari restoran itu.

"Penagih hutang lagi?"

Utari hanya bisa menunduk dalam, sedangkan Siska yang sudah tau akan kondisi temannya itu hanya bisa membuang nafas dengan pelan.

"Mereka bakal nyita rumah aku Sis. Aku sudah tidak tau harus cari uang kemana lagi, hutangku sudah terlalu banyak." Ucap Utari dengan suara seraknya.

Siska menatap keadaan temannya itu dengan iba. Sedikit banyak dia tau kisah pilu dari temannya itu. Namun mau bagaimana lagi, dia tidak bisa membantu apalagi secara finansial karena dia juga hanya gadis perantauan yang hidup pas-pas an. Tiba-tiba Siska teringat dengan cerita sahabatnya tadi malam.

RAHIM KONTRAK (SELESAI & PINDAH DREAME )Where stories live. Discover now