Bb.2-Sahabat sejati

13 8 6
                                    


"Ibu Tante Ina sebelah rumah kita udah pindah ya bu?" tanya Rasya Amelia waktu kecil dengan umurnya yang ke-5 tahun bulan Desember akhir bulan ini.

"Iya Lia, tapi kamu jangan khawatir nanti dirumah Tante Ina ada yang menempati nanti siang." jawab ibu Nana asel yang sibuk menyiapkan sarapan pagi untuk anaknya yang akan membawa bekal
sekolah TK.

Lia adalah nama panggilannya saat waktu kecil, sekarang udah besar dia malas kalo di panggil Lia katanya kayak nama anak kecil aja padahalkan dia udah besar sekarang.

Lia kecil mengeluh, saat kabar Tente Ina beneran pindah padahal kan dia sudah senang sekali waktu pertama kali dia bertemu teman baru anak perempuan yang cantik dan juga imut kayak dia waktu kecil dulu. dan sekarang pindahnya temannya itu dia tidak tahu.
bahkan mereka pindahnya mendadak tidak mengucapkan salam perpisahan Lia kepada sahabat kecilnya itu.

"Lia kenapa cemberut begitu sayang?"
Ayah Lia Fauzan mengelus kepala Lia dan duduk di samping kursinya Lia.

Lia menatap ayahnya dengan wajah sendu, dan air mata yang sudah siap untuk perlahan jatuh."enggak, Lia gak papa kok ayah. Lia berangkat ya ayah ibu. Assalamualaikum." Lia pun bersalaman dengan kedua orang tuanya saat ibu Nana sudah memasukkan bekal Lia yang sudah selesai ke dalam tas gendongan nya.

Nana yang melihat anaknya sedih, berusaha menghibur Lia dan berjongkok di depan Lia mensejajarkan tinggi badannya dengan Lia. ia pun perlahan memberi pengertian kepada anak sulungnya ini. ia pun turut sedih pindahnya temannya itu Ina.
"Lia ibu sama ayah juga sedih Tante Ina pindah mendadak, tapi Lia kan sebentar lagi bakalan punya teman baru nanti!"

wajah yang mulanya sendu, langsung ceria kembali."ibu beneran! Lia bakalan dapat teman baru lagi dong. Horeee....
punya teman baru lagi asik! Lia pun bergegas pergi ke sekolah dan mencium pipi ibu dan ayahnya saking senangnya di sepanjang perjalanan ke sekolah nya berteriak riang."sebentar lagi punya teman baru, teman baru, teman baru, tunggu aku pulang sekolah ya!"
Jawabnya dengan riang.tenang saja, TK Lia dekat kok hanya lima menit berjalan pasti cepat datang.
dan pengamanan di komplek perumahannya aman banget disini juga ramai orang-orang dewasa lalu lalang berjalan kaki.

Lia waktu kecil pun sudah di ajarkan jika melihat orang aneh atau mengajaknya pergi dia akan berlari sekuat tenaga dan berteriak menyebut nama ayah dan ibunya.

**

"Mama kenapa kita pindah rumah?"
anak kecil dengan umur 5 tahun itu, bertanya kepada Mama nya dan ia bingung kenapa dia pindah tergesa-gesa begini. padahalkan rumah nya yang di Surabaya masih baik-baik saja.

"Sambi Abraham, kita pindahkan karena papa kamu pindah tugas di kota ini."
jawab Ibu Leli.

"Sambi sedih ya kita pindah ke Jakarta?"
tanya Papa Abraham, papa nya Sambi.

Sambi menatap rumah barunya, dan melihat sekeliling rumah. Ketika tatapannya bertemu dengan sang papa.
"enggak kok pa, Sambi suka.
Sambi juga senang kok tinggal disini!"
Sambi membuat pipinya yang tembem itu seperti pupy eyes, matanya pun sampe gak kelihatan saking tembemnya.

"Permisi, bapak dan Ibu ini yang menempati rumah ini ya?" tanya Ibu Nana, dan memberikan kunci rumahnya.
Pasalnya temanya Ina langsung mengasihkan kuncinya kepadanya dan kunci rumah ini sudah dimiliki keluarga Abraham.

Keluarga Abraham berbalik badan dan Ibu Leli segera mengambilnya dan berjabat tangan.
Saling sapa."iya bu, kami pindahan dari Surabaya. saya Leli dan ini suami saya Abraham."

"Saya Nana, tetangga sebelah rumah ibu. dan yang gembul ini siapa namanya?"Ibu Nana, mencubit kedua pipi Sambi dengan gemas.

"Auwh... Sakit tante, nama aku Sambi Abraham. dan aku gak suka di cubit-cubit pipinya kalo minta ijin dulu baru boleh!" Sambi pun, bersembunyi di balik tubuh ibu nya, takut di cubit lagi pipinya kan sakit.

"Maafkan Tante ya, soalnya kamu gemes sekali pun. oh ya Tante juga punya teman buat kamu loh anak gemoy. Lia ada teman baru ini!" jerit ibu Nana, dan saat itu pula Lia berlari mendekati ibunya.

ia berdiam sejenak saat melihat anak gemoy itu, dan saat itu tanpa malunya dia langsung mencium anak itu berkali-kali di pipi nya."wah lucunya, kayak boneka beruang punya aku dirumah. gendut banget pipinya, gemes muach...muach... muach..."

"Ih apaan sih kamu ini! Jijik tau.
Aku gak gendut cuman belum kurus aja kata papa!" Sambi pun berlari-lari saat pelukannya terlepas dari Lia, mereka akhirnya main lari-larian. seperti Sambi jadi penjahatnya dan Lia menjadi polisinya padahalkan Lia yang salah kok Sambi yang jadi penjahatnya, iya penjahat yang telah merenggut hatinya Lia kecil saat ini. Lia tidak berhenti-henti mengejar Sambi, saat itu ayahnya Lia datang. dan menangkap Lia dan membawanya pulang. dan Ibu Nana minta maaf sama Sambi atas pertemuan mereka yang kurang bersahabat."ayah aku gak mau pulang, aku mau sama anak gendut itu. aku juga belum puas cium-cium dia ayah." jeritan Lia sungguh memekakkan gendang telinga Fauzan. Kedua orang tua Sambi terbahak-bahak melihat interaksi anaknya dan Lia. Saat ini Sambi menanggis tersendu-sendu dan trauma berat sama Lia. bagaimana tidak trauma, tiba-tiba langsung nyosor kayak angsa belum kenal juga. Sambi bertekad dalam hati agar tidak berteman dengan anak kecil yang tidak tahu malu itu.

***

Di kediaman keluarga Fauzan.
saat ini sedang di ruang keluarga dan menonton Tv, sedangkan Lia habis-habisan di marahin Ibunya.
"Lia kamu itu sejak kapan tidak sopan seperti itu? Ibu gak pernah ya ngajarin kamu langsung nyosor Sambi anak tetangga sebelah!"

Lia hanya diam, ekspresi nya yang cemberut dan menggigit bawah bibirnya.
"Ma-af kan Lia bu, Lia cuman terlalu senang punya teman baru" cicit Lia, dan melirik ayahnya yang tidak ikut campur urusan ini. dia harus memutar otak agar bisa ke kamar langsung.

"Lia kamu ini ibu bicara tatap mata ibu sekarang!" bentak ibu Lia, ibu Nana kalo masalah disiplin itu nomor satu dalam keluarganya. makanya dia harus, tegas kepada anaknya ini agar tidak seperti itu lagi saat bertemu dengan orang lain.

Lia langsung menatap ibunya dan menghela nafas dengan pelan.
"heum...Ibu Lia ngantuk, dan PR Lia belum di kerjain nanti kalo PR Lia belum selesia.Nanti di hukum!" jawabnya dan berlari pergi masuk kamar.

"Lia ibu belum selesai ngomong!
Astagfirullah Lia." Suara malam itu sangat menggelegar di dalam keluarga Fauzan. seakan tidak pernah sepi, oleh omel-omelan Ibu Nana. ayah Lia hanya bisa istighfar dalam hati agar bukan dia di salahkan saat ini."mas lihat anak mu itu,sifatnya mirip banget sama kamu mas. sukanya langsung nyosor orang!"
Kan baru saja istighfar dalam hati, iya lah sifatnya sama orang ayahnya. Kalo gak sama bukan anak ayahnya berarti, mulut ayah Fauzan bergerak-gerak saat ibu Nana tidak berhenti-henti menggomelinya dan saat selesai ngomelnya mulut Ayah Fauzan berhenti dan pura-pura sibuk nonton Berita News.

***

Help vote and comment, bagaimana kesan part ini? Mau nanya apa kalian punya teman cowo dari kecil? Kalo kalian punya pasti beruntung banget yah! Jadi pengen punya teman cowo.
Hehe...hehe...

@Anggun483_

Berhenti Berharap Where stories live. Discover now