Wkwkwk I'm back! Akhirnya... Setelah sekian lama :D
Happy reading!
( ◜‿◝ )♡
. . .
Matahari sudah tak terlihat, melambaikan tangannya sebagai tanda selamat tinggal sejak beberapa jam yang lalu.
Gadis muda itu tengah berjalan menyusuri padatnya ibu kota, jalanan sedang ramai-ramainya, lampu kerlap-kerlip terpasang sepanjang jalan, penjual menawarkan produknya pada perjalan kaki yang lewat.
"Wah indah sekali!" Tama, gadis itu memandang kagum kesana-kemari, me time-nya kali ini sangat menyenangkan. Di tambah lagi besok merupakan tanggal merah yang artinya besok adalah hari libur untuk semua orang.
"Kau kenapa sendirian?" Teriakan terdengar cukup keras diantara kerumunan itu, cukup membuat para pengunjung terheran-heran akan perilaku gadis muda kita.
"A-ah... Maafkan aku, a-ada serangga tadi maaf, sekali lagi maaf. Aduh malu sekali" Tama berulang kali membungkukkan badannya guna meminta maaf pada pengunjung yang terganggu, bahkan wajahnya sudah merah padam.
"Kau mengejutkan ku!" Tama menatap tajam sosok gelap yang harus bertanggung jawab karena membuat Tama malu di depan umum.
"Hehehe maafkan aku. Aku pikir kau sudah tau jika aku ada di sana" terdengar kekehan Pelan yang berasal dari balik tudung gelap sosok itu.
Hah.. sudah berapa lama dia tidak muncul. Tama cukup merindukan sosok itu, biasanya dia akan mengganggu Tama. Setiap saat tapi dari tadi pagi si hitam ini belum juga menambahkan dirinya. Tama bahkan sudah berpikir jika si hitam telah kembali ke tempat yang seharusnya. Entahlah ia tak tau dimana dan apa nama tempat itu.
"Hei! Aku hanya tidak menemuimu sejak pagi tapi kau sudah begitu merindukanku? Wah... Manisnyaaa" sosok itu menggoda Tama sembari mencolek-colek dagu Tama, dengan semburat merah mulai merambat di pipinya.
"A-apanya yang Rindu! A-aku tak rindu pada siapapun!" Tama menyangkal hal itu, tapi wajahnya berkata lain, warna merah itu sudah menutupi seluruh wajahnya, tak bisa disembunyikan lagi. Sungguh ingin Tama melemparkan dirinya ke sungai didepannya saat ini juga, tapi ia tak bisa, ia masih ingin hidup dan ia juga masih terlalu muda untuk mati saat ini.
"Sudah jangan pikir yang macam-macm aku tak akan menggoda mu lagi, jangan coba-coba untuk menceburkan diri ke sungai lagi ok?" Si hitam mulai merangkul Tama dan mengiringnya menyusuri sungai itu.
Tama hanya menganggukkan imut, perlahan merasa nyaman di pundak si Hitam. Tiba-tiba saja Tama ingat akan pertanyaan yang sudah sejak lama ia simpan tapi ia selalu saja lupa untuk bertanya hal itu kepadanya.
"Em... Hei, aku tak tau ingin memanggilmu apa. Boleh aku tau namamu?" Tama menoleh dengan wajah penasaran, si hitam hanya diam saja menanggapi pertanyaan gadis muda itu.
"Hei, aku bertanya pada mu." Tama masih bersikeras pada pertanyaannya itu walau sudah di acuhkan oleh sosok hangat di sampingnya.
"Ayo pulang. Sekarang." dingin dan datar, tidak seperti biasanya. Tentu saja Tama sedikit takut, di tambah lagi rangkulannya di pundaknya semakin kuat, seakan tidak memperbolehkan Tama untuk pergi menjauh darinya.
"Baiklah, ayo pulang sekarang." Tama akui ia takut, ia bukan anak indigo seperti yang kalian kira, jika benar sosok yang merangkulnya itu merupakan hantu, maka seharusnya Tama sudah terjatuh sejak awal menembus tubuh mahluk itu.
Mengapa Tama takut?
Pertama ia tak tau nama dari mahluk ini.
Kedua ia juga tak tau asal muasal mahluk ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Mind || Taeryeong ✓
Teen FictionDia datang dalam sosok yang berbeda. Menakutkan. Tapi dia adalah sosok yang ku rindukan, dia membuatku nyaman. Tapi dia hanya muncul di dalam pikiranku, imajinasi indah hanya milikku. Dan mengganggu pikiranku Ranking 🎖️ • #1 in mymind ~ 14/07/2020 ...