YM | Aneh

2.3K 128 7
                                    

Happy reading!!!

"ih bagus baru pulang." alena menjewer alex yang baru pulang Nongki itu. Alex mengaduh kesakitan minta ampun.

"galak banget! Nanti gue cari istri lagi aja dah. Yang ini gue giveaway." alena melotot tak terima, emang dirinya ipond yang bisa di giveaway.

"sialan lo, suami mines akhlak. Mandi sanah bau." alex mencibik.

"bau badan cewe kan len?." alex lebih dulu kabur sebelum istri nya KDRT.

"brengsek lo setan!." alex tertawa puas.

.
.
.

Langit berwarna abu pekat disertai petir yang bergemuruh menghiasi kota jakarta, cuaca dingin dengan gemercik air membuat suasananya menjadi sejuk. Kedua pasutri tengah duduk diruang tamu.

Alena membaca buku sastra yang kemarin baru ia beli, begitu menekuni hingga suami tercinta diabaikan.

Alex menatap buku sastra yang sudah mengambil alih semua perhatian dari alena. Apa ia kalah tampan dengan buku sastra itu? Heh?!.

Alena terus membolak balik halaman dengan teliti, ia penyuka seni dan sastra.

"ekhm." dehem alex, mocoba agar alena berpaling dari buku yangg menyebalkan itu!.

Alena memutar kepalanya, mengangkat alisnya seolah bertanya apa?.

"fokus banget bacanya, gue sampe dikacangin." alex cemberut, wanita didepannya menatap aneh dengab raut bingung. Sungguh? Apa dia cemburu dengan buku?

Alena menutup buku, ia berdiri untuk merapihkan buku buku alena dan alex sehabis mengerjakan pr.

Tumben sekali bukan? Anak anak ini.

"lex masak mie yuk, enak kayanya." alex berbinar, menyetujui dengan dua jempol.

"gue mie soto."

"untung lo pulang cepet lex, kalo ga keujan lo." alex menatap keluar jendela, hujan turun sangat lebat. Ia memikirkan bagaimana menjelaskan semuanya. Disatu sisi ada gadis yang butuh dia, disatu sisi ia harus ingat statusnya.

Setelah alena memasak mie, ia membawanya. Makan sambil nonton filem memang nikmat. Alex makan dengan tenang.

"ih lo kan ada lex, ini punya gue." alena marah udang miliknya diambil oleh alex. Alex tanpa bersalah melanjutkan makannya, menghiraukan alena.

Kring....

Suara deringan ponsel milik alex memenuhi seisi apartemen. Alena melirik alex yang mengangkat panggilan, entag dari siapa.

Alena menatap jam yang terpasang diatas tv. Siapa malem malem?

"hallo?."

"hallo? Dina? ."

Alena menoleh dalam sekejap menatap curiga alex. Alex beradu pandang dengan mata tajam itu, segera menjauh dari sana.

"...."

"gimana?."

"...."

"okeh. besok gue jemput."

Tuutt...

Alena diam membiarkan alex menjelaskan duluan, tapi sepertinya alex tidak mau membahas. Ia segera beranjak keatas setelah selesai menaruh mangkok di wastafel.

Ihh nyebelin banget!. Alena menghentakan kaki dengan kesal.

Awas lo ampe kegep selingkuh, gue mutilasi titid lo!.

.
.
.
.

Alena tengah menyiapkan sarapan untuknya dan alex. Ia sudah duduk dimeja makan dengan seragam yang rapih. Menunggu alex yang masih bersiap siap.

"alex cepetan!." teriak alena. Alex turun dengan membawa dua tas. Menghampiri alex dan makan dengan diam.

"len gue berangkat duluan, mau jemput orang." alena menatap menyelidik, apa yang terjadi pada kemarin?.

"hmm."

"lo jangan marah len, nanti gue jelasin okeh?." alena tidak menjawab. Alex mebawa tasnya, mengacak rambut istrinya sebelum benar benar pergi.

"sial!."

...

"lo bisa? Pelan pelan."

Semua mata tertuju pada alex dan dina. Bagaimana tidak, mereka seperti seorang kekasih. Dengan alex menuntun dina yang seperti nya kakinya terluka.

Omong omong, dina adik kelas dibawah alex. Terkenal sangat lembut dan baik hati. Mereka semua merasa iri pada dina yang bisa berdekatan, bahkan disentu alex.

Isu keberangkatan mereka cepat sekali meluas ke antero sekolah. Menjadi perbincangan hangat disekolah.

"gapapa kok kak." dina tersenyum canggung. "bilang kalo masih sakit." dina mengangguk.

"heh dasar adek kelas ga tau malu, berani godain pacar orang." monic yang sudah menahan emosi, melabrak dina.

Dina meringis, saat pantatnya menyentuh lapangan. "lo apa apaan sih."

Alex membantu dina berdiri, menatap tajam monica. "dia lagi sakit bego." dina menahan alex untuk tidak bersikap kasar.

Alex menatap wajah putih pucat dina, yang menggeleng untuk tidak meladeni.

"kamu kok bela dia sih? Dia tuh kecentilan!."

Alex menggeram kesal, mood paginya sudah tak seindah tadi lagi. "yang ada lo yang kecentilan! Inget gue bukan pacar lo. Ngimpi ketinggian."

Monic menggengam erat tangannya, mengepal kuat lalu pergi. Semua menyoraki kepergian mereka.

Alex menatap sekitar. Matanya menatap alena, yang memandangnya dengan kecewa. Alex merasa bersalah, ia akan mencoba jelaskan yang sebenarnya.

"ayo kak." alex menuntuk dina ke gedung 10 ipa 2. "kalo butuh apa apa telepon gua." dina mengangguk patuh.

"kak? Kakak ga keberatan deket deket sama aku?."

"gak kok, dah ya." alex menepuk nepuk rambut tipis dina, lalu pergi.

•••

"sumpah itu alex? Sama dina?."

"dina mana?." tanya karina.

"dina kelas 10 ipa 2. Dikenal baik dan lembut." jelas gladis.

Alena menatap keduanya dengan raut yang sulit dijelaskan. Rasa sakit menyeruak didalam rongga hatinya.

Oh ini? Orang yang telepon lo semalem, dan yang mau lo jemput lex? Ga percaya gue.

"harus dikasih pelajaran kayanya tuh adkel tengil." gladis menggulung seragam nya.

"tau, lo kok diem aja len!." karina menatap alena yang seperti biasa saja.

"gapapa." alena mencoba memberi pengertian pada temannya untuk tidak mengambil tindakan jauh.

"ini alasan lo minta gue jembut?." ucap amora.

Young Merried [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang