Satu

3.2K 206 3
                                    

Rose berjalan menyusuri jalanan dengan melewati beberapa gedung.

Yang ia inginkan hanyalah sebuah kebebasan dalam dirinya.

Kenapa ia harus bersikap seperti orang lain. Apa yang salah jika dirinya mengikuti apa yang ia mau. Tanpa harus memikirkan perasaan orang lain, tanpa harus memikirkan apa yang kan terjadi jika dirinya mengatakan apa yang ia inginkan.

Kenapa Rose harus merasa kecewa pada Tuhan yang memberikan dia hati yang lemah.

-

Rose duduk di halte. Tak berniat kemanapun. Hari ini rasanya ia sudah merasa cukup. Ia tak mampu lagi berjalan. Dan ia juga tak tau lagi akan kemana.

Tak terasa langit yang tadinya masih berwarna biru dengan awan putih yang menjadi hiasanya, kini telah meredup dan sebentar lagi akan berubah menjadi gelap.

"Haa~" desah Rose, ia memainkan kakinya.

Setelah merasa cukup dengan semedinya. Rose berdiri. Ada beberapa orang disini, tapi entah kenapa matanya terfokus pada satu sosok.

Satu sosok yang tengah berdiri menggunakan hooddie berwarna hitam dengan tudung yang menutupi sebagian wajahnya. Walaupun begitu, Rose masih mengenal siapa sosok itu.

Taehyung?

Rose menggelengkan kepalanya tak perduli. Toh mereka juga tak cukup dekat untuk bertegur sapa.

*

"Aku pulang" ucap Rose begitu memasuki rumah.

"Dari mana kau? " tegur sosok yang sedang duduk dengan suara beratnya.

Rose enggan menjawab. Ia merasa tak ada yang perlu dijawab.

Rose hanya menatap dan kembali melangkahkan kakinya.

"Kalau di tanya itu di jawab. Bukan di abaikan. Apa pernah appa mendidik mu seperti itu? "

Rose kembali diam.

Kenapa tak mengerti sih. Apa harus hal seperti ini diperdebatkan. Seharusnya kau tau kenapa tadi aku pergi. Seharusnya kau tau bagaimana perasaanku.

Rose membendung air matanya. "Maaf. Aku ingin mengerjakan tugasku"

Rose kembali berjalan.

"Sudah tau ada tugas. Bukannya di kerja malah pergi. Dasar"

Rose menutup pintu kamarnya setelah mendengar hal itu. Ia tak pernah menyangkan jika appanya akan seperti ini.

Appa yang dulu di kenal cuek dan perduli pada anak-anaknya. Kini telah berubah.

Rose menyandarkan punggungnya di pintu yang telah tertutup. Ia menangis dalam diam.

Apa aku boleh menyusulmu?

Ucap Rose membayangkan wajah eommanya.

**

Rose bangun. Matanya bengkak, ia berjalan menuju kamar mandi yang memang terdapat dalam kamarnya. Ia bersiap untuk kegiatan rutinya. Pergi ke kampus.

Rose membuka pintu kamarnya. Ia berharap appanya belun bangun. Tapi ia salah.

"Appa, aku pergi dulu"

"Besok-besok bangun lebih pagi dan lakukan tugasmu. Jangan sampai eommamu yang bekerja. Sudah besar tapi masih harus di tegur. "

Tolong ini masih pagi.

Rose menarik nafasnya dalam-dalam mencoba menahan dadanya yang sesak.

Rose melihat ahjumma yang kini telah menjadi step mothernya. Ahjumma itu hanya sibuk mengurusi sarapan appanya.

Always be with youWhere stories live. Discover now