Hai! apakabar?
Sabrina terdiam.
Kalimat dari healer yang menangani cideranya benar-benar membekas di otak. Sabrina tidak bisa memikirkan tentang hal lain kecuali kalimat laknat tersebut.
Berkali-kali Sabrina menolak makanan yang diantarkan untuknya. Baik itu diantar oleh healer, orang tuanya, ataupun Valeria. Sungguh, tidak ada yang bisa membuat segalanya lebih baik bagi Sabrina saat ini.
Gadis itu menatap telapak tangannya yang sedikit terluka. Gadis itu masih bisa merasakan tekstur licin dari The Golden Snitch yang ia tangkap di permainan terakhir sebelum kecelakaan ini terjadi.
Sabrina masih ingat dengan jelas bagaimana adrenalinnya memuncak setiap kali melihat benda kecil berkilauan itu melintasi pandangannya.
Terukir di kepalanya betapa senangnya Oliver ketika gadis itu berhasil memenangkan permainan pertamanya sebagai seeker Gryffindor.
Sabrina masih ingat itu.
Semuanya.
Dan kini ia tidak bisa lagi merasakan hal-hal hebat seperti itu.
"Sabrina."
Suara dari ambang pintu mengalihkan pandangan Sabrina dari taman Rumah Sakit St. Mungo yang sedari tadi ia pandangi dari jendela kamar rawatnya. Gadis itu melihat sang kapten Quidditch berdiri di sana sembari mengusap tengkuknya berkali-kali, merasa gugup sekaligus khawatir berlebihan akan kondisi Sabrina.
"Hey Oliver, masuklah." ucap Sabrina lemah.
"Kau baik-baik saja?" tanya Oliver.
Sabrina menggeleng. "Aku tidak baik-baik saja, Oliver. I'm broken..."
Oliver berjalan mendekat dan langsung merengkuh Sabrina. Gadis itu menyandarkan kepalanya di bahu Oliver, diam-diam masih mengatakan kepada dirinya sendiri bahwa ia masih sanggup menahan rasa sedih yang terbendung di dalam hatinya.
Tangan Oliver bergerak pelan untuk mengelus kepala Sabrina. Pemuda itu ingin memberitahu Sabrina bahwa ia khawatir, namun tidak ada satu katapun yang terucap dari bibirnya. Ia hanya mampu menghibur gadis itu, meyakini perempuan itu bahwa segalanya akan baik-baik saja melalui perlakuannya.
"Oliver..."
"Yes, Sabrina?"
Sabrina semakin membenamkan kepalanya di ceruk leher Oliver, "do you still love me even if I can't play Quidditch anymore?"
Oliver menatap Sabrina tidak percaya, "apa maksudmu?"
Gadis itu melingkarkan tangannya di leher Oliver, tidak menjawab pertanyaan dari kekasihnya. Perkataan healer padanya tadi pagi kembali terngiang di otaknya.
Dengan pendarahan dari dalam dan cidera yang parah, kami takut kau tidak akan kami perbolehkan lagi untuk bermain Quidditch. Permainan itu sangatlah berbahaya bagi fisikmu yang sudah terluka seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
seeker
Fanfictionft. Oliver Wood "Karena dari awal, perhatianmu untukku hanyalah karena aku bisa membuat timmu menang." nathsandrine, 2020