P.3 Shopping

1 0 0
                                    

Zayn termenung dengan kata-kata yang dikeluarkan Pangeran Razzan, seketika Zayn sadar jika dia tidak boleh melamun di depan Pangeran.
“Maafkan saya Pangeran, bukan seperti itu.” Zayn berusaha menutupi kegugupan dirinya.
“Baiklah terserah kau saja, hanya satu pesanku jika serius, kau harus segera memintanya kepada Abi karena kamu tau bagaimana protokol kerajaan.” Nasehat Razzan sambil menepuk pundak Zayn dan berlalu dari ruang kerja.
Zayn yang masih menunduk merenungi apa yang dikatakan Pangeran Razzan, selang beberapa detik akhirnya Zayn tersadar dan segera menyusul Pangeran.
Razzan berjalan ke kamar Maheera dan berdiri di depan pintu meminta pengawal untuk memberitahukan kedatangannya.
“Yang Mulia Pangeran Mahkota Razzan datang untuk menemui Anda Putri Maheera.” Ucap salah satu pengawal setelah mengetuk pintu.
“Astaga kenapa kakakku cepat sekali datangnya. Lusi suruh Pangeran masuk dulu, kau bisa lanjutkan nanti.” Ucap Maheera.
“Baik Putri.” Balas Lusi segera berjalan ke depan pintu.
“Dimana Maheera?” tanya Razzan dengan kepalanya melihat ke dalam.
“Silahkan masuk Yang Mulia Pangeran Mahkota, Putri Maheera sedang bersiap sebentar lagi selesai.” Kata Lusi dengan pandangan menunduk.
Tanpa basa basi lagi Razzan langsung masuk dan menemui Maheera, melihat Maheera masih merapikan pakaiannya Razan duduk di sofa kamar tersebut.
“Apa kita berangkat sekarang? Bukankah kakak bilang menjelang siang.” Keluh Maheera.
“Aku sudah selesai.” Jawab Razzan enteng.
Mereka bercakap dan bercanda sambil menunggu Lusi merapikan sedikit rambutnya. Terliat sekali bahwa hubungan kakak dan adik ini begitu akrab. Hari ini Maheera menggunakan gaun terusan berwarna broken white lengan pendek, tidak menggunakan aksesoris apapun kecuali jepit rambut karena dia tak ingin terliat mencolok, sepatu berhak datar berwarna brown untuk menemaninya kali ini.
Setelah menyelesaikan semuanya kedua kakak beradik turun ke lantai bawah menuju pintu depan istana ini, karena mobil yang akan mereka kendarai ada di depan istana.
Ada dua mobil yang mengawal mobil Range Rover mereka, Maheera duduk di bangku belakang dengan Razzan, di depan Zayn dan seorang supir. Lalu satu mobil pengawal dan satu mobil lagi mengawal di belakang.
“Apa kita sedang santai kak?” tanya Maheera.
Razzan mendengar pertanyaan Maheera membuatnya bingung, “Kenapa kamu menanyakan hal itu?”
“Karena kita hanya pergi dengan dua mobil, biasanya enam.” Terselip nada mengejek dalam perkataan Maheera dan tak ayal membuat Razzan tertawa dan Zayn tersenyum.
***
Suasana pasar cukup ramai dan semua pengawal kerajaan menyebar seperti biasanya jika keluarga kerajaan berkunjung ke keramaian, hal itu dilakukan jika keluarga kerajaan sedang bersantai, tapi jika melaksanakan tugas kerajaan maka mereka akan dikawal dengan ketat.
Maheera yang melihat seisi pasar menjual berbagai macam barang-barang membuatnya antusias bahkan sampai melepaskan rangkulan lengannya dari Razzan.
“Heera jangan jauh-jauh, disini ramai.” Tegur Razzan sedangkan gadis yang ditegur hanya tersenyum dan menolehkan kepalanya.
“Astaga anak itu,” keluh Razzan dan Zayn hanya bisa tersenyum.
“Putri sedang bahagia Pangeran, sepertinya Putri sudah lama tak main ke pasar.” Balas Zayn.
“Bisakah kau bicara santai denganku Zayn, kita sedang berlibur sekarang, bukan tugas.” Protes Razzan dan Zayn mengangguk.
Razzan sebenarnya tidak terlalu nyaman jika di luar istananya harus dipanggil dengan panggilan resmi dan Zayn tau itu, makanya Razzan sempet kesal karena Zayn sengaja memanggilnya begitu.
“Raz, kemana Maheera pergi.” Ucap Zayn tiba-tiba, sontak Razzan mengedarkan pandangan dan tidak melihat sosok Maheera.
Zayn cepat menghubungi pengawal yang lain dan mengabarkan bahwa Maheera tidak terlihat di pasar ini.
Maheera yang tak sadar sudah jauh dari jangkauan kakaknya dan Zayn tetap terliat senang dengan keadaan sekitar sampai Maheera berhenti di salah satu toko bunga di pasar tersebut. Maheera mengagumi semua bunga yang dijual disana. Bahkan ada tanaman bunga seperti mawar yang jarang ditemukan di daerah Mid East.
“Permisi Nona, apakah Anda ingin membeli bunga?” tanya pemilik toko itu. Maheera menoleh sepertinya pemilik toko ini tak tau dia siapa. Tapi baguslah karena Maheera juga tak nyaman jika harus bersikap formal di luar istana.
“Apa nama bunga ini?” tanya Maheera menunjuk salah satu bunga cantik berwarna putih dengan kelopak kecil.
“Ini namanya mandevilla sanderi, Nona.” Jawab pemilik toko.
“Apa aku bisa menanamnya di kebun ista- ah maksudku di kebun rumahku?” tanya Maheera.
“Tentu saja bisa Nona, jika ingin terus berbunga anda bisa membuat green house di rumah jadi banyak bunga yang bisa Nona tanam nantinya.” Nasehat pemilik toko.
Maheera tertarik dengan pembicaraan pemilik toko dengan pembuatan green house hingga membuat Maheera lupa waktu dan tak menyadari hari sudah mulai sore. Maheera pamit kepada pemilik toko yang dia ketahui namanya Marry, dan memberikan beberapa bunga yang bisa dia tanam di kebunnya nanti.
Saat akan kembali ke tempat dimana Maheera terpisah dengan kakaknya Maheera tak sengaja mendengar keributan, karena penasaran Maheera mendatangi kerumunan itu. Melihat pria yang berusia sekitar 40 tahun dipukul oleh seorang pemuda membuat Maheera geram.
“Hei, apa kamu tidak tau sopan santun kenapa memukul Bapak ini, dia lebih tua darimu.” Bentak Maheera yang berhasil masuk ke dalam kerumunan dan berada di dekat bapak itu.
Pemuda itu mengernyit, “Jangan mencampuri urusanku Nona muda.” Dengan seringai penuh kuasa.
“Tapi aku tak bisa membiarkan kamu memukul pria ini yang lebih tua darimu. Apa kamu tidak pernah diajari tata karma hem.” Protes Maheera tidak takut membuat kesal pemuda itu.
Pemuda itu mendekati Maheera, melihat tingkah pemuda itu Maheera sedikit bergeser, sadar jika Maheera bergerak lelaki itu diam.
“Dia sudah mencuri barangku Nona sok pahlawan.” Jelas pemuda itu.
“Tidak Nona, bukan seperti itu, kebetulan kantong yang Tuan Muda bawa ini sama dengan yang saya beli, tapi saya yakin kantong itu milik saya karena saya sudah melihatnya.” Jelas Bapak itu dengan terbata.
“Ini salah paham harusnya kamu mendengar penjelasannya dulu.” Sahut Maheera.
“Alasan klasik.” Ejek pemuda itu tak mau kalah.
“Lagipula kamu orang asing disini, kenapa kamu membuat keributan di sini.” Kata Maheera ketus.
Pemuda itu terkekeh pelan, “Tak kusangka kunjunganku disini disambut dengan pencurian barang milikku.”
Maheera menunduk “Pak jika memang Anda tidak mencuri mana barang yang jadi milik bapak?” tanya Maheera lembut.
Pemuda ini merasa bahwa wanita di hadapannya ini bukan wanita sembarangan, dengan perangainya yang lemah lembut pasti dia dari kalangan bangsawan.
Bapak itu menunjuk kantong yang sudah diinjak oleh pemuda itu, Maheera menghampirinya dan melihat isinya adalah empat potong pastry yang sudah tak berbentuk.
“Apa ini barang yang kamu bilang?” selidik Maheera.
Pemuda itu melirik ke dalam kantong yang dibuka oleh Maheera, dengan enggan dia menjawab “Bukan.”
Terdengar riuh beberapa gumaman orang-orang yang berkerumun di sekitar mereka.
“Lalu mana barang yang kamu bilang?” tanya Maheera.
Belum sempet pemuda itu menjawab ada seorang pelayan toko datang membawa bungkusan yang memang sama persis dengan yang dibawa Maheera.
“Maaf Nona, tadi pesanan dari Tuan Muda masih ada yang kurang jadi kami mengambilnya kembali, maaf kami belum sempat menjelaskan.” Ucap pelayan tersebut menyesal dengan menundukkan kepalanya.
Pernyataan pelayan itu membuat pemuda itu malu luar biasa, namun dengan secepat kilat pemuda itu menormalkan kembali ekspresi wajahnya. Maheera yang tau hal ini menatapnya dengan tajam.
“Minta –” belum sempet Maheera menjelaskan maksudnya terpotong dengan panggilan seseorang yang sangat dikenalnya.
“Maheera” membuat semua orang menoleh dan sudah menundukkan pandangannya.
“Kakak,” lirih Maheera, secepat kilat Razzan memeluk Maheera karena lega adik kesayangannya sudah ditemukan.
“Kami mencarimu kemana-mana, kenapa kamu ga bilang kalo mau pergi hemm,,” protes Razzan. “Maaf” hanya itu yang keluar dari mulut Maheera.
“Ayo kita pulang,” ajak Razzan.
“Tunggu kak,” Maheera menahan kakaknya yang sepertinya tak menyadari adanya keributan disini.
Zayn membisikkan sesuatu ke Razzan dan melihat ke arah berlawanan.
“Pangeran Emir.” Ucap Razzan.
***

MaheeraWhere stories live. Discover now