20) Bukit Cantik

281 55 7
                                    

Sorry for typo, happy reading

Hari ini Nara membolos, lebih tepat nya izin. Karena sepulang sekolah kemarin gadis itu  langsung terserang demam dan flu, kini kondisi badan nya sudah tidak separah semalam. Ia sebenarnya sangat ingin sekolah

Agar bisa bertemu Saguna lagi

Tapi Nara tidak mendapat izin dari mama nya dan Nendra, maka dari itu sekarang Nara hanya menghabiskan waktu di kamar dengan tidur dan menscrol kembali instagram OSIS sekolah nya, untuk apalagi jika bukan melihat wajah Guna

Nara hanya merasa sedikit rindu, bucin sekali. Tapi memang kenyataan nya seperti itu, maklumkan saja Nara baru pertama kali jatuh cinta pada lawan jenis

"Bosen banget," Gumam nya sambil tetap menatap layar handphone

"Eh eh Saguna maaf, maksud aku bukan bosen ke kamu" Lantas Nara terduduk dan mengusap layar handphone nya

"Tapi aku bosen dirumah gini.." 

Mata nya tak sengaja menatap jam yang tergantung di dinding, seketika dirinya langsung menemukan fakta bahwa di jam 2 siang seperti ini mama nya akan pergi keluar untuk mengecek butik

Nara bergegas turun dari ranjang, memakai jaket milik Guna yang kini telah berada 2 dikamar nya. Kali ini Nara memakai jaket berbahan parasut, untuk jaket jeans kemarin tentu saja masih di cuci

Sekali-sekali ia memang suka memakai jaket tersebut, mungkin sudah sebanyak 5 kali Nara memakai nya. Tapi menurut Nara itu tak masalah, toh Guna juga tidak akan tahu, kalau nanti saat akan di kembalikan Guna tidak mau pun Nara bisa membelikan jaket baru untuk Guna

Dengan begitu Nara jadi bisa memiliki jaket Saguna seutuh nya, jaket nya dulu. Saguna nya nanti. Kapan-kapan. Jika Saguna mau dengan nya itu pun

Setelah mengunci pintu rumah dan menyetop taksi, Nara pergi menuju sebuah tempat yang hanya diketauhi oleh nya, atau mungkin ada orang lain juga yang tahu?

***

"Gun! langsung balik kagak lo?" 

Selepas bel berbunyi tanda pulang berdenting Arsen dengan buru-buru mendekati Guna yang masih membereskan buku nya

"Gatau, kenapa emang?"

"Katanya si Nara sakit. Gue sama yang lain mau jengukin dia kerumah nya, ikut yok"

Guna diam beberapa detik, lalu menjawab

"Nggak."

Terdengar helaan nafas pasrah Arsen, "Inget Gun, terlepas dari perasaan dia ke lo, dia juga tetep temen kita"

"Iya gue ngerti. Lo duluan aja" 

"Yauda gue sama yang lain cabut" 

Setelah kepergian Arsen, Guna menyampirkan ransel nya di bahu sebelah kanan lalu mulai berjalan keluar kelas, banyak orang-orang yang menatap nya, tidak bisa di pungkiri bahwa wajah tampan Guna memang susah untuk di lewatkan 

Dan Guna sudah terbiasa akan hal itu, ini bukan sesuatu yang baru untuknya karena sedari memasuki SMP banyak kakak-kakak kelas yang mengincar nya juga. Tapi sayang sekali secantik apapun kakak kelas tersebut Guna tidak pernah tertarik dengan mereka sedikit pun

Sesampai nya di parkiran Guna menaiki motor kesayangan nya lalu melesat pergi ke sebuah bukit yang baru ia temui beberapa hari kemarin, hanya untuk duduk dan mulai berpikir tentang banyak hal

Bukit itu tidak jauh dari sebuah komplek rumah, bahkan tepat berada di belakang salah satu rumah, hanya saja mungkin orang-orang yang melihat bukit itu menganggap bahwa bukit tersebut hanya bukit kecil yang tidak berguna

Tapi jika kalian menelusuri bukit itu lebih lanjut, kalian akan menemukan jalan yang sedikit curam, menuju sebuah bukit tinggi yang memperlihatkan betapa hebat nya Tuhan menciptakan langit, luas dan indah

Sesampai nya Guna di bukit ia melihat seorang gadis dengan rambut yang menjuntai panjang, Guna tidak takut hanya saja ini bukit, bukan tidak mungkin bila memang ada penghuni nya

Akhirnya Guna memutuskan untuk diam, menunggu gadis yang tidak Guna ketahui manusia atau makhluk lain itu pergi. Tepat saat gadis tersebut berniat membalikan badan Guna menutup mata nya rapat-rapat

"Hah? Kamu beneran Saguna?" 

Sudah beberapa kali Nara mengucek matanya untuk memastikan orang yang berada di depan nya itu nyata

"I-inara?" 

Nara terkekeh pelan lantas mengangguk dengan antusias, gadis itu menarik lengan Guna menuju ujung bukit yang tidak dibatasi sama sekali

Tepat berada di ujung bukit tanpa sadar Guna menggenggam jemari Nara agar berhenti berjalan 

"Bahaya," Ujarnya

Lantas Nara melihat ke arah genggaman tangan mereka, lalu mengeratkan nya, mencari kesempatan. Guna yang baru saja sadar pun berusaha melepaskan genggaman mereka perlahan, tapi tidak bisa

Karena Nara memegang nya dengan erat. Jika Guna kembali memaksa maka mereka akan berakhir terdorong berdua menuju jurang di bawah, maka dari itu Guna membiarkan jemari mereka saling menggenggam

"Aku kira cuman aku yang tau tempat ini"

"Hm, gue juga"

"Kamu juga apa?" 

"Gue kira juga cuman gue yang tau tempat ini" 

Nara mengangguk, ia ingin Guna lebih banyak bicara

"Aku sakit"

"Tau"

"Demam sama flu semaleman"

"Hm"

"Tapi sekarang udah baikan"

"Jadi udah sembuh"

Guna menatap Nara sebentar, "Tangan lo masih anget"

"Oh itu gara-gara kamu pegang, aku deg degan"

"Alesan. Kenapa ada disini?" tanya Guna pelan

"Bosen, gaada kamu" 

"Ekhem," Guna berdehem pelan, gadis ini sangat blak-blakan jika berbicara, di satu sisi ia merasa  bahwa itu bagus tapi di sisi lain ia juga merasa sedikit khawatir

"Ini namanya bukit cantik"

"Aku sendiri yang kasih nama hehehe" 

"Hm"

"Kalo kamu ngapain disini?" 

"Pengen aja" 

Nara mengangguk mengerti lalu kembali menatap langit di depan, di samping nya Guna melakukan hal yang sama, memikirkan banyak hal yang berkecamuk di kepala dan hati nya

Melupakan teman-teman mereka yang kini tengah duduk di teras rumah Nara sambil menunggu salah satu penghuni rumah tersebut datang 

(TBC)

long chap heheh, lumayann lah yaa. Makasih untuk yang udah menyempatkan vote dan komen, semoga suka!


Nara dan jiwa stalker nya:


اوووه! هذه الصورة لا تتبع إرشادات المحتوى الخاصة بنا. لمتابعة النشر، يرجى إزالتها أو تحميل صورة أخرى.
Sagunara | Hunreneحيث تعيش القصص. اكتشف الآن