6. Trap in Mind

36 8 10
                                    

Pintu gudang tiba-tiba terbuka. Seorang pria paruh baya berteriak dan memberitahu semua orang bahwa dirimu sedang tidak sadarkan diri. Tidak! Kau mendengar semua percakapan mereka. Kau bisa merasakan ketika tubuh kurusmu digendong oleh pria tadi. Hanya saja, kau terlalu lemah. Jangankan berbicara, sekadar membuka mata saja kau tidak mampu.

Kau dibaringkan di sofa sembari menunggu kehadiran dokter. Tidak membutuhkan waktu lama, yang ditunggu-tunggu segera tiba dan memeriksamu. Sungguh kondisi yang memprihatinkan. Seorang dokter saja sampai menggeleng dan menanyakan bagaimana kondisimu bisa seperti ini. Mendengar penjelasan yang dia berikan, orang-orang yang berada di sekitarmu tampak merasa iba akan hal itu.

***

Pembuluh venamu mulai menerima suplai cairan infus untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang. Setelah hampir seharian kau terbaring, matamu mulai terbuka dengan perlahan. Kerutan di dahimu menggambarkan bahwa mata itu masih terasa asing dengan cahaya yang masuk.

Seorang gadis seumuranmu menangis tersedu-sedu sembari memelukmu yang mulai sadar. Kau tidak meresponnya karena tubuhmu tampak masih lemas. Selain itu, sepertinya kebingungan juga mulai melandamu. Tidak heran, karena selama ini kau terkurung dalam ruangan pengap itu.

Matamu melirik ke kanan dan ke kiri secara bergantian. Menatap orang di sekitar dengan tatapan bingung dan tajam. Apa kau sedang waspada kepada mereka? Entahlah, hal seperti itu hanya dirimu sendiri yang tahu.

Tatapanmu terhenti, saat kedua bola mata mengarah ke sebuah peti mati. Sesaat suasana menjadi hening, semua orang terdiam dalam keadaan membatu. Begitu juga denganmu yang tampak seperti patung saat menatap peti itu.

"A-ayah!" Kau cabut paksa infus yang tertancap di nadimu. Membuat darah mengalir dan orang sekitar tampak menggigil. Dengan langkah gontai kau berusaha mendekati peti yang di atasnya terdapat foto ayahmu.

Orang-orang yang hadir mulai memalingkan wajah. Tampaknya mereka tidak sanggup melihat apa yang akan terjadi padamu. Seorang gadis yang baru saja keluar dari lubang neraka, kini harus menerima kenyataan pahit mengenai kepergian ayahnya.

Bruk!

Kau tampak berat untuk melangkah sehingga tidak dapat menumpu badan dengan baik. Tubuh kecilmu mulai terjatuh, membuat sekeliling berteriak pelan menyerukan namamu. Suara-suara itu terabaikan olehmu, yang kau lakukan hanya berusaha bangkit meski tidak bisa. Tangan yang tampak berusaha meraih peti itu terlihat gemetar bersama suaramu yang tidak stabil. Kini kau terseok-seok untuk menghampiri peti ayahmu. Tidak ada yang berani mendekatimu, mungkin lebih tepatnya hati mereka tidak sanggup menahan kepedihan bersamamu.

Saat berhasil meraihnya, kau berusaha naik dengan berpegangan pada peti itu. Kini tubuhmu mulai berdiri meski tidak sempurna. Mata yang sayu seketika terbuka lebar saat melihat sosok ayah yang terbaring kaku. Tangisan yang sebelumnya sudah mengisi ruang ini terdengar semakin menjadi-jadi. Kau berteriak, menjerit, bersama air mata yang deras membanjiri pipi.

Gadis yang awalnya tidak sanggup menatapmu, kini mendekatimu dengan perlahan dan memintamu untuk tenang. Kau abaikan dia, hanya air mata yang terus ada sebagai jawaban atas perasaanmu saat ini.

"Ayah! Ayah bangun! Kenapa hal ini bisa terjadi? Ayah aku tidak punya siapa-siapa lagi. Jangan pergi! K-ku mohon ...."

"Kasihan sekali gadis ini. Ayahnya meninggal dalam kecelakaan, dan dia dikurung oleh ibu tirinya. Bahkan saat dikurung ibunya membawa pria lain ke rumah ini." Beberapa orang sibuk berbincang di tengah kepedihan yang kau rasakan. Namun, banyak juga dari mereka yang ikut menangis seolah merasakan setiap dukamu.

Di tengah suasana duka ini, suaramu yang sebelumnya menggelegar mulai melirih. Bahkan tidak lama kemudian kau jatuh pingsan dan lagi-lagi membuat kehebohan. Tubuhmu segera dibawa ke kamar agar mendapat perawatan dengan segera. Kini orang yang hadir segera memakamkan ayahmu tanpa menunggumu sadar.



🍁Dipublikasikan 19 November 2020🍁

Trap in MindWhere stories live. Discover now