Part 2

581 40 0
                                    

"Ada yang mau buka usaha di tempat kamu?"

"Iya, si Ical. Mau jual kopi katanya."

"Pas tuh Vape sama kopi."

"Iya tapi aku nggak pas sama orangnya."

"Kenapa?"

"Agak rese. Lagian dia tuh kalau ada maunya saja. Kalau nggak ada mah, jangan harap nyamperin, ngaku kenal kita saja nggak." Gery mengoper persnelingnya dan mulai menaikkan kecepatan mobil menerobos jalanan menuju Pondok Halimun.

"Tuhh couple yang nggak goal-goal." Ledek hampir seluruh teman Gery dan Vitha. Ya siang ini keduanya ikut reuni kecil-kecilan bersama teman SMP mereka. Seketika mereka tertawa. Gery dan Vitha yang sudah biasa diledeki hanya menganggap angin lalu guyonan-guyonan mereka. "Bro, kapan mau diresmiin. Diambil orang baru tahu rasa."

"Diresmiin apanya?" Tanya Gery.

"Atau halalin aja sekalian." Gery nyengir. Vitha mencebik.

"Seriusan gue nanya, sampai kapan lu betah kayak gini?"

"Apa sih kalian, rese deh." Elak Gery. "Tha, mereka kenapa sih?" Vitha angkat bahu. "Udah ah gue mau pesen jagung bakar dulu. Tha, kamu mau?"

"Cieeee...."

"Napa sih? Lu juga mau? Ayo, gue traktir, tapi jangan berisik."

"Beneran?? Gue mau dua porsi tapi."

"Mau dibeli sama kiosnya juga boleh, asal jangan ricuh mulu, berisik tau." Mereka pun terbahak kecuali Gery dan berlalu meninggalkan Vitha dengan beberapa teman perempuannya.

"Vit, lu nggak ada niat nembak Gery duluan?"

"Apaan sih? Beneran asli kalian pada kenapa hari ini?"

"Udah lebih 10 tahun kalian deket. Masa iya nggak niat resmiin hubungan. Minimal pacaran gitu." Vitha bergeming. "Gery cakep loh, Tha. Anak sultan juga. Masa lu nggak naksir sama sekali sama dia." Vitha meringis. Gery, sahabat SMP nya. Mereka kenal dan dekat semenjak masa orientasi. Banyak yang mengartikan kedekatan mereka sebagai pasangan kekasih. Pada kenyataannya mereka hanya berteman tapi mesra. Dari SMP hingga kini, menginjak usia 25.

# # #

"Ehh anak mama udah pulang. Gimana rame acaranya?"

"Lumayan." Vitha duduk bersandar di pundak Marni.

"Kok lumayan?"

"Anak-anak pada rese hari ini. Ledekin aku sama Gery mulu."

"Ledekin gimana?"

"Iya katanya nggak bosen gini terus, kok gak jadian-jadian." Vitha cemberut. Marni tertawa ringan. "Mama kok malah ketawa?"

"Jangankan mereka, Mama juga kalau bisa pengen ledekin kalian. Nggak capek apa gini terus. Padahal Mama udah pengen kalian serius."

"Yaa Mama...."

"Serius nih Mama tanya, emang kalian nggak ada rencana buat jadian?"

"Ma...."

"Vit, semakin hari mama makin tua. Yang muda aja bisa meninggal kapanpun apalagi Mama yang udah tua gini. Mama cuma pengen pas Mama pergi, ada yang bisa Mama titipi kamu. Yang jaga kamu."

"Mama apaan sih?" Ada sesak di dada Vitha. "Mama jangan ngomong gitu ahh. Mama harus sehat, temenin Vitha. Vitha nggak mau...." Kalimat Vitha menggantung, airmatanya menetes begitu saja.

"Lho kok jadi nangis. Duuh maafin Mama, sayang." Marni mengusap air mata Vitha. "Udah sore, mandi sana. Abis itu kita sholat Maghrib berjamaah ya?!" Ajak Marni. Vitha mengangguk.

Di kamar, Vitha memandangi foto dirinya dengan Gery diatas nakas. Lama sampai akhirnya figura kayu itu diraihnya.

Bohong jika dia tidak tertarik pada Gery. Gery tampan, dari keluarga berada, cukup pintar. Sayang rasa yang dia punya hanya dirasa seorang diri. Gery tidak. Gery hanya menganggap nya teman, tidak lebih. Tapi pertanyaan teman-temannya juga mamanya hari ini membuat Vitha gundah. Bisakah dia tetap menyimpan rapi rasanya disaat usianya kini cukup untuk ke jenjang pernikahan?

Cinta Luar BiasaWhere stories live. Discover now