3. Pesan Bunda

4.2K 515 10
                                    

'Karena kita ada untuk saling menguatkan.'

Allah Jodohkan Kita

~Thierigiara

***

Haura masih di kampus saat suster yang bertugas menjaga bundanya mengabari kalau bundanya drop dan harus dilarikan ke rumah sakit. Gadis itu langsung saja berangkat ke rumah sakit meninggalkan kelasnya yang masih ada 1 mata kuliah lagi. Bundanya lebih penting dari apa pun di dunia ini.

Haura berlarian di lorong rumah sakit sampai dirinya bertemu dengan suster bundanya di kursi tunggu depan ruang ICU.

"Emang bunda kenapa Sus?" tanya Haura khawatir.

"Tadi sih batuk darah terus karena lihat darahnya sendiri beliau pingsan," jelas sang suster. Memang Bunda Haura itu mengalami Endema Paru yang disebabkan oleh gangguan jantung. Haura hanya tahu sampai sana, dia tak tahu lagi apa yang terjadi dengan bundanya, karena memang Haura kurang paham bahasa medis lainnya.

"Jadi sekarang gimana?" tanya Haura.

"Ya harus dirawat di rumah sakit, soalnya tekanan darahnya juga lumayan tinggi," jelas suster.

Haura lantas terduduk. "Saya boleh masuk sus?" tanya Haura.

"Boleh, tapi Ibu belum sadar," kata sang suster merasa bersalah, dia bertugas menjaga Bunda Haura namun lalai sebab menemukannya saat sudah pingsan.

Haura mengangguk lalu masuk ke dalam ruangan, bundanya tampak mengenakan alat bantu pernapasan, tubuh Haura seketika lemas mendengar bundanya masuk rumah sakit. Sekarang Bundanya adalah pusat dunianya, Haura tak bisa membayangkan hidupnya tanpa wanita itu.

Haura mendekat kemudian mencium punggung tangan bundanya, tangan kiri bundanya itu terpasang infus, rumah sakit sudah seperti teman ketika bundanya mulai jatuh sakit.

Haura menghapus air matanya, gadis itu lantas keluar dari kamar kemudian menelepon Akram.

"Assalamualaikum, ada apa Ra?" selalu seperti itu Akram sangat tak bisa berbasa-basi.

"Waalaikumsalam Om, bunda masuk rumah sakit Om," beritahu Haura.

"Hah? Kapan?" tanya Akram.

"Barusan, aku juga tadi di kampus dan baru dikabari sama suster, ini gimana Om aku bingung banget," ujar Haura mengadu, selain bundanya dia hanya punya Akram untuk berbagi masalah.

ujar Akram berusaha menenangkan Haura, Rani adalah sosok paling berjasa dalam hidup Akram, Akram juga sangat takut kalau wanita yang tak lagi muda itu kenapa-napa.

Haura mengangguk. "Haura tunggu di rumah sakit ya Om," ujar Haura.

"Oke," ucap Akram.

Kemudian sambungan keduanya terputus.

***

Akram sampai di rumah sakit saat jam makan siang, namun Haura tak ada di sana, entahlah ke mana gadis itu, ia juga tak pamit ke Akram.

"Haura ke mana sus?" tanya Akram saat masuk ke dalam ruang rawat Rani.

"Katanya harus nemuin teman-temannya karena ada tugas kelompok," jelas suster.

Akram mengangguk. "Udah lama?" tanya Akram.

"Barusan," jawab suster.

"Kok nggak ketemu ya?" tanya Akram.

"Nggak tau juga kayaknya karena dia udah sekitar lima belas menit yang lalu perginya," jelas suster, Akram mengangguk lagi.

"Gimana keadaan Kakak?" tanyanya mendudukkan diri di kursi jaga yang tak diduduki suster.

Rani tersenyum. "Alhamdulillah udah mendingan, cuma agak pusing aja sedikit," jawab Rani.

"Kalau ada apa-apa teleponnya saya aja sus, jangan Haura, dia lagi sibuk-sibuknya di kampus," terang Akram memberitahu.

"Oh iya pak, tapi saya sudah telepon bapak sebelumnya, hanya saja nomor bapak tidak aktif, saat itu saya panik makanya tanpa pikir panjang langsung menelepon mbak Haura," jelas suster.

"Tapi nggak apa-apa makasih ya sus," ucap Akram.

"Kakak nggak apa-apa Ram," ujar Rani memberi pengertian, semua ini bukan salah suster yang menjaganya, tapi memang keadaan tubuhnyalah yang sangat lemah.

Akram memegang tangan Rani, daripada kakak wanita itu sudah seperti ibunya sendiri.

"Tetap aja kakak harus sehat, nanti aku sama Haura gimana," kata Akram, dia adalah seorang pria dewasa yang sudah kepala 3, namun tetap saja dia masih butuh Rani untuk menyetujui segala keputusannya.

"Makanya kakak mau minta kamu buat jagain Haura," ujar Rani.

"Jangan bilang gitulah Kak!" Akram menepuk punggung tangan Rani, dia masih mau hidup lebih lama bersama Rani, dia tidak siap kembali ke susuatu bernama kesendirian.

Rani tersenyum. "Akan selalu ada yang datang dan pergi Ram, kakak Cuma mau kalau kakak nggak ada jagalah Haura sebaik mungkin, ungkapkan sama dia apa yang memang ingin kamu ungkapkan," ujar Rani.

"Ngomong apa sih kak!"

"Kalian sudah tau satu sama lain, kenapa nggak mencoba hidup bersama selamanya?" tanya Rani.

Akram terdiam.

"Kakak nggak pernah masalah kamu nggak menikah-menikah ya karena kakak yakin kamu dan Haura akan berakhir bahagia, cobalah untuk merubah keadaan kalian menjadi satu," ujar Rani.

Akram masih terdiam, dia belum menikah karena memang terjebak dalam perasaannya sendiri untuk Haura, Akram seperti tak menemukan sosok lain yang bisa membuatnya jatuh cinta.

"Jaga Haura, kamu mungkin nggak akan menemukan wanita sepertinya di luar sana dan dia juga nggak akan menemukan laki-laki seperti kamu," jelas Rani.

"Akram akan jaga Haura," janji Akram.

***

Sorenya Haura kembali ke rumah sakit menggunakan ojek online.

"Udah makan kamu?" tanya Akram.

"Gimana keadaan bunda Om?" Bukannya menjawab, Haura malah bertanya balik.

"Bunda kamu baik-baik aja, lagi tidur, tapi masih harus dirawat," ujar Akram.

Haura mengangguk, gadis itu berusaha menetralkan napasnya sendiri.

"Udah makan?" tanya Akram sekali lagi.

Haura menggeleng. "Lupa tadi Cuma minum aja, mau pesen makan juga udah tanggung karena udah selesai dan udah mau pulang," jelas Haura.

"Ya udah yuk makan," ajak Akram.

Haura mengintip ruangan bundanya dulu sebelum akhirnya mengangguk dan melangkah mengikuti Akram.

Sepanjang perjalanan di mobil keduanya dilingkupi keheningan, Akram memang pendiam, sementara Haura sibuk memikirkan nasibnya jika taka da bunda.

Sampai di tempat makan dan setelah makanan datang Haura malah tak selera.

"Kok nggak makan?" tanya Akram karena dia tampak asik sendiri dengan makanannya.

"Nggak selera Om," kata Haura.

"Makan!" tegas Haura.

"Nggak bisa Om, namanya juga nggak selera!" Haura bersikeras.

Akram hanya menghela napasnya.

***

Jangan lupa vote & comment!

Allah Jodohkan KitaWhere stories live. Discover now