20. Alden & Alaya

22.1K 2.3K 270
                                    

Sepulangnya berbelanja Alden dan Alaya tidak langsung pulang, tapi berkunjung ke rumah Abdad terlebih dahulu, ini semua bukan kemauan Alden tapi Alaya, karena Alden itu sangat penurut jadi dikabulkannya keinginan Alaya, Istri tercintanya.

"Kita mau ngapain Yang?" Tanya Alden sembari berjalan mendekat pada Alaya yang sudah lebih dulu berdiri di depan pintu rumah Abdad.

"Ya main ke rumah Paman lah Kak."

"Selain itu Yang..." Geregetan Alden gemas.

"Oh, mau nganterin es kelapa muda sama sosis bakar. Kali aja Paman mau."

"Kamu ko perhatian banget sama Paman?!"
"Jangan-jangan kamu mau oleng ke yang lebih tua ya?!" Sewotnya galak.

"Ga bakal kak," balas Alaya apa adanya, ibu jarinya menekan bel yang ada di samping pintu.

"Awas ya, aku bakal awasi Ayang terus!" Mata Alden memicing bagai predator.

Telapak tangan Alaya mengusap wajah Alden, terkekeh geli melihat bagaimana rasa cemburu Alden kiat membeludak seiring bertambahnya hari. Kalau Alden sudah cemburu, pasti akan ada hal menjengkelkan yang dilakukan laki-laki yang ada di sampingnya sekarang ini.

Alden menangkap tangan Alaya, mengecup punggung tangannya beberapa kali. Alaya selalu saja bisa membuatnya gemas!

"WOW! Drama apa lagi ini?" Tanya Abdad menyeletuk, raut wajahnya tampan kesal karena lagi-lagi kedua pasangan muda-mudi ini bermesraan tidak pada tempatnya.

Langsung saja Alaya mencium punggung tangan Abdad, sedangkan Alden yang melihat itu langsung menarik tangan istrinya, melayangkan tatapan membunuh kepada Abdad.

"Kamu ga mau salaman?"

"Ga, tangan Paman berminyak!"

Mulut Abdad menganga, menggelengkan kepalanya prihatin karena lagi-lagi ia terkena buli oleh Alden, ponakan bandelnya.

"Paman, niat kita ke sini cuma mau ngasih es kelapa sama sosis bakar. Aku harap Paman suka."

Dengan tampang berseri-seri, Abdad menerima kantong kresek hitam itu. "Makasih ya Alaya, perhatian sekali kamu."

"Total harganya 25 ribu itu. Sini bayar?" Telapak tangan Alden menengadah kehadapan Abdad.

Alaya menarik tangan Alden agar turun, tersenyum sopan pada Abdad. "Jangan di dengerin, tau sendiri Alden orangnya kaya gimana, hehe..."

Abdad ikut tertawa, kepalanya mengangguk-angguk. "Udah biasa, saking biasanya Paman ada niatan ngasih racun ke minuman Alden."

Bola mata Alden mendelik, mengeluarkan ponselnya. "Coba ngomong sekali lagi."

"Emangnya buat apa?" Tanya Abdad, membuka pintunya lebar, menyuruh keduanya masuk.

Alden langsung mensejajarkan langkah kakinya dengan Abdad, sedangkan Alaya berjalan di belakang mereka berdua. "Mau aku rekam, terus kirim ke polisi kalo Paman ada niat ngasih racun."

Sontak saja tangan Abdad mengeplak kencang punggung Alden. "Sembarangan!"

Alden ikut memukul punggung Abdad, kemudian langsung memberi jarak saat melihat Abdad juga akan kembali memukulnya. "Kalo Paman di penjarakan enak, udah ga kerja, dapet makan gratis lagi."

"Amit-amit," gumam Abdad dengan mata mendelik kesal pada Alden. Laknat sekali perkataan ponakannya itu.
"Kalian duduk dulu, biar Paman ambil mangkuk buat wadah es kelapanya."

Seperginya Abdad, Alaya langsung menjejalkan paksa satu sosis bakar dengan lumuran saus ke mulut Alden. Memaksa Alden menelannya.

"Mama, apa-apaan sih?!" jerit Alden tidak terima, terpaksa menelan sosis yang ada di mulutnya dengan mata menyorot kesal pada wajah ayu Alaya.

Alden & Alaya 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang