Bandung, dengan Gardika Gigih dan Dua Manusia Lain

208 26 14
                                    



Di luar pintu nomor empat belas Wisma Duta, hujan sedang mengguyur Bumi Pasundan. Di dalamnya, dengan lampu kamar yang mati dan dingin dunia yang merembes ventilasi dan sela-sela pintu, Jaka mendengarkan lagu dari laptop yang disambungkan ke speaker. Alunan melodi sendu yang familiar itu sudah mendekati akhir, dan Jaka sudah dalam tingkat penghayatan sepenuhnya. Dahinya berkerut serius, kepala di bantal, punggung tangan di dahi, menutup mata yang terpejam. Napasnya pelan dan berat, mulutnya bergerak mengikuti si penyanyi.


Selamanya . . .

Sampai kita tua,
Sampai jadi debu
Ku di liang yang satu. . .
Ku di sebe—


"PUNTEN, MISTER JAKA! HUDANG CAN?" (Punten, Mister Jaka! Sudah bangun belum?)

Jawaban sebetulnya: Jaka enggak sedang tidur, dan kalaupun mau enggak akan bisa karena sekarang dia sudah dalam posisi duduk, jantungnya nyangkut di tenggorokan gara-gara pertanyaan tersebut yang dibarengi suara orang gedok-gedok pintu. Jawaban yang keluar dari mulut Jaka: "euy."

Banda Neira di speaker sampai tenggelam suaranya waktu pintu menjeblak terbuka, lalu setelah suara klik lampu dinyalakan, menampakkan biang kerok yang berbentuk si kembar dempet Yudhis dan Angga, senyum dan tanpa permisi masuk dengan langkah berderap masuk.

Enggak kembar dempet juga, sih. Itu cuma sebutan Jaka terhadap mereka, karena di kepala Jaka, Yudhis dan Angga itu sepaket berisiknya kayak Tweedledee dan Tweedledum. Tapi mereka bukan saudara, apalagi kembar. Yudhis asli Jakarta, satu kos dengan Jaka di Wisma Duta, rambutnya panjang dan diwarnai cokelat terang kayak artis J-Rock, ditindik tiga, kurus ceking dengan senyum iklan pasta gigi yang mematahkan citra punk-rocker galaknya. Angga juga kurus dan ceking, tapi rambutnya hitam dan lebih ikal walaupun panjangnya hampir sama, mata yang lebih ramah dan bercitra kalem, gaya berpakaian yang lebih serasa 5 Seconds of Summer circa 2013 daripada Visual Kei, dan lahir besar di Bandung. 


Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Hayu atuh dahar

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


"Hayu atuh dahar. Kita mau pesen gofood KFC soalnya ujan," kata si Yudhis. "Sama Angga ini mumpung belom balik ke Nangor."

Jaka masih berusaha memroses. Angga sepertinya sadar si pemilik kamar masih loading, dan menggunakan kesempatan tersebut untuk jongkok di depan rak buku mini punya Jaka, yang raknya sebetulnya didominasi buku pegangan kuliah—dan beberapa buku bacaan santainya. "Kang Jaka baca Ronggeng Dukuh Paruk?" Tanyanya dengan ada penasaran, menarik satu buku dari rak dan membolak-balik halamannya.

Jaka ArtaWhere stories live. Discover now