Jaka Arta

Butfirst Coffee bersama Elle Damaris

Pelaspas Dharmawangsa bisa dikategorikan sebagai hidden gem, tapi kalau terserah Jaka, dia akan memanggilnya hole-in-the-wall gem. Tempatnya kelihatan kecil, kalau dari luar cuma kelihatan seperti muat satu resto kecil. Aslinya, Pelaspas Dharmawangsa melebar ke dalam dan menampung lima tempat makan: satu resto makanan Mexico, resto makanan Cina, satu kedai ramen, satu kedai gelato, dan di bagian paling belakang, hampir tersembunyi, ada kafe. Namanya Butfirst Coffee.

Enggak besar tempatnya, tapi nyaman dan "rumah" banget. Kursi-kursinya di luar dibuat teduh dengan pohon yang berfungsi seperti kanopi, menyaring sinar matahari jadi kelap-kelip di tanah. Interiornya agak sembarang dan sebagian besar vintage. Kursinya macam-macam bentuknya dan enggak seragam, memberikan kesan seperti masuk ke rumah nenek-nenek—lawas, tapi hangat. Welcoming. Secara keseluruhan, tempatnya tersembunyi dari dunia—betulan definisi lubang di dinding. Dan di Butfirst ini Jaka sedang duduk, di tempat duduk luar yang menghadap jendela ke dalam kafe, tepat di samping pintu masuk.

Ada sepuntung rokok yang baru dia matikan. Di depannya ada segelas espresso dingin. Jaka sedang menunggu Elle Damaris.

Versi singkat cerita tentang Elle Damaris: Elle Damaris adalah perempuan. Cantik. Sekarang kerja di salah satu perusahaan startup e-commerce di daerah Jakarta. Jaka ketemu Elle pertama kali di Tinder, match ­waktu si Elle sedang liburan ke Bandung.

Versi komplitnya: Jaka mengunduh aplikasi Tinder itu sebagai bentuk solidaritas dengan anak-anak kos karena waktu itu Angga baru ditolak cewek. Jadi biar Angga enggak ngenes sendirian, Jaka, Yudhis dan Gardika bareng-bareng install aplikasi tersebut di ponsel untuk cari cewek buat Angga. Sebetulnya kalau Jaka pikir-pikir, Jaka enggak begitu paham kenapa dia ikutan usaha. Lagipula kalau diingat-ingat, Jaka sendiri enggak terlalu serius juga main aplikasi itu, enggak kayak Yudhis yang sibuk cari bio yang keren, dan enggak kayak Angga yang mendedikasikan waktunya untuk bikin profilnya ala-ala presentasi Power Point.

Alasan kenapa kamu harus swipe kanan saya, Anggaraksa Kusnandar:

Satu, saya suka kucing. Dua, saya bodor dan bisa mewarnai hari-hari kalian. Tiga, saya enggak riweuh kalau diajak kondangan. Empat, saya anak kesayangan uwa.

Consnya: satu, kalo persib lagi tanding teu bisa diganggu, hampura. Dua, suka telat bales chat dospem. Tiga, Spotify saya enggak premium.

Testimoni dari mantan: brengsek tapi asik. Testimoni dari Uwa: 10/10 best boy. Coba dichat kalau enggak percaya.

Enggak, Jaka enggak sampai begitu. Foto yang dia pasang cuma satu, bionya cuma dua kalimat; Bukan Jaka Tarub atau Jaka Sembung dan Jaka-jaka lainnya. Apalagi milik kamu. Mainin juga agak enggak niat, dia cuma asal swipe kanan swipe kiri biar kalau sedang ngumpul sama-sama ada bahan omongan—tapi waktu ketemu profile Elle yang waktu itu cuma berjarak 2 miles from you, Jaka enggak segitu munafiknya untuk enggak swipe kanan.

Waktu ada tulisan You're a Match! muncul di layar, itu bonus—soalnya bisa sombong ke anak-anak. Waktu Elle nge-chat, itu juga bonus, karena mereka ternyata nyambung ngobrolnya.

Waktu itu Elle sedang liburan ke Bandung, dan setelah ngobrol sebentar, Elle langsung nembak, "Jak, besok lo mau jadi tour guide gue sama temen-temen gue enggak? Pengen muterin Bandung nih, cari kulineran enak."

Dia ingat dia langsung nabok Yudhis yang lagi main gitar dan bilang, "anjir Dhis, gue jackpot."

Apesnya, besoknya ada keperluan mendadak yang harus Jaka selesaikan di kampus. Mendadak dan penting, dan betulan harus dia selesaikan segera, karena kalau enggak dia bisa-bisa gagal wisuda. Dia ingat dia minta maaf ke Elle karena enggak bisa (sambil mengabaikan Angga yang mewanti-wanti; "operlaaaaah, oper kaaaaaang ke sayaaaaa,"), lalu pagi-pagi langsung ngebut ngampus tanpa sarapan dan tanpa jaket. Malamnya maag Jaka kumat sampai keringat dingin, dan Yudhis harus keluar malam-malam cari obat maag dan nemenin Jaka waktu muntah.