Bagian 10

6.6K 632 29
                                    

Kiki yang sedang menelungkup di atas tempat tidur itu tersenyum dengan sumringah. Tangan kanannya yang tidak memegang ponsel menumpu dagunya di atas bantal. Tatapannya tertuju kepada perempuan yang wajahnya terlihat di layar ponselnya.

Jangan heran dia harus meladeni Vivian untuk video call malam-malam begini. Saat panggilan video yang kedua masuk, Kiki merasa harus mengangkatnya sebelum ada panggilan ketiga dan seterusnya. Vivian pasti tidak akan berhenti menghubungi sebelum mendapatkan keinginannya. Padahal tadinya Kiki melewatkan panggilan video pertama perempuan itu karena sedang mandi.

Sepertinya kencan Abang hari ini sukses besar ya? Saking lebarnya senyum Abang, kodok aja bisa masuk dengan mudah ke dalam mulut Abang. Untung ya hotelnya suamiku terjamin sehingga kodok gak di ijinin masuk ke sana.

Kiki tidak memperdulikan kalimat sindiran Vivian karena dia memang tidak bisa menutupi rasa bahagianya hari ini. Kencan pertama dengan Nela yang sukses besar seakan memberikan harapan untuknya. Dia akan lebih berusaha keras untuk mengambil hati gadis itu.

“Harus sukses dong, Vi. Bahkan kencan Abang dengan sahabat kamu akan berlanjut besok.”

Vivian memandanginya lekat. “Aku senang sekali melihat Abang begini. Memangnya besok rencananya mau kemana?

Kiki mengangkat bahu sekilas. “Entahlah, Abang sebenarnya bingung. Menurut kamu Abang bawa Nela kemana? Dia bilang besok Abang yang pilih tempatnya.”

Vivian mengusap dagunya, terlihat berpikir. “Aku gak tau tempat disana yang cocok untuk kencan sih, Bang. Soalnya selama di sana aku jarang main-main dan gak pernah pergi kencan juga. Nonton aja gimana? Nela kadang suka nonton juga.

Saran Vivian nyatanya sudah sangat terlambat. “Siang tadi kami juga nonton di bioskop.”

Kencan Abang tadi memangnya cuma nonton aja? Ada ketempat lain juga?

“Gak sih. Ada tempat lain juga. Kami ke kebun binatang, makan, sama nonton.”

Vivian melongo. “Kebun binatang?” pekiknya kemudian. “Abang ajak Nela kencan ke kebun binatang?” Vivian menatapnya jengkel.

“Nela yang minta kesana, Vi. Katanya itu tempat favoritnya waktu kecil dan udah lama banget dia gak ke sana. Abang mana bisa nolak? Rezeki juga sih karena banyak dapat manfaatnya juga ke sana.”

Manfaat apa? Kalian semakin dekat? Atau Abang nembak terus diterima Nela?

“Pujaan hati Abang mati dong kalau Abang tembak? Abang nanti nikahnya sama siapa coba, Vi?”

Vivian berdecak gemas. “Aku serius, Bang! Abang menyatakan cinta lalu Nela terima? Begitu atau gak?

Sampai kini Kiki belum berterus terang. Dia baru sanggup melempar kode dan menilai respon Nela dulu. Pengecut memang! Tapi jika dia nekat menyatakan cinta saat Nela belum merasakan apa-apa hingga akhirnya mereka berujung menjauh, Kiki rasa itu sama saja dengan bunuh diri.

Hari ini Kiki banyak melihat perubahan yang terjadi di antara mereka. Setidaknya Kiki tahu, Nela sudah mulai menerima keberadaan Kiki di samping gadis itu.

Kiki tersenyum menggoda. Hal yang mampu membuat ketidaksabaran Vivian meningkat. “Memang bukan menyatakan cinta sih.” Sebelum Vivian bertanya lagi, Kiki lebih memilih menjawabnya.

Lalu?

“Ya Allah!” seru Kiki sambil mengusap wajahnya dengan satu tangan. “Dia cantik banget saat senyum tulus dan tertawa seperti tadi, Vi. Abang jadi kayak anak ABG yang baru jatuh cinta.”

Perfect love Deal [Tamat]Where stories live. Discover now