01 - All Like Yesteday

8 1 0
                                    

"Semua orang pernah mengalami kesedihan, tapi orang yang berlarut larut dalamnya tak kan berhasil." –Kai Kamal Huening

Kai menghela napas, saat membuka pintu rumah kecil miliknya, "Aku pulang." Kai melepas sepatu yang ia pakai dan menyimpan nya di rak sepatu. Suasana rumahnya seperti  tidak berpenghuni. Angin menyibak gorden-gorden yang lupa Kai buka. Suara angin terdengar jelas di indera pendengarannya.

Mata lebar Kai meneliti setiap inci rumah  kecil miliknya yang sepi. Ia menengok kesana kemari dengan pandangan mencari.

Langkahnya yang pelan tiba-tiba berubah menjadi tergesa-gesa, saat tidak menemukan orang lain di sana.

Ia menyusuri setiap ruang di dalam rumah nya, membuka satu persatu pintu.

Sampai akhirnya ia menghela napas lega, saat melihat sesosok namja berdiri di pojokan balkon rumahya tersebut. Menikmati angin yang berhembus. Ini sudah hampir jam 12 siang, tetapi sepertinya mentari enggan muncul. Hanya ada awan hitam gelap menandakan ingin turun hujan. Ditambah beberapa gemuruh, yang semakin mendukung kedatangan hujan.

Perlahan-lahan, Kai mendekati nya, namja dengan rambut berwarna hitam kecoklatan  itu tengah menikmati semilir angin yang menyejukkan. Nampak tidak tahu bahwa ada orang selain dirinya yang berdiri di sana. Kai melangkah, berusaha tidak menimbulkan suara.

"Soobin Hyung, "Ucap Kai seraya menyentuh bahu orang yang menjadi lawan bicaranya. Menatap netra obsidian Soobin yang terlihat tidak bersemangat.

Soobin tersentak kaget lalu menengok, "K..kau su...su...dah...pu..la...lang?" Tanyanya pelan, dengan nada mengeja.

"Iya," Lantas Kai ikut menghirup napas mengikuti Soobin, menikmati angin dari balkon apartemen mereka. Dari atas sini, mereka bisa melihat pepohonan di seberang dan balkon-balkon tetangga lainnya.

Sekilas, Kai menatap Soobin lalu kembali memejamkan mata.

Setiap kali ia melihat Soobin, ia teringat pada kejadian yang lalu, mengingat semua yang pergi dan menyisakan mereka berdua saja. Meninggalkan mereka.

Kai kembali menyentuh bahu Soobin pelan, "Ayo makan..." Lalu Kai mengangkat bungkus makanan. Mata sendu itu seolah-olah tahu kesedihan Soobin.

***

Tidak ada pembicaraan di keduanya, padahal di grup dulu mereka adalah anggota paling berisik.

Kai selalu takut berbicara pada Soobin, ia akan selalu menangis saat berbicara, itu pasti akan membuat Soobin tidak suka.

Keheningan mendominasi ruangan dalam sepi. Hanya ada dentingan sendok dan garpu yang bersahutan dari kedua nya.

"Ba..ba...gai..gaa...ma...na," ucap Soobin dengan kesulitan, terlihat jelas bahwa ia berusaha agar bisa berbicara, sedangkan Kai, memerhatikan Soobin, mengeluarkan ekspresi 'ayo ayo, hyung pasti bisa'

"Pe...ker...jaa..an..mu?"

Yeah, akhirnya Soobin bisa mengucapkan nya.

"Pekerjaan ku?" Ujar Kai dengan nada pelan dan mengeja.

"Baik-baik saja."

"Kau?"

"A...ku..ka-kan..ti...dak...pu...pun...punya...pe..pe..ker-ker..jaa...jaan." Terang Soobin polos.

Kai terkekeh pelan, "Maksud ku kabar hyung," Terang Kai lalu memberi beberapa irisan kimchi di mangkuk Soobin.

"Ka..bar ku-ku...ba-bai...ik."

"Hyung, hari ini kau ada kemajuan, kau sudah bisa berbicara sebanyak 8 kata! Semangat!"

Soobin tersenyum bangga, pencapaiannya yang sangat maju. Lalu mulai menyendok makanannya perlahan-lahan.

***

"Si..ni...a...ku..sa..ja...ya..yang ta..ruh.." Tutur Soobin saat ia dan Kai berbarengan menghabiskan makanan.

"Ah, terimakasih, Hyung," Ujar Kai sembari menaruh mangkuk nya di tangan Soobin.

Soobin menampilkan senyum nya lalu beranjak dari meja makan untuk pergi mencuci piring miliknya dan Kai.

Sementara Kai, ia masih setia, memandangi bahu Soobin yang semakin lama semakin jauh.

Bahu itu tidak kuat seperti dulu.

Bahu itu rapuh, dari dalam dan luar. Soobin masih belum bisa melupakan kejadian itu. Kai yakin.

We Lost The Summer Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang