7. Penculikan.

5.2K 657 9
                                    

Hay hay....
Aku up lagi....

Pagi pun tiba, matahari menyinari bumi, udara sejuk dan kicauan burung mendominasi pagi itu. Seorang gadis terbangun karena sebuah suara yang nyaring dan terdengar dari dapur. Alana sebenarnya malas untuk pergi kesana. Tapi dengan terpaksa ia berjalan menuju dapur. Alana berteriak dan menatap tajam ke arah seseorang yang hampir saja membunuh ibunya.

Alana tidak tinggal diam, ia mengambil kayu yang bisa ia jadikan alat untuk melawan orang yang memakai naju hitam dan ia juga memakai cadar, seperti ninja. Alana tidak menyadari jika, ia lupa memakai cadar. Sehingga suara teriakan ibunya membuat ia sadar.

"Jina, pakai cadar mu!!"

"Hah? Astaga." Alana menarik kain yang memang ada digantung didekat pintu dan memakaikanya dengan cepat.

"Eh lo mau ngapain hah? Mau maling lo?"

"Eh?" gumam Alana saat ia sadar jika bahasanya tidak akan di mengerti oleh mereka.

"Kamu siapa? Mau mencuri? Lepasin ibu saya!!" Alana berjalan mendekat sambil mengulurkan kayu itu didepanya, untuk berjaga-jaga.

"Anda putri Jina? Mari ikut saya kekerajaan."

"Putri?"

"Pergi Jina, jangan ikut dia, ibu mohon."

"Bapak ini siapa?" Alana.

"Saya suruhan dari putra mahkota."

"Putra mahkota Chuna?"

"Bukan."

"Jadi?"

"Mari ikut saya."

"Enak aja, ga- gak mau. Kenal aja tidak." Alana.

"Baiklah jika putri tidak mau pulang, saya akan membunuh ibu tua ini." pria itu menggeluarkan pisau belati dari samping celananya.

"Berengsek nih orang." Alana maju kedepan dan langsung melempar kayu itu.

Tak...

Kayu itu menggenai kepala pria itu. Alana langsung menarik tangan ibunya dan sebelum meninggalkan rumah, Alana memukul punggung pria itu beberapa kali dan pergi meninggalkan rumah.

Alana membawa ibunya memasuki hutan. Alana terus berlari memasuki hutan, tak peduli kayu dan juga duri yang menusuk kulitnya. Alana dan ibunya berhenti disebuah sungai. Alana yang melihat sungai, dengan air yang jernih dan bersih, Alana langsung masuk dan meminum air itu. Hal pertama yang ia rasakan adalah kelegaan, dia tidak merasa haus lagi. Menoleh kebelakang, Meira melihat ibunya duduk dipinggir sungai, duduk diatas batu besar.

"Ibu."

"Iya nak?"

"Tadi, pria itu siapa?"

"Hah... Pria itu adalah orang jahat yang selalu mengincarmu."

"Aku bu?" tanya Alana.

"Yah, kau."

"Yah jelas dong gue jadi icaran, gue kan' cantik." Alana tersenyum lebar, dan kepedeanya kambu.

"Bu, apakah mereka sudah lama menguntitku?"

"Sudah, ketika kamu mulai berumur 19 tahun."

"Ooh, berarti belum lama dong."

"Bu, ayo pulang." Alana keluar dari sungai dan duduk disebelah ibunya.

"Tunggu matahari terbenam. Jika, kita sekarang pulang, maka sudah di pastikan pria jahat itu masih di sana."

Transmigrasi Alana and Yuo Jina (END)Where stories live. Discover now