4. Sick

3.1K 200 6
                                    

Vote sebelum membaca atau matamu akan bintitan wkwk canda. Jangan lupa vomment ya :3 Doain ujianku hari ini lancar dan hasilnya baik biar ini bisa dilanjut terus. Kalau ada typo langsung komen ya
.

Seulgi sudah hampir tak bisa membedakan apakah dirinya adalah seorang istri, slave Jimin atau pelacur yang berhasil menjual tubuhnya seharga 200 ribu dolar. Sungguh menyedihkan.

Sementara tawaran Seulgi terlalu menggairahkan, Jimin tak bisa menolaknya, kejantanan pria itu mengeras ketika mendengar kata-kata Seulgi.

Mereka bercumbu di kamar mandi, merasakan tubuh gemetar Seulgi yang mencoba mencakar keramik kala Jimin menghujam kejantanannya dalam posisi berdiri di belakang Seulgi. Salah perempuan itu telah menawarkan diri pada pria sepertinya. Jimin terlalu normal untuk tidak menolak.

Malam ketika langit semakin menggelap, cahaya rembulan menerobos masuk ke dalam kamar. Menyinari tubuh telanjang di balik selimut putih bersih. Jimin terbangun dan mendapati Seulgi bergumam, istrinya tengah mengigau. Bukan hanya itu, kulitnya terasa panas.

Panik.

Ia bangkit dan mengguncang tubuh Seulgi. Tapi perempuan itu tak bergeming sedikitpun, malah semakin mengeratkan genggamannya pada ujung-ujung selimut. Semakin lama bibirnya meracau lebih keras.

"Di-ngin"

Jimin yakin ia menyalakan pendingin ruangan seperti malam - malam sebelumnya. Jimin tidak yakin harus menghubungi seseorang, tapi posisi Sehun adalah dokter yang terdekat dengan keberadaannya saat ini.

Ia menghubungi Sehun, suara pria itu terdengar parau, diam sejenak barulah terdengar menyetujui permintaan Jimin.

Buru-buru Jimin memakaikan pakaian hangat ke tubuh Seulgi. Berlapis-lapis baju dan celana panjang.

Tidak berapa lama kemudian, pintu di ketuk. Ia terlonjak dan segera melompat turun dari kasur.

"Tubuhnya panas sekali."

Sehun mengangguk dan melangkah mendekati ranjang tempat Seulgi terbaring. Ia melotot menatap Jimin saat melihat sisa percintaan panas mereka semalam penuh. Ia berusaha mengabaikan itu saat Jimin bersidekap tangan memalingkan muka menghindari tatapan sahabatnya itu. Tapi tak berlangsung lama.

"Yak apa yang mau kau lakukan?" Jimin sedikit berteriak mendorong tubuh Sehun menjauh dari Seulginya. Ia membuat gerakan melindungi Seulgi, wajah menyeramkan seperti anak yang melindungi permen gulanya.

"Aku harus memeriksanya, Jimin!" Sehun bersikukuh. Ia harus memasukkan tangan ke dalam pakaian Seulgi untuk menekankan stetoskop ke dada Seulgi sebab Jimin memakaikan jenis pakaian neck turtle berlapis-lapis. Itu menghalangi pekerjaan Sehun.

"Tidak~ tidak! Kau tidak boleh menyentuhnya," Sementara pria itu masih bertelanjang dada dengan celana panjang terus saja melindungi Seulgi. Mengabaikan gumaman gadis kecil yang merintih tersiksa dalam rengkuhan paksa dirinya.

"Jimin, aku harus memeriksanya!" mereka bersitegang beberapa saat.

"Baiklah. Kau yang menekankannya." Lama berdebat dengan pikirannya, Jimin menuruti perintah Sehun. Mati-matian pria itu menahan diri saat tangannya menyentuh payudara Seulgi yang tidak terbungkus bra.

Cukup lama tindakan yang di ambil Sehun karena setiap pekerjaannya dibantu amatiran seperti Jimin. Entah kenapa pria itu menjadi begitu posesif pada miliknya. Sehun menghela nafas melihat suhu tubuh Seulgi mencapai 39.1 derajat celcius. Dia mematikan AC dengan cepat.

"Aku menyuntikkan obat," Ia memandang Seulgi datar. "Kompres seluruh tubuhnya lalu ganti pakaiannya dengan yang biasa saja. Tapi jangan lupa pakaikan kaos kaki. Jika dia terus mengeluh, kau harus memijit kepalanya untuk mengurangi rasa pusing. Kutinggalkan obat di atas meja untuk diminum saat dia bangun. Hubungi aku jika suhu tubuh-" Sehun menjeda sejenak untuk penjelasan panjangnya. "Istrimu semakin naik."

𝙇𝘼𝘿𝙔 𝙍𝙊𝙎𝙀 [𝙈] ✔Where stories live. Discover now