32. Let's Kill This Love

1.6K 330 46
                                    



Sudah seminggu sejak kejadian dimana Rosi tau akan kebohongan yang disembunyikan dan sudah seminggu juga Rosi memendam apa yang dia rasakan.

Selama seminggu Rosi mengamati Jeffrey melihat setiap pergerakkan lelaki itu, namun sampai saat ini Rosi tidak menemukan perubahan yang diberikan oleh Jeffrey. Lelaki itu tetap bertingkah laku seperti biasa, tetap mengantar jemput Rosi tetap bilang kangen bahkan perlakuan Jeffrey hampir saja membuat Rosi jatuh lebih dalam.

Rosi pikir Jeffrey merupakan lelaki yang bahaya karena lelaki itu benar-benar tau bagaimana menjalankan peran dengan baik. Jika lelaki itu masuk dalam nominasi aktor dalam ajang penghargaan mungkin dia akan menang.

Hari ini Rosi disibukan dengan penulisan artikel ilmiah yang sudah berjalan selama sebulan. Artikel ilmiah ini dia kerjakan bersama dosen Fakultas Hukum dan mahasiswa hukum yaitu Joyce. Rencananya besok artikel ilmiah ini akan dikirim. Rosi sebelumnya sudah meminta izin dengan June terkait kesibukan ini dan untungnya June mengizinkan.

Jeffrey tau kalau Rosi bersama dengan Joyce dan lelaki itu tampak biasa saja saat ini bahkan saat mengantar Rosi tadi Jeffrey juga tidak menyapa Joyce padahal gadis itu ada disana. Apakah benar Jeffrey sudah berhasil melupakan gadis itu? Rosi tidak berani beranggapan begitu takutnya dia terjatuh dengan ekpektasi yang dia rancang sendiri.

"Rosi habis ini mau kemana?" tanya Joyce yang duduk di depan Rosi

Dengan mata yang masih menghadap ke laptop Rosi menjawab "Gue mau pulang aja soalnya langsung kerja nih"

"Oh gitu ya, tadinya mau ngajak nongkrong dulu" ujar Joyce yang kemudian menyodorkan beberapa kertas ke Rosi "Ini hukum yang digunakan untuk sengketa internasional sesuai studi kasus yang kita bahas, tinggal gimana lo sangkut pautin sama teori dari jurusan lo doang"

"Oh makasih" Rosi mengambil kertas itu lalu kembali melanjutkan mengetik.

Ruangan yang kecil itu kini kembali hening dan hanya dipenuhi oleh bunyi ketikan kedua gadis itu. Rosi yang tampak enggan berbicara dengan Joyce sedangkan Joyce yang dari tadi berusaha mengajak Rosi ngobrol tapi berujung terhenti karena Rosi menanggapi dengan cuek.

Setelah menghabiskan waktu kurang lebih 1 jam kedua gadis ini selesai dengan kerjaan masing-masing dan bersiap-siap untuk pulang.

"Hai Jeff" sapa Joyce dengan ceria

"Hai! Udah selesai?" tanya Jeffrey entah ke Rosi atau Joyce

"Udah nih, kalian berdua mau langsung pulang? Hujan ini tunggu aja dulu" tanya Joyce yang sudah berdiri disamping Jeffrey

Memang sekarang cuaca hujan deras dan berangin yang pastinya akan susah ke parkiran walaupun membawa mobil.

Saat petir menyambar Joyce terlihat ketakutan begitupun dengan Rosi. Berbeda dengan Rosi yang hanya menunduk, respon Joyce saat ada petir sungguh berbeda, tangan Joyce seketika tremor.

"Eh lo gapapa?" Jeffrey mendekat ke Joyce dan dengan cepat tangan lelaki itu menggenggam tangan Joyce seolah menenangkan Joyce.

Rosi lihat itu dan seketika gadis itu mendengus dan meruntuk dalam hati karena melihat adegan romantis di depan matanya. Ingin rasanya Rosi memaki Jeffrey yang memegang Joyce disaat dalam ruangan yang sama ada cewek lain yang merupakan pacar Jeffrey. Catat sekali lagi. PACAR.

Petir kembali menggema dengan gemuruh yang luar biasa,'Demi Tuhan gue takut banget' ujar Rosi dalam hati saat bunyi petir menghampiri telinganya.

Seharusnya disaat seperti ini Jeffrey menenangkan dia. Namun, masih dengan posisi tadi Jeffrey berdiri di depan Joyce menenangkan gadis itu.

Hari ini Rosi mengetahu jika sampai kapanpun posisi Joyce di hati Jeffrey tidak pernah bisa begeser. Dan sekali lagi Rosi menjadi pemeran figuran di kisah orang lain.

TentativeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang