PROLOG
"Sebelum ke cerita, pertama saya mau mengucapkan terimakasih kepada, Téh Cika (bukan nama sebenarnya), yang telah berkenan untuk berbagi pengalamannya dan telah memberikan izin terhadap saya untuk mempublish ceritanya." Author, Sri Rahayu N.
____________________________________
Namaku Cika, berasal dari salah satu kota yang berada di daerah Jawa Barat, yang terkenal dengan kerajinan Payung Geulisnya. Pernah menempuh pendidikan di STIKes yang berada di kota Bunga Raflesia, angkatan tahun 2010.
Bagi mahasiswa yang kuliah di STIkes, tentunya sudah tidak asing jika mahasiswanya diwajibkan untuk tinggal di asrama selama masa pendidikan. Dan hanya diizinkan pulang pada akhir pekan saja, hari Sabtu dan Minggu. Itu pun bagi mereka yang rumahnya tidak jauh dari kampus.
Meski pun berbeda kota, akan tetapi jarak rumahku ke kampus tidak terlalu jauh. Itu lah sebabnya ketika akhir pekan tiba, aku terkadang pulang ke rumah orang tuaku atau ke rumah saudaraku.
Waktu itu pada tahun 2009, Tepatnya ketika aku kuliah semester 4.
Saat akhir pekan tiba, aku memutuskan untuk pulang ke rumah saudaraku. Dikarenakan, dia memintaku untuk menemuinya. Dia bilang, sedang menghadapi permasalahan dengan kekasihnya. Aku menurut dan segera menuju rumahanya.***
Tanpa memerlukan waktu yang cukup lama, akhirnya aku sampai di rumah saudaraku, Téh Shinta. Aku memanggil dia dengan sebutan Tétéh (Kakak perempuan dalam bahasa Sunda). Lama aku di sana, membahas segala hal yang ingin Tétéh sampaikan, tentang ungkapan rasa sakit hati Tétéh terhadap kekasihnya.
Waktu itu Tétéh menyuruhku agar tetap di rumahnya, untuk menginap sebari menemaninya malam ini. Aku menuruti permintaannya dan bermalam di sana.
Keesokan harinya, tepatnya pada hari Senin pagi. Aku telah memakai rapi seragam khas milikku dan bersiap menuju kampus dengan diantar oleh Tétéh.
Saat di perjalanan, tiba-tiba Tétéh bertanya kepadaku.
"Neng, hari ini ada jadwal kuliah gak? Kalau gak ada, mau gak antar, Tétéh?"
"Kemana, Téh?"
"Ke kota Ci ... Ah! pokonya ke rumah saudara, Tétéh."
"Sekarang, Téh?"
"Iya, sekarang. Kalau Eneng mau kita langsung putar balik aja."
Dengan sedikit berfikir dan tidak langsung menjawab, akhirnya aku mengiyakan ajakan Tétéh. Karena memang Senin ini di kampus lagi bebas.
"Iya, deh! Téh, aku mau." Jelasku kepada Tétéh sambil menganggukkan kepala tanda setuju.
Mendengar pernyataanku, kami langsung putar balik ke rumah Tétéh, dan memutuskan pergi ke kota tujuan hari itu juga.
Tétéh, Ua (Paman) dan aku yang kala itu masih mengenakan baju dinasku, pergi menuju kota tujuan menggunakan mobil milik Ua.
Tepat pada pukul 14.00 WIB, Kami sampai di kota tersebut dengan selamat.Bermula dari sini lah masalah itu muncul ....
***
KAMU SEDANG MEMBACA
RITUAL DI GUNUNG CIREMAI
HorrorSebuah cerita yang diambil dari kisah nyata seorang remaja yang terjebak dalam sebuah ritual yang dilakukan di Gunung Ciremai, sehingga membuat dirinya mendapatkan teror-teror mistis dari penghuni Gunung Ciremai.