Lose you

6.8K 708 40
                                    

Selena Gomez-Lose you to love me.

Ketika terbiasa menghadapi fase kesedihan, aku selalu berakhir pada kamu yang memeluk memberi ketenangan. Namun, fase kehidupan terus berjalan, berubah.

Seharusnya, aku tahu itu.

Seharusnya, aku tahu ini akan terjadi.

Dan seharusnya, sudah dari dulu aku belajar memeluk diri sendiri untuk terbiasa saat lagi-lagi menghadapi fase kesedihan, karena ternyata kamu tidak lagi bisa memelukku seperti dulu

~Nana


***

"Masih nggak percaya sama yang gue lakukan sampai masih speechless begini?" Aska melirik Nana yang lebih tertarik menatap keluar jendela, tidak banyak kata.

"Percaya, buktinya gue bisa foto bareng Raditya dika. Once again, thank you untuk hari ini."

"Gue bisa besar kepala Na, lo terus-terusan bilang terima kasih."

"Karena memang berkesan." Aku-nya.

Aska tadi meminta Raditya dika mengucapkan ulang tahun untuknya, siapa sangka Nana justru di panggil untuk gabung naik ke panggung. Suasana sempat riuh, karena Raditya dika menggoda mereka karena tidak yakin mereka bisa bersahabat apalagi sudah cukup lama. Nana berusaha terlihat biasa, meski tebakan itu melesat tepat ke titik sasaran. Lalu setelah itu mereka di beri kesempatan untuk foto juga dapat suvenir kaus berwarna merah muda, tidak hanya satu tapi dua dan lagi-lagi Raditya dika menggoda dengan mengatakan, mereka bisa couple memakai kaos tersebut.

Aska tersenyum. "Kok bisa lupa, na? Sibuk kerjaan?"

"Tepatnya gue memang udah nggak terlalu peduli sama tanggal ini lagi sih, selain angka makin bertambah, sementara waktu hidup di dunia makin berkurang." Ujarnya mengatakan makna hari ini dengan sangat santai.

Karena tepat di hari ulang tahunnya lah, Nana tahu pengkhianatan yang dilakukan ayahnya. membuat Nana tidak pernah lagi merasa euforia untuk merayakan hari penambahan usianya. Biarpun setiap doa tulus melalui orang-orang terdekat yang mengucapkannya selalu di terima dan amini.

Nana memang sudah mengikhlaskan apa yang terjadi, tapi membahas hal itu selalu membuatnya sensitif, sehingga Aska memilih mengalihkan pembicaraan dengan hal lain.

"Hadiahnya udah gue kasih, bermakna lagi. So, nggak lengkap kalau nggak traktir gue makan." Kata Aska, membuat Nana yang sudah bersandar di pintu dengan tatapan penuh padanya langsung memicing curiga.

"Jangan minta yang mahal, pengeluaran gue lagi banyak buat bangun rumah."

"Ckck.. Iya, na tenang. Gue nggak ada tampang matre kali dan perlu di ingatkan, yang sering matre sama gue, lo ya!" kalimat Aska berhasil membuat Nana tertawa. Dia ingat, jika memang paling bisa memanfaatkan gaji Aska.

"Ya udah, mau makan di mana?" mereka juga belum makan, perutnya juga sudah sangat lapar.

"Hmm... apa, ya?" Aska berpikir. "kalau lo mau apa?"

"Ish! lo yang minta traktir, gue cuman mau bayar, nggak mau ikutan berpikir." Katanya membuat Aska mendesah kesal.

Aska mendengus "Gue paling sebal kalau suruh pilih tempat makan." Nana terkekeh berhasil mengerjai lelaki itu, karena setiap mereka jalan, Aska jarang menentukan tempat makan, Nana lebih banyak menyumbang idenya.

KITA [Pernah Singgah, Sebatas Teman]Where stories live. Discover now