PART 2

12 5 0
                                    

Waktu terasa berputar begitu cepat. Matahari kini semakin tenggelam, tetapi pemuda itu masih saja asik bermain dengan seorang anak perempuan.

“ Maaf ya, bunda merepotkan Raga. Dari semalam Lala demam, dia panggil-panggil Raga terus. Sepertinya Lala sangat rindu sama nak Raga,” ucap bu panti.

“Enggak ngerepotin kok bun, Raga malah berterima kasih ke bunda karena sudah kasih kabar ke Raga. Kalau Lala sakit lagi, bunda jangan lupa kabarin Raga.”

Di sinilah raga sekarang, merawat gadis kecil yang tengah terbaring lesu. Entah mengapa raga sangat khawatir saat mendengar kabar Lala sakit, seperti ada ikatan yang tidak bisa raga jelaskan. Bagi Raga gadis cilik itu sudah seperti adik nya sendiri.

Raga memang merasa kesepian bahkan ia merasa tidak memiliki siapa pun di dunia ini. Di sekolah pun Raga suka menyendiri, bukan karena ia tidak mau berbaur hanya saja semenjak kehilangan Raga lebih suka kesunyian.

“Raga, kamu enggak pulang? Nanti keluargamu khawatir nak,” ucap ibu panti

“Nanti aja bun, lagian kalau Raga nginep pun gaada yang akan nyariin Raga kok.”

Panti asuhan Mutiara Kasih, di sini lah tempat raga melepas penat. Bahkan raga merasa disini lebih menenangkan daripada rumah nya sendiri. Bagi Raga panti ini lebih penting dari apapun di hidupnya. Raga bahkan rela menyumbangkan sebagian tabungannya untuk kebutuhan anak-anak di sini.

“Jadi kak raga nginep? Bisa temenin Lala tidur dong!” ucap Lala sambil memeluk Raga.

“Temenin tidur? Mau enggak ya…,”  ucap Raga dengan jari telunjuk berada di dagunya.

Lala menatap Raga dengan wajah penuh harap. Membuat Raga tidak bisa menolak permintaannya.

“Yaudah deh kakak temenin Lala,” putus Raga.

“Horee! Lala sayang kak Raga.”

Hati Raga tersentuh mendengar perkataan Lala. Setelah kejadian itu, Raga tidak pernah mendengar ada orang yang menyayanginya.  Perlahan senyuman terbit di bibir Raga, senyuman yang beberapa tahun ini hilang dari wajahnya kini terpampang nyata.

Itulah Lala, gadis cilik yang selalu berhasil membuat raga tersenyum dan merasa bahagia.

***

Angin berhembus kencang, tetapi tidak membuat Alea berhenti mengagumi malam. Sekarang Alea berada di rooftop, mengamati langit yang berhias bintang dan bulan.

“Sayang kok belum masuk sih, nanti masuk angin loh,”

Alea yang sedang asik mengamati langit pun terkejut mendengar suara Ayahnya. Bimo Wardhani Kusumo, seorang pengusaha terkenal yang selalu di segani oleh orang-orang. Bimo memiliki sifat penyayang dan keras kepala. Apapun yang dikatakan Bimo itulah yang harus dilakukan, tetapi Bimo selalu memikirkan dengan baik sehingga ia tidak pernah mengambil keputusan yang salah.

“Ayah bikin kaget aja, ini Alea mau masuk kok.” Alea berjalan mendekati ayahnya.

Bimo tersenyum melihat Alea, putri kecilnya kini sudah bertambah dewasa. Terkadang Bimo merasa sedih, cepat atau lambat Alea akan pergi darinya. Entah untuk menuntut ilmu atau bahkan ia akan menikah. Memikirkannya saja sudah tidak bisa, bagaimana nanti saat Bimo menghadapi kenyataan bahwa Alea akan meninggalkannya.

“Ayah kenapa? Kok sedih sih, Ayah lagi ada masalah ya?”

“Enggak sayang, Ayah senang karena Alea sekarang sudah besar. Ayah harap sikap Alea semakin dewasa juga ya, Alea harus jadi anak yang kuat walaupun nanti Ayah sudah tidak ada di dunia ini. Alea harus ingat Ayah selalu sayang sama Alea, apapun akan ayah lakukan jika itu bisa membuat kamu bahagia,sayang.” ungkap Bimo.

“Ayah jangan ngomong kayak gitu, Alea takut dengar nya,” ucap alea sambil memeluk ayahnya.

Kini Ayah dan Anak itu berpelukan dengan erat, melepas rindu yang entah mengapa tiba-tiba saja datang. Bimo memang pengusaha terkenal tetapi ia selalu meluangkan waktu untuk Putrinya. Bimo juga bingung mengapa ia selalu merindukan Alea padahal ia selalu bertemu dengan putri kesayangannya itu.

“Sudah malam, ayo masuk sayang,” ucap Bimo

“Yaudah Alea masuk ya ayah, selamat malam ayah.” Alea tersenyum lalu mencium pipi Ayahnya.

Sekarang Alea sudah berada di dalam kamarnya. Sebelum pergi ke alam mimpi, Alea menyempatkan diri melihat telepon genggam nya. Ia membuka aplikasi berwarna hijau, ternyata banyak sekali yang mengirimkan pesan kepadanya. Tetapi ada sebuah grup yang menarik perhatian Alea.

BABY GIRL!!!

Michellia Aziva menambahkan anda ke dalam grup

Michelia Aziva : HAI SEMUA!

Anita : Grup apa nih? Alay banget nama nya.

Michellia Aziva : Baru masuk udah ngata-ngatain!

Anita : Suka-suka gue dong!

Michellia Aziva : Mana nih Alea, bosan gue chat-an sama orang hutan.

Anita : Enak aja, masa cewek cantik di bilang orang hutan.

Alea Kusumo : Ada apa nih? Ribut banget.

Michellia Aziva : Alea, akhirnya muncul juga.

Anita : Eh kalian tau gak kalau besok jamkos!

Alea Kusumo : masa sih?

Anita : iya, besok persiapan untuk perlombaan antar sekolah yang di adakan tiap tahun itu loh. Sejenis festival pelajar. Gue ikut lomba cerdas cermat mana lomba nya sama kaka tingkat lagi.

Alea Kusumo : Wah, asik dong!

Michellia Aziva : kok loe bisa ke pilih ikut cerdas cermat sih? Bareng kaka tingkat lagi.

Anita : Gue juga gak tahu, tiba-tiba aja ibu guru nyuruh ikut lomba. Katanya sih karena pas daftar sekolah gue ngasih piagam olimpiade gitu. Tapi gue seneng sih soalnya gue di pasangin sama kak Bian, ya ampun orangnya ganteng banget!

Alea Kusumo : Kalo masalah cowok aja cepet banget bahasnya.

Anita : gak gitu juga Alea. Tapi loe tau gak sih orang yang nabrak loe kemaren namanya Raga Nugroho, katanya sih dia kapten basket. Dan besok dia latihan buat lomba minggu depan.

Michellia Aziva : Astaga, gue lupa ngasih tahu yang nabrak Alea kemaren Raga, dia kaka tingkat gue di SMP. Orangnya susah di atur dan terkesan nakal gitu. Dulu aja pernah mau di keluarin dari sekolah, tapi karena dia mau lulus gak jadi dikeluarin deh.

Alea Kusumo : Udah malam, tidur sana nanti besok telat lagi!

Alea pun mematikan teleponnya dan pergi ke alam mimpi.

***

Malam semakin larut, Raga dan Lala sudah terhanyut dalam tidur mereka. Tidak ada yang tahu jika sekarang mereka tengah di awasi oleh dua orang berpakaian serba hitam. Orang itu tidak pernah memalingkan mata nya dari Raga dan Lala, mata nya seperti cctv yang selalu mengintai targetnya.

“Lapor bos, target berada di panti asuhan Mutiara Kasih.”

“Baik, ikuti kemanapun dia pergi. Jangan sampai lengah.”

“Siap bos.”

ALEAWhere stories live. Discover now