Seketika mengenang, menggenggam tepian pintu kereta menuju Jakarta, menemui dia, tidak khusus untuknya, tapi janji bertemu.
Dia menanti di Stasiun Senin, mengajak makan di pinggir jalan sebelum mencari buku bekas di Kwitang, bejalan, menyeberang saling bergenggaman.
Apa ada yang ingin aku ulang?
Tidak.
Cukup aku kenang, dia pernah menemani aku menjelajah tumpukan buku dan memberi senyum perpisahan saat keretaku melaju.
YOU ARE READING
DI UJUNG MALAM
RandomBerisi rangkaian kata absurd yang ku tulis tengah malam atau menjelang pagi saat insomnia menyerang (bukan negara Api)