•my fault or you• | part 4

29 7 0
                                    

Happy Reading!



"in the end I found an excuse."









Sejak semalam aku merasa lemas. Kepalaku juga terasa berat dan mataku berkunang - kunang. Jadi aku memutuskan untuk tidak masuk kuliah hari ini. Aku ingin beristirahat saja dirumah.

Aku mengambil ponsel di nakas untuk mengabari teman sekelasku bahwa aku tidak masuk hari ini, ternyata sudah hampir jam 10 pagi. Sementara kuliahku dimulai jam 08.30. Berarti aku memang sudah telat sejak tadi. Mau izin pun terlambat, aku memutuskan untuk kembali tidur.

Saat aku terbangun hari sudah siang. Menjelang sore malah. Aku mengambil ponselku berharap ada pesan dari Tae Ra. Nihil. Aku terlalu berharap memang.

Padahal aku cukup merindukan gadis itu. Sudahlah, mungkin aku harus menelponnya terlebih dahulu.

Tidak lama panggilanku dijawab.

"Halo."

Aku tersenyum saat mendengar suara Tae Ra.

"Halo."

"Kenapa telpon?"

Senyumku secara otomatis pudar.

"Gak apa, cuma kangen sama kamu. Soalnya hari ini kan aku gak ke kampus," jawabku. Apa dia tidak menyadari kalau hari ini aku tidak masuk? Ayolah ini agak keterlaluan. Bagaimanapun aku adalah pacarnya, kenapa dia secuek ini?

"Ah, iya juga. Tadi aku gak liat kamu. Kenapa?"

"Kenapa apanya?" tanyaku balik. Aku mulai kesal sekarang.

"Kenapa gak masuk?"

"Aku sakit."

Lalu kami sama - sama diam. Aku menunggu responnya. Yang aku harapkan adalah Tae Ra akan bertanya dengan nada cemas padaku. Namun yang ku dengar justru sebaliknya.

"Oh, sakit. Udah makan? Minum obat?"

Aku memejamkan mataku. Aku sedang sakit dan dia setenang itu? Aku harus bersabar.

"Belum. Kamu mau gak kesini bawain aku makanan. Sekalian nemenin aku, badan aku rasanya lemes banget Ra."

"Mm, aduh gimana ya. Aku ada kelas sore soalnya trus materinya juga...."

"Ah, yaudah gak papa. Aku mau istirahat lagi ya, byee."

Aku langsung memutuskan panggilan. Aku merasa tidak berarti apa - apa untuk Tae Ra. Dia memang tidak menganggapku penting. Aku tersenyum miris, padahal disaat dia sakit aku mengabaikan semuanya dan memilih mengurusnya. Dia benar - benar egois.

Ponselku berdering lagi. Kali ini Jihoon yang menelpon.

"Kenapa?" Kujawab panggilannya.

"Lo sakit?" tanya Jihoon.

Aku mengerutkan kening. Bagaimana dia bisa tahu?

"Lo tau darimana?"

"Nebak aja. Tadi gue nyari lo tapi kata temen kelas lo, lo gak masuk. Gue otw kesana."

"Gak usah."

Sambungan terputus. Ah Jihoon memang suka seenaknya sendiri.

Tak lama Jihoon mengetuk pintu kamarku. Ya, hanya Jihoon dan Tae Ra yang tahu password apartmenku. Karena mereka berdua adalah orang terdekatku.

Dia membuka pintu. Tepat saat melihatku sedang berbaring dia berdecak.

"Tumben lo sakit," ujarnya.

"Emang gue gak boleh sakit? Wajarlah," jawabku.

"Iya iya. Ini gue bawain makanan sama obat. Mau gue suapin?" Ehh? Tumben sekali Jihoon perhatian. "Tapi boong. Males gue nyuapin lo, nih makan sendiri. Habis itu minum obat. Gue pantau," lanjutnya.

Aku mendengus. Aneh - aneh saja Park Jihoon.

Aku mulai memakan bubur yang dibawa oleh Jihoon, entah dimana ia membeli bubur sore - sore begini. Baru saja aku akan menyelesaikan suapan terakhir, tiba - tiba Tae Ra datang. Aku cukup terkejut. Bukankah dia bilang dia ada kelas?

"Loh tadi diajak kesini katanya gak bisa, kok ini malah...." ujar Jihoon.

Diajak? Berarti tadi Jihoon dan Tae Ra sedang bersama? Kekesalanku benar - benar ada di puncak sekarang.

"Diem lo."

Dia mendekatiku dan duduk di pinggir kasur. "Udah minum obat?"

Aku hanya diam menatapnya. Terlalu banyak pertanyaan bersarang di kepalaku. Tae Ra terlalu sulit ditebak.

"Gue keluar ya." ucap Jihoon yang diabaikan oleh kami berdua.

"Katanya kamu ada kelas?"

"Ahh, itu. Tadi gurunya cuma masuk sebentar buat kasih tugas. Trus udah deh," jawabnya.

Kalau bisa aku ingin marah, mengeluh dan kesal. Tapi tidak bisa.

Tae Ra membantuku minum obat dan menyelimutiku.

"Gak usah. Panas," tolakku.

"Oh, oke."

Lama dia hanya duduk diam. Aku sudah memejamkan mataku, tapi kembali terbuka karena merasa tidak enak. Ah aku kenapa selemah ini dihadapan Tae Ra.

"Kamu pulang aja."

Daripada aku semakin kesal lebih baik aku mengusirnya pulang.

"Oh, yaudah. Aku pulang ya," pamitnya keluar dari kamarku.

H-hah? Semudah itu?

Haha, aku pikir dia akan menolak dan berkata akan menemaniku. Nyatanya aku kembali salah. Dia tidak seperhatian itu, dia tidak sepeduli itu.

Dan pada akhirnya aku memutuskan untuk menerima kenyataannya. Tae Ra tidak pernah menyukaiku. Jadi ini akhirnya? Setelah sekian lama aku akhirnya mendapatkan jawaban sekaligus alasan untuk mengakhiri hubungan kami.














ps: stay tuned!

See you next chapter~

•my fault or you• | CHOI HYUNSUK Where stories live. Discover now