ᕗ 04

993 151 30
                                    

──────────────── ℌ𝔬𝔴 𝔞𝔟𝔬𝔲𝔱 𝔩𝔬𝔳𝔢 ☃︎
Ni-ki side's

Sudah lewat tiga hari sejak aku diskors, tapi aku sama sekali belum mengatakan apapun pada ibu. Akhirnya setiap hari aku harus pergi ke luar, entah pergi ke taman atau ke perpustakaan kota.

"Haahh.. kenapa satu minggu terasa lama begini ..." Gerutuku sebal. Aku mengipaskan buku di tanganku untuk mendapatkan angin segar di sore hari yang udaranya masih lembab dan panas ini.

Matahari mulai terbenam dari ufuk timur, membiarkan cahaya orange menghiasi seluruh langit sore.

Aku diam termenung sejenak, apa yang dikatakan bocah tengil atau Shim itu sedikit menggangguku. Biasanya aku akan mencemooh seseorang bila orang itu mencoba untuk berlagak pahlawan atau bijaksana, tapi waktu itu aku, aku tidak mampu mengatakan apapun ...

Tatapan matanya saat mengatakan hal itu membuatku, terpesona.

Seakan dia tidak mencoba untuk berlagak pahlawan atau bijaksana, melainkan dia benar-benar bermaksud seperti yang sudah dia katakan.

Aku ingin menjadi kuat, supaya aku mampu berdiri dan melindungi orang-orang yang aku cintai ...

"Melindungi orang-orang yang dia cintai, huh...?" Sambil menatap ke telapak tanganku, aku mencoba berpikir apa yang sebenarnya dia ingin lakukan. Dia tampak seperti anak dari kalang berkelas.

Semua tentang dia begitu sempurna bukan? Caranya bicara, caranya berjalan ... aku mengepalkan tanganku kuat-kuat. Wajar saja jika dia mampu bicara seperti itu, dia punya orang-orang yang mencintainya ...















Sedangkan aku....?














"Haha, bodoh ..." Aku bangkit dari dudukku dan berjalan menjauh dari bangku taman.

Memutuskan untuk tidak memikirkan apapun tentang Jaeyoon lagi. Kembali ke fakta awal bahwa aku tidak mengenalnya dan dia mungkin lebih menyebalkan daripada yang bisa kubayangkan.

Aku berjalan sepanjang trotoar, menapaki jalanan yang membawaku kembali pulang. Kalau aku pulang jam 4 sore begini, ibu pasti tidak akan curiga. Tapi memikirkan masih 3 hari lagi, rasanya benar-benar melelahkan.

Seon dan Hanbin benar-benar busuk! Mereka sama sekali tidak memberi kabar. Akibatnya aku harus menghabiskan waktu seorang diri seperti ini.

Namun saat aku dalam perjalanan pulang, aku melihat sosok Jaeyoon yang membawa beberapa tas belanjaan. Aku menghentikan langkahku dan mengamati anak itu, lalu memutuskan untuk menghampirinya.

"Oi, Shim!" Panggilku dengan napas terengah-engah.

Jaeyoon menghentikan langkahnya, berbalik menatapku.

"Sunbae?" Panggilnya heran, aku menyeka keringatku dan mengatur sejenak napasku. "Ada apa?" Tanyanya.

Aku menatap dua tas belanjaan yang dia bawa, mengulurkan tanganku ke arahnya. "Berikan!" Seruku.

Jaeyoon langsung saja melangkah mundur. "Sunbae, ini untuk makan malam kami sekeluarga," Balasnya berkedip.

Aku mengerutkan dahiku kesal.

"Meskipun kau seniorku, tapi aku tidak akan membiarkanmu mengambil bahan makan malam kami." Tambahnya dengan raut wajah dan mata waspada. Kini dia juga mengerutkan dahinya kesal.

"AKU TIDAK BERMAKSUD MENGAMBIL MAKAN MALAMMU, HEH!" Balasku maung, dengan paksa aku menyerbu salah satu tas belanjaan di tangannya dan berjalan mendahului Jaeyoon.

How About Love? [Jakeni] ✔️Where stories live. Discover now