6

995 114 10
                                    

Ini minggu ketiga seorang Lalisa manoban berada di Korea Selatan setalah melarikan diri dari pamannya yang biadab dan lihat dimana dia sekarang?

Batin Lisa saat memasuki apartemen mewah yang dilihat dari perabotnya saja bahkan mungkin lebih mahal dari Ginjalnya.

"Sebenarnya apa pekerjaanmu, um, ahjussi?" Tanya Lisa pelan tanpa melihat lawan bicaranya yang sedang menatap kesal dirinya. Matanya masih melihat-lihat ruangan itu, sesekali mulut dengan bibir penuhnya itu mendecih saat beberapa lukisan vulgar aneh tertangkap oleh matanya.

"Ahjussi katamu?" Pekik Jiyong kesal. Ayolah, berani sekali gadis ini, pikirnya. "Dan apa-apaan dengan decihanmu itu, manis? Itu seni!"

"Seni? Gambar penis itu seni?" Tunjuk Lisa sambil mengedip-ngedipkan matanya.

"Gambar? Itu lukisan namanya! Sudah sini, cepat. Kutunjukkan kamarmu, waktumu 15 menit untuk mandi setelah itu masak!" Perintah Jiyong sambil berjalan. "Ah, siapa namamu tadi?"

"Lalisa." jawab Lisa. "Apa aku akan tinggal disini?"

"Tentu, kau milikku. Aku membelimu kalau kau lupa. Dan panggil aku Jiyong. Awas saja kalau kau memanggilku ahjussi lagi." ucap Jiyong dan membuka pintu kamar yang akan menjadi kamar Lisa. Menatap Lisa tajam menyuruh gadis itu agar mempercepat geraknya.

"Iya Jiyong-ssi. Iya." Balas Lisa bosan.

"Lagi-lagi besar dan mewah." ucap Lisa pelan saat memasuki kamarnya, dirinya berbalik menengok melihat pintu yang masih terbuka. Telinganya samar-samar mendengar suara Jiyong yang sepertinya sedang bicara diponsel.

Menghela napas dan tersenyum kecut. Lisa mendudukkan dirinya di ranjang yang terbungkus selimut putih bersih itu. Lalu menatap bayangannya yang berada dikaca rias didepannya. Dahinya masih membiru.

"Mama, Lisa berhasil kabur. Lisa berhasil lolos dari paman. Tapi, Lisa malah berada disini. Harusnya Lisa takutkan, Ma? Tapi, kenapa Lisa tidak takut kepada Jiyong-ssi seperti Lisa takut pada paman? Apa Jiyong-ssi orang baik Ma? Dia yang menolong Lisa. Jiyong-ssi bilang Lisa akan tinggal disini, itu artinya Lisa tidak harus tidur di tempat Jennie lagi kan? Sepertinya ibunya tidak menyukai Lisa, dan tunangan Jennie itu bajingan. Setidaknya ada hikmahnya Lisa bertemu dengan Jiyong-ssi... " gumam Lisa sambil menenggelamkan kepalanya pada kedua lutut. Menikmati gemuruh yang berada di dadanya yang seperti ingin pecah.

Jangan menangis.

Perintah suara dalam kepalanya.

Jangan menangis dan cepat siapkan makanan untuk Jiyong-ssi atau dia akan membuangmu ketengah jalan.

"Ya aku tidak boleh menangis!" Yakin Lisa

* * * * * *

"Aku sudah bilang dia. Aku hanya menolongnya." ucap Jiyong sambil memutar matanya.

"Lalu kenapa dia sampai diantar managermu ke... "

"Tanyakan padanya." sela Jiyong "Jangan padaku!"

"Ck, dia managermu! Bagaimana kau bisa tidak tau apa yang dilakukannya. Itu pasti atas perintahmu! Gdragon-ssi, bisakah kau memberi contoh yang baik kepada dongsaengmu? Bagaimana YG tidak di cap sebagai agensi kriminal jika kelakuanmu dan temanmu selalu begini. Bayangkan apa yang akan terjadi jika wartawan tau hal ini. "

"Ah, ya, maafkan kriminal ini sanjangnim. Jadi, bagaimana? Apa kau ingin aku keluar dari agensi? Baiklah, kirimi aku suratnya, aku akan membawa Bigbang juga. Bagaimanapun semua member grup kami ini kriminal. Tidak cocok ada di agensimu bukan?"

"Aku tidak menyuruhmu untuk keluar," Sahutan itu terdengar setelah jeda yang lumayan lama bagi Jiyong yang sedang tersenyum iblis.

"Ah, benarkah? Kalau begitu aku yang ingin keluar. Adakan rapat dewan deraksi secepatnya, hm? Katakan ini permintaan Gdragon, si tambang emas YG sekaligus pemilik saham 13% nya."

Setelah mengatakan itu, Jiyong langsung mematikan ponsel sekaligus sambungan telepon yang sudah hampir 40 menit lebih menghabiskan waktunya. Dia kesal. Sangat. Sanjangmin baru itu benar-benar sering menguras emosinya.

Jiyong tersenyum kecut mengingat bagaimana harmonisnya dulu Agensi yang sering di sebutnya rumah itu. Susah senang bersama, dan rasa kepedulian yang sangat besar. Jika dulu Jiyong bisa mengenali seluruh orang di YG, sekarang banyak orang yang tidak dikenalinya walaupun mereka satu atap. Sesuatu yang besar memang terlihat menarik, tapi apa arti semua itu tanpa sebuah kasih sayang? Agensi memang hanyalah tempat bekerja bagi sebagian orang tapi tidak bagi Jiyong, dia menghabiskan hampir seluruh hidupnya disana dan melihat bagaimana rumahnya berubah benar-benar mengusik hatinya.

"Maaf Jiyong-ssi?" panggil suara itu, membuat Jiyong otomatis membalikkan kepalanya dan menghadap seorang gadis yang sudah mengganti pakaiannya dengan Hoddie hitam dan celana olahraga biru, dengan rambut panjang berponinya yang digulung asal yang menambah kesan manis "Makanannya sudah jadi. Dan, um, karena tadi... Kau bilang boleh memakai baju yang di lemari, jadi aku pakai yang ini... Tak apa kan?"

Mengangguk pelan, Jiyong menelan ludahnya dan berdehem "Aku harap masakanmu enak,"

"Kau akan jatuh cinta dengan masakanku, lihat saja," ucap Lisa sambil memamerkan gigi rapinya. Lalu berjalan lebih dulu kemeja makan. Meninggalkan Jiyong yang sedang menatapnya kagum.

Ada yang kangen aku 🤡

MaybeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang