013 // Zona Nyaman

393 61 5
                                    

Bel tua yang menggantung di atas pintu berbunyi, menyambut ruang dengar Seungmin begitu ia langkahkan kaki masuk ke dalam toko tua itu. Aroma barang-barang antik lantas menyapa indera penciumannya, membuat laki-laki itu mengulas senyum tipis.

"Selamat datang." Suara wanita paruh baya sambut Seungmin tak lama setelahnya. Seungmin membalas sapaan tersebut dengan senyum lebar.

"Kau datang lagi?"

Seungmin mengamati wajah sang pemilik toko yang berjalan mendekatinya. Wanita itu memiliki fitur wajah yang ramah, lembut, dan memancarkan kehangatan. Seungmin dapat merasakan hatinya tenang setiap kali ia melihat wanita itu. Sang pemilik toko membenarkan letak kacamata yang bertengger di hidungnya tatkala ia hentikan langkah di hadapan Seungmin.

"Bagaimana kabar nenek?" telunjuk seungmin menelusuri buku-buku novel tua yang tertata di rak.

"Masih sehat." Nenek itu kemudian terbatuk, mengkhianati kalimat yang baru saja ia lontarkan. "Kalau kamu, anak muda?"

"Saya baik-baik saja, nek." Seungmin memutuskan untuk mengambil salah satu buku dan membuka halamannya. "Nenek benar-benar tidak bisa meninggalkan toko ini ya?"

"Begitulah. Walau tidak banyak yang datang, nenek suka habiskan waktu di sini." Nenek itu berjongkok perlahan, menata buku yang ditata pada bagian paling bawah rak.

"Tidak ada niatan sebentar saja untuk rehat dari menjaga toko? Bukankah nenek punya cucu yang tinggal bersama nenek?"

"Ah, anak muda itu. Dia punya banyak kegiatan. Anak muda sepertinya akan lebih senang menyusuri jantung kota yang gemerlap dibanding habiskan waktu di toko barang antik sepi pengunjung ini. Dia sangat berbeda denganmu."

Seungmin tertawa kecil. Bola matanya kemudian bergulir sewaktu rungunya menangkap suara dari arah tangga.

"Ah, baru saja kita membicarakannya." Sang nenek tersenyum.

"Nenek, aku pergi dulu ya." Cucu sang pemilik toko memasang jaket kulit hitam di tubuhnya. Poninya yang panjang dan menutupi mata disibaknya dengan jemari agar tak halangi pandangan. Tatapan pemuda di dasar tangga itu jatuh pada neneknya kemudian beralih pada entitas di samping wanita itu.

Mata Seungmin mengerjap lucu saat cucu sang pemilik toko ulas senyum ramah untuknya. Tak lama, sosok itu hilang dibalik pintu yang ditutup bersama dengan bunyi denting bel.

Seungmin menghela napas. Ada sesuatu dalam diri pemuda yang baru saja tinggalkan bangunan ini yang membuatnya lupa untuk bernapas. "Itu tadi ya cucu nenek?"

"Ah, benar, kamu tadi baru pertama kali bertemu dengannya ya?" Nenek menggeser patung kaca kecil di atas meja agar kembali ke tempat yang benar. "Benar. Lain kali kalau bertemu dengannya, kamu bisa ajak dia bicara. Kalau kau mengerti fotografi, mungkin kau bisa buat bahan obrolan tentang itu. Dia tergila-gila dengan kamera."

"Wah, saya juga."

"Benarkah? itu bagus."

Seungmin menoleh pada pintu, memakukan pandangan ke sana. "Namanya siapa?"

"Ah, betapa pelupanya nenek." Nenek menepuk dahinya. "Kamu bisa panggil dia Hyunjin."

*

Seminggu kemudian, Seungmin datang kembali. Nenek penjaga toko masih sama bugarnya seperti saat terakhir kali Seungmin bertemu dengannya. Perempuan paruh baya itu sambut kembali Seungmin dengan hangat seraya membersihkan debu yang hinggap di atas salah satu rak. Kali itu Seungmin memutuskan untuk bertukar banyak cerita dengan nenek sembari membantunya menata ulang bagian barang pecah belah.

COTTONCOASTERWhere stories live. Discover now