[8] janji itu.

1.4K 270 38
                                    

"bukan terlalu berpikir," tatapan jeongguk melekat pada sepasang netra hazel itu, terlihat ramah dan menyenangkan, namun di saat yang sama juga sama sekali tidak terbaca, "lo keliatan seperti orang yang terlalu banyak memendam."

sebelah alis taehyung terangkat, gestur tertarik. "apa yang harus orang kayak gue pendam emang?" pertanyaan itu implikasi dan jeongguk tidak suka nadanya; kosong, hampa,  dan selalu tidak terbaca.

jeongguk kemudian mengangkat bahu. "mana gue tau, kan yang punya pikiran itu elo."

"bener juga."

hening sejenak, jeongguk tahu sebentar lagi, hanya hitungan detik saja, taehyung akan pergi meninggalkannya karena memang sudah tidak ada lagi yang dibicarakan. seharusnya jeongguk tidak peduli, membiarkan saja taehyung seperti apa yang dia mau dan pergi sesukanya tanpa harus diinterupsi. lagipula, taehyung agaknya punya kesibukan sendiri.

dengan buku-buku soal itu, contohnya.

namun impulsnya mendahului keputusannya. ada sesuatu yang mendorongnya, kalau dirinya mengabaikan ini, akan ada sesuatu yang ia sesali. hingga seumur hidup.

"kak taehyung,"

kepala yang tadi tertoleh ke arah lain kini kembali menatap jeongguk, netranya yang tadi agak kosong dan menerawang kini kembali mendapatkan fokusnya menatap balik jeongguk dengan sorot keingintahuan.  "ya?"

"ajakan makan kemaren bisa ditagih, kan?"

jeongguk tidak pernah mendengar tawa seseorang jadi begitu melegakan, seolah jeongguk telah berhasil mencegah sesuatu yang buruk dan fatal. kini jeongguk melihatnya, senyuman kecil yang tersungging di bibir taehyung seperti kunang-kunang kecil di tengah lembah yang gelap.

"lo beneran pengen ditraktir ternyata,"

"kan nggak baik ditolak,"

"tapi sampai nagih,"

"ya daripada lupa? tapi kalau terpaksa ya... gapapa deh gajadi,"

suara 'pfft' kecil dari taehyung membuat jeongguk mendengus geli. cowok yang lebih tinggi itu lantas memasukkan tangannya ke saku celana, menaikkan kedua alisnya.

"jadi nggak?"

"kasian, lo jadi kayak bocil ngambek kalau sampai gajadi," terdengar helaan napas panjang dari taehyung, kemudian sorotnya kembali pada jeongguk. "jadi, lo mau besok?"

"kenapa nggak sore ini aja abis pulang sekolah?"

"kok lo ngegas?"

"ntar guenya keburu lupa,"

"ya udah, abis pulang sekolah."

"deal ya, kak?"

"iyaaa,"

"janji?"

"iyaaa,"

"gak kabur?"

taehyung mengangkat buku tebal di tangannya, "mau gue gaplok sampai benjol?"

"ampun," jeongguk meringis geli, melindungi kepalanya karena buku di tangan taehyung seolah akan meluncur kapan saja, "yaudah, sini nomor hapenya?"

"buat?"

"siapa tau gue perlu," jeongguk mengedikkan bahu, "sini hapenya,"

"kok hape gue?"

"siniin aja dulu,"

dengan kernyitan di kening, taehyung meraih ponsel di saku seragam yang diserahkan kepada jeongguk. ponsel taehyung standar, tidak ada kunci layar, bahkan tema ponselnya default saja. selagi jeongguk memasukka nomornya, bel masuk berdentang.

"astaga! mampus gue! mana perpus sama kelas jauh!" jeongguk merutuk kesal, ia kembalikan ponsel tadi pada taehyung, "nih, kak. ntar telpon aja. gue duluan!"

taehyung masih di posisi yang sama saat jeongguk cabut dari sana, berlari diantara siswa-siswa lain yang juga dalam kondisi terburu masuk kelas. taehyung kemudian menatap layar ponselnya yang menampilkan kontak jeongguk.

"lo yang mungkin perlu, atau gue yang mungkin perlu?" taehyung bergumam pelan, meringis sedikit kemudian terkekeh pelan, "dan bisa-bisanya lo milih hari ini. lo udah ngeh atau gimana sih?"

"taehyung! cepetan! bentar lagi gurunya masuk!"

taehyung menoleh ke koridor seberang, ada minhyun melambai ke arahnya, dengan wajah panik. taehyung tertawa, menyimpan ponsel ke sakunya dan mendekap buku di tangan, taehyung berlari menelusup diantara siswa lain untuk segera mencapai kelasnya.

pemuda berwajah manis itu berhasil dengan gemilang, ia masuk kelas tepat saat guru yang bersangkutan muncul di ujung koridor dengan tangan minhyun yang sigap menariknya. "lo tuh hobi banget mepet masuk kelas, dah tau gurunya hari ini rawan nyuruh berdiri di lapangan," celetuk minhyun, menyentil dahi taehyung.

"aw! iya, maaf, maaf, maaf! ga gitu lagi!"

"kemaren juga gitu, tetap aja mepet."

"ya kan gue doang yang dihukum, hyun!"

"mana tega gue,"

taehyung menyengir, lalu menuju ke mejanya, menaruh buku tadi ke laci larena tidak sempat ditaruh ke dalam loker, kemudian bersiap-siap dengan pelajaran yang akan dimulai. di sela-sela bukunya, ada kertas kecil lusuh dengan gambar sejenis kalender bulan itu yang telah dihiasi beberapa tanda X.

dan untuk tanggal hari ini, tanda X kembali dibubuhkan. [ ]

hari itu, di atap sekolah.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang