Part 19

82 14 16
                                    

Matahari berputar begitu cepat, mengitari alam semesta dalam sekejap

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Matahari berputar begitu cepat, mengitari alam semesta dalam sekejap. Hari-hari penuh perjuangan telah berlalu. Dalam waktu tiga bulan ini Hyeji berjuang mati-matian demi memperbaiki nama baik keluarga besar Kim dari skandal perselingkuhannya dengan adik ipar yang tak lain adalah kekasihnya sendiri.

Yang pada akhirnya, sekarang ia bisa bernapas lega. Tersenyum ringan memandang pantulan dirinya dalam cermin besar sambil membandingkan dress dengan baju lain yang ukurannya sama-sama besar di tubuhnya--dalam ruang ganti. Pilihan Hyeji jatuh pada dress kombrang keabuan yang begitu pas di perutnya yang mulai membuncit.

"Jimin, bagaimana menurutmu dress-nya?" ujar Hyeji begitu keluar dari ruangan tersebut. Sembari memutar-mutar pelan tubuhnya di depan Jimin, yang kini sedang duduk di sofa bersandar sambil mengelusi dagu. Seperti seorang raja saja lagaknya.

Jimin menurunkan kakinya yang menopang.

"Apakah itu tidak membuat bayi kita sesak, Sayang?" tanyanya lembut, lantas bangkit demi menghampiri wanitanya di sana. Setelah mendapat gelengan, ia pun merangkul pundak si wanita menuju kasir.

Sampai di luar, aroma sosis panggang menggoda penciuman Hyeji. Membuat Jimin terkekeh setiap kali melihat mulut wanita penuh, dan berulang kali pula Jimin menyingkirkan sisa makanan yang menempel di sudut bibir wanitanya.

Mereka berjalan kaki menuju lapangan luas yang jaraknya tidak jauh dari butik. Tangan Jimin dimasukkan dalam saku celana bahannya, terus mengulas senyum sembari mengawasi Hyeji yang berjalan mendahuluinya dan sesekali melompat kecil tatkala ada genangan air. Mungkin karena hujan semalam.

"HATI-HATI, SAYANG!" teriak Jimin sesaat menyatukan kedua tangannya menjadi lingkaran depan mulutnya, agar suaranya tidak terinterupsi angin. Takut saja bilamana wanita hamil itu sampai ceroboh dan jatuh.

Kemudian ia duduk di bangku panjang berbahan kayu--sebelah Hyeji, memerhatikan anak-anak yang bermain di taman: Ada yang main kejar-kejaran, ada pula yang berpiknik di sana.

Sekali-kali Jimin menyenggol lengan Hyeji dan menunjuk ke arah beberapa bocah kecil yang menangis lantaran merebutkan mainan. Tak lama, orang tua mereka datang lalu menggendongnya. Hyeji tertawa, melantas membisikkan sesuatu pada Jimin, kemudian sebaliknya.

"Kelak kita akan seperti mereka juga," ucap Jimin, matanya terpaku pada pasang suami-istri yang tengah menenangkan bayinya yang menangis. Orang tua muda itu tampak kebingungan, pasalnya bayi mereka sangat rewel dan tidak mau tidur.

"Ya." Hyeji mengangguk lirih dan kembali berujar, "Tapi kenapa, ya. Usia kehamilanku sudah empat bulan, mengapa bayinya belum bergerak?" Ia memandang Jimin sedih.

Tahu bahwa air wajah wanitanya berubah, Jimin langsung mengulas senyum demi menenangkan Hyeji. "A-ah, temanku sepertimu juga, Sayang. Semasa kehamilannya, bayinya tidak bergerak sampai lahir. Tetapi, sekarang dia baik-baik saja," jawab Jimin asal.

Lie [On Going/4]Where stories live. Discover now