21 : Pengumuman Lomba

25 5 0
                                    

Setelah jam makan siang seluruh perlombaan kembali berjalan. Kini Olin dan Vani sedang berdiri di pinggiran lapangan menonton pertandingan futsal babak final putra. Rafa sudah pergi sejak tadi karena ia ada keperluan lain.

Saat ini skor dari tim Juan dan tim lawan selisih satu angka dimana tim lawan memimpin. Pertandingan sedari tadi sangat sengit karena kedua tim sama-sama kuat. Tentu saja, karena ini memperebutkan posisi juara satu.

Juan maju menggiring bola dengan penuh semangat dan tampak sangat lincah saat mengocek lawan. Saat sudah dekat dengan gawang lawan ia mengopernya pada Zion dan langsung di akhiri oleh cowok itu dengan gol.

"Yeay!!!!" Teriak seluruh murid pendukung tim Juan tak terkecuali Olin dan Vani. Mereka ikut dag dig dug menonton pertandingan ini.

Bola kembali di oper dan kali ini Jaemin lah yang menggiring bola maju yang di iringi oleh Juan disana. Jaemin mengoper bola tersebut pada Juan dan kembali di akhiri dengan gol.

Sorak sorai kembali terdengar.

Waktu permainan tinggal sedikit namun mereka mampu mengembalikan keadaan, membuat seluruh penonton kembali bersemangat.

"Kita menang!" Teriak Olin kala peluit berbunyi menandakan waktu pertandingan telah habis.

Juan dan timnya bersorak bahagia senang akan kemenangan yang mereka raih. Semuanya saling berpelukan mengucapkan kata-kata pujian.

"Juara satu!!" Vani ikut senang.

Kedua tim bersalaman setelah selesai dan menutup semuanya dengan sesi foto bareng.

Semua berkumpul di dekat lapangan futsal untuk pengarahan dari guru pendamping sekolah Olin. Hanya sebentar, setelahnya mereka di bubarkan untuk menuju panggung utama dimana penyerahan piala dan pengumuman lomba lainnya ada di sana.

Olin melihat dari kejauhan kalau seorang cewek yang ia tahu bernama Tysa menghampiri Jaemin. Mereka tampak mengobrolkan sesuatu dan tertawa kecil bersama. Entah kenapa ada bagian dari hati Olin yang tak suka melihat pemandangan ini.

"Lin!" Olin tersadar kala tangan Vani mendarat di pundaknya.

Olin menggeleng untuk menyadarkan lamunannya. "Iya?" Tanya Olin seraya berbalik untuk melihat Vani.

"Ayo, entar kita ketinggalan pengumuman lomba pidato," ajak Vani menunjuk para murid yang sudah berjalan beramai-ramai menuju panggung utama.

Olin tersenyum. "Ayo," balas Olin lantas menggandeng tangan Vani untuk berjalan bersama.

Baru beberapa langkah kedua cewek itu berjalan. Namun, mereka mendengar panggilan akan namanya. Mereka pun berbalik dan mendapati Zion Juan yang berlari mendekat.

"Foto bareng yuk?" Ajak Juan pada dua orang cewek itu. Sebenarnya, hal ini hanya ia tujukan pada Vani.

"Yaudah ka Juan sama Vani dulu berdua!" Seru Olin peka.

Olin mendorong Vani pelan agar mendekat pada kakaknya untuk di foto. Cewek itu pun menurut dan mereka berdekatan untuk berfoto bersama.

Jarak mereka cukup dekat namun masih tampak canggung satu sama lain. Olin gemas sendiri melihatnya. Sebenarnya, Juan ingin sekali merangkul Vani namun kaos cowok itu dipenuhi keringat karena sehabis bertanding.

Setelah beberapa jepretan diambil, kini giliran Olin yang berfoto bersama Juan. Foto kakak beradik yang hanya sekali jepret karena Olin dan Juan males untuk berlama-lama foto bareng. Toh, mereka bisa foto bareng setiap hari kalau mau.

Setelahnya Juan mengambil alih handphone-nya yang tadinya di pegang oleh Olin. Cowok itu kini mendorong adiknya untuk foto bareng temannya.

"Nah, sekarang lo berdua," ujar Juan dengan siap sedia mengambil posisi sebagai fotografer.

Bukannya malu-malu justru Olin malah tersenyum senang.

"Gue foto bareng ka Zion nih?" Tanyanya bersemangat.

Zion tersenyum. "Sini," ajaknya agar Olin mendekat.

Dengan penuh aura gembira Olin mendekat pada Zion dan berpose dengan semangat sementara Zion tampak kaku.

"Kak ayo kaya gini!" Olin menunjukkan pose saling hormat yang ia lihat di internet baru-baru ini.

Zion hanya bisa menuruti kemauan adik kelasnya ini. "Gini?" Coba Zion.

Olin mengangguk. "Iya gitu!"

Mereka pun membenarkan posisi masing-masing dan Juan pun mulai menghitung mundur untuk memfoto.

Setelah beberapa jepretan mereka meminta tolong pada orang yang lewat untuk mengambil foto mereka berempat. Lantas pergi menuju panggung utama.

▪️▪️▪️

Seluruh peserta lomba kini sedang mengerubungi panggung utama dimana puluhan piala berjejer didepan sana, tentu saja karena ini event besar.

Olin,Juan, Zion, dan Vani berdiri di tengah menunggu pengumuman untuk lomba pidato dengan hati yang gelisah. Sementara Jaemin sedang berdiri bersama Tysa di pinggir keramaian.

Beberapa saat berlalu dan akhirnya sampai pada waktu dimana pengumuman pemenang lomba pidato akan diumumkan. Vani harap-harap cemas karena Olin sudah sangat mempersiapkan pidatonya, Vani tau itu karena ia selalu membantunya berlatih.

"Oke! Sekarang langsung aja kita umumkan pemenang lomba pidato pada hari ini," ujar pembawa acara dengan lantang.

"Lin!" Vani bersemangat.

Olin tampak tenang namun juga deg degan.

"Juara ketiga dari lomba pidato adalah....

Ikhsan farisi dari SMA islam Al-issyahakim! Selamat! Silahkan maju ya!"

Semua orang bersorak gembira.

"Selanjutnya, juara dua diraih oleh....

Bella Kinaya dari SMA Guna Darma! Selamat! Silahkan maju!"

"Dan yang paling di tunggu-tunggu adalah juara satu dari lomba pidato, diraih oleh.....

Violin Giavina dari SMA Nusa satu! Selamatt!! Silahkan maju Violin!"

Olin terbelalak menatap Vani begitupun temannya itu.

"Lo menang Lin!" Ujar Vani bahagia. "Yeay!!" Mereka berpegangan dan lompat-lompat kecil saking senangnya.

Olin pun maju dan berdiri sejajar dengan pemenang lainnya. Penyerahan piala dilakukan dengan kepala sekolah SMA harapan sebagai pemberinya. Setelah selesai Olin turun dengan senang membawa piala, piagam, dan hadiahnya.

"Selamat ya!" Vani sungguh senang melihat temannya menang.

"Selamatnya Lin!" Ucap Zion tersenyum senang.

Juan mengacak pelan rambut Olin. "Selamat ya," ujar cowok itu senang.

Olin tersenyum bahagia. "Makasih!" Balasnya untuk mereka semua.

Dari kejauhan, Jaemin menatap cewek itu dengan raut wajah tak suka. Olin tampak sangat akrab dengan Zion sementara Jaemin berdiri disini dengan jarak yang sangat jauh dari cewek itu.

"Jae!" Panggil Tysa entah yang keberapa kalinya.

Jaemin tersadar dan menoleh pada cewek itu. "Hmm?"

"Itu pengambilan piala buat lomba futsal!" Tysa menunjuk panggung.

Kali ini adalah pengambilan piala dari pemenang lomba futsal yang mana juara satunya adalah sekolah Olin atau tim Juan.

[Tamat] The Boy with Pink Hair | Na Jaemin ✔Where stories live. Discover now