be my first boyfriend part4

3.7K 201 9
                                    

happy birthday untuk andini. Ini hadiah kecil aku untuk kamu. maaf telat. semoga kamu suka. :)

Pelajaran terakhir sudah berarkhir aku merapihkan buku-bukuku dan berjalan keluar. Baru saja aku melangkah keluar. Beberapa mahasiswi menghalangiku. Dengan gaya yang dibuat-buat, mereka semua seakan mengenalku sejak lama. Padahal mereka tidak pernah menegurku sewaktu aku masih menjadi kutu buku. Dan mereka sering sekali mengucilkanku. Tapi sekarang? Mereka seakan teman akrabku sejak kecil.

Aku tak bisa keluar dari kerumunan ini. Aku seakan terjebak dalam kerumunan masa yang siap untuk demo bbm. Dua perempuan merangkul lenganku agar aku tak bisa keluar. Sedangkan gerombolan lainnya membuat barikade agar aku terkurung. Seorang di samping tak hentinya berkoar. Aku tak mengerti apa yang mereka bicarakan. Hingga satu tangan menarikku dengan paksa dan memelukku.

“Maaf nona-nona, gue butuh cewek cantik ini. Jadi shoppingnya next time aja ya.” Aku menatap Daffa, ia memeluk pinggangku dan membawaku pergi dari keramaian. Sejak kejadian beberapa hari lalu, aku dan Daffa sudah resmi menjadi teman. Ia sering menjagaku dari para pengganggu. Playboy yang ingin mengerjaiku. Atau cewek-cewek yang iri dengan perubahanku. Dia lebih banyak membantuku. Seperti seorang sahabat yang siap kapan pun. Walau sifat playboynya sering menggodaku. Namun sayangnya itu takkan ampuh olehku. Tangan kecilku akan langsung menjitak kepalanya setiap kali ia berusaha untuk menggodaku. Dan dia tak pernah marah, hanya tertawa terbahak melihatku kesal.

“Kenapa lagi fans baru lo?” Tanyanya saat kami berjalan menjauhi kerumunan. Tangannya masih memelukku dengan posesif. Percuma aku menarik tangannya itu, karena ia akan tetap menahannya. Selain masih banyak yang memperhatikan kami. Ia pun selalu seperti ini padaku. Dan aku yakin ia selalu melakukan ini pada semua wanita. Mungkin hanya aku yang takkan bisa terkena rayuan bodohnya.

“Seperti biasa, sok SKSD dan mengajakku jalan dengan penuh paksaan.” Jawabku. Ia mendengus dan merapatkan tangannya di pinggangku.

“Kalau gue telat dateng sedikit aja, bisa gue jamin. Mereka bakal bawa lo keruangan yang paling gelap dan nyekap lo. Terus lo bakal di bully abis-abisan sama mereka.” Aku sedikit ngeri dengan ucapannya. Namun ia tertawa dan mencolek daguku dengan manja.

“Tapi tenang aja sayang, gue bakal tetep jaga lo kok.” Rasanya aku ingin muntah. Tapi cukup senang karena ia selalu ada disisiku dan melindungiku.

“Geli gue lo panggil sayang.” Ucapku dengan senyum mengejek. Tanpa di duga langkah kaki kamu sudah sampai pada pintu gerbang kampus. Beberapa tukang dagangan sudah berjejer rapih didepan. Dari bakso, mie ayam, tukang bubur beserta tukang es dari eskelapa sampai es teh. Daffa mengajakku duduk di bangku panjang yang masih kosong. Aku hanya memesan es kelapa segar sedangkan Daffa bakso dan coca-cola.

Aku sadar beberapa pasang mata menatapku sinis. Ucapan-ucapa sinis dan tuduhan-tuduhan tak berdasarkan pun terucap dengan suara yang sangat di rendahkan. Namun sayangnya aku sudah terlalu tidak perduli. Seperti biasa yang tidak pernah perduli pada siapapun. Daffa menceritakan cerita bodohnya bersama gadis-gadis bodoh yang selalu mengejarnya. Sesekali juga aku melihat seorang gadis tersenyum padanya dan menatapku dengan sinis. Hingga tak jauh dari tempatku duduk. Ia menatap kami dengan tatapan tidak suka.

Aku tak mengerti kenapa ia menatapku seperti itu. Seakan marah akan kedekatanku dengan Daffa. Aku tidak mengerti kenapa ia hanya berdiri disana. Kenapa ia tidak mendekatiku dan menarikku bersamanya. Mencoba mendekati aku dan berbicara denganku. Kenapa ia sangat acuh padaku. Bahkan ia semakin tak terjangkau olehku. Sepertinya aku tidak akan pernah mendapatkannya.

“Din, Andini. Andini Ekaputri.” Panggilan Daffa membuatku tersentak. Ia masih berdiri disana. Namun aku tak lagi memperhatikannya. Karena perhatianku tertuju pada Daffa di hadapanku.

be my first boyfriendWhere stories live. Discover now