39 | honeymoon crashers

30.9K 3.6K 467
                                    

Pemenang voucher Karyakarsa chapter 38: syr_27 3k; Rfty97 & yul_nda 2k




39 | honeymoon crasher



"UDAH kayak sapi aja kita hari ini. Kerjaannya molor, memamah biak, sama kawin doang dari pagi."

Ucapan Iis tersebut serta merta membuat Gusti terdiam. Melongo. Nggak nyangka bisa begitu lancar keluar dari bibir tipis istrinya, yang sekarang lagi judes mode on.

Bukan. Bukan judes beneran yang perlu diwaspadai. Cuma judes-judes manja karena merasa terintimidasi dan bingung mau pasang muka gimana.

Dan terintimidasi juga sebenarnya rada lebay untuk dipakai mendeskripsikan situasi Iis sekarang, sih.

Benar, saat ini dia adalah pihak yang lemah.

Tapi bukan berarti dia kalah. Dia menang banyak, malah. Dari tadi pagi.

Jadi, judesnya tuh lebih untuk menjaga harkat dan martabat sebagai cewek aja. Biar nggak kelihatan needy. Biarpun sah-sah saja kalau pengantin baru kepo dan semangat abis untuk mengetes kenormalan fungsi syaraf-syaraf di tubuhnya dan di tubuh pasangan. Dan sebagai partner, Gusti jelas nggak keberatan sama sekali. Ikut senang dan bangga, malah. Hahaha.

Pria itu manggut-manggut beberapa kali—saking takjub dan speechless—sebelum akhirnya bisa menyahut ocehan sang istri. Memandang wanita yang sedang bersandar dalam pelukannya itu lewat pantulan cermin besar yang menempel di dinding kamar mandi di seberang.

"Pas kamu tidur tadi pagi sampe siang, aku udah jalan-jalan keliling resort, hunting foto di pantai, nongki-nongki di club. Dan karena pas balik ke kamar, kamunya masih tidur, masih sempet renang dulu empat puluh lima menit—belum termasuk rest-nya." Gusti pasang senyum penuh kemenangan saat menjelaskannya. "Sapi doesn't do those things. Jadi kata 'kita' di kalimat kamu tadi sama sekali nggak relevan di sini."

Iis menoleh ke belakang, melotot padanya dengan kesal.

Hmm. Can you imagine? Sekarang sudah sore, langit di luar mulai gelap, angin yang berhembus juga mulai terasa agak dingin, dan mereka berdua lagi menikmati sunset di jacuzzi—berendam sambil menikmati mocktail, hanya berpenerangan lilin aromaterapi karena Iis menolak menyalakan satu lampu pun, karena nggak sanggup melihat penampakan diri sendiri di depan cermin.

She looks like a mess, sih, emang. Kayak korban tsunami—which is nggak salah-salah banget, karena Gusti pernah mendengar anak-anak alay menyebut those releases as a tsunami.

Kebetulan, selesai makan siang menjelang sore tadi, setelah perut rada lega dan matahari agak menyingsing, mereka memang mencoba peruntungan sekali lagi. Dan setelah mengamalkan semua panduan yang sempat dibaca masing-masing, akhirnya mereka berhasil juga menemukan strategi yang paling sesuai untuk kedua belah pihak. Bahkan saking suksesnya, Gusti berhasil membuat sang istri berakhir terkulai lemas di sun lounge. Dan harus digendong ke jacuzzi sebelum menggigil kedinginan kena angin sore.

"Okay. Then I'm the only 'sapi' here." Iis mendengus, menjauhkan tangan Gusti yang masih bergerilya di tubuhnya, beringsut ke sisi lain bathtub untuk mengambil gelas mocktail-nya—and that looks weird karena tadi wanita itu bilang kayaknya dia bakal muntah kalau harus minum sambil berendam begini, karena somehow mocktail mereka yang berwarna kemerahan tampak seperti air kembang yang diambil dari bathtub, yang mana airnya jelas sudah tidak suci lagi sejak mereka berdua nyemplung. "So, biar nggak jadi sapi beneran, marilah setelah ini kita segera merealisasi itinerary kamu yang sebenarnya. Biar lebih berasa jadi manusia."

WEDDING BRUNCH [COMPLETED]Where stories live. Discover now