.・゜03 ⚠ ゜・

2.1K 171 7
                                    

"Ssh- H-haruto-"

Yedam menggigit bibir bawahnya. Tak peduli ruangan Haruto kedap suara, Yedam tak mau ambil resiko. Dengan mengeluarkan desahannya, hormon Haruto akan semakin bergejolak.

No. Yedam tau tempat. Ini kantor. Dan lagi- ini jam kerja. Lagi- sejam lagi Haruto dan dirinya harus pergi bertemu client.

Sayangnya, bagi Haruto, tanpa desahan pemuda Bang di depannya ini, ia sudah terangsang hebat. Bibir Yedam sangatlah manis, bau tubuh Yedam begitu menggoda, dan setiap inci tubuh Yedam sayang untuk dilewatkan oleh jemarinya.

Mencumbu bibir Yedam hingga menjalar ke leher namja yang lebih kecil, adalah kegiatannya sedari tadi.

Haruto semakin gemas menciumi leher Yedam. Membuat Yedam dengan otomatis mendongak. Memberi akses lebih pada Haruto. Namja Jepang itu semakin mengeratkan pelukannya pada pinggang Yedam.

Menghentikan kegiatannya, Haruto membawa wajah Yedam yang kini merah padam untuk menghadapnya. Haruto menyatukan kedua dahi mereka dan mengecup sekilas bibir Yedam.

"Hyung, can i?" ujar Haruto meminta izin dengan low tone nya. Jujur, ia sangat ingin menyerang Yedam kali ini.

"Ini kantor, Haruto,"

"Kan aku yang punya,"

"ini jam kerja,"

"Tidak berlaku untuk CEO seperti ku dan sekretaris tercinta ku,"

Yedam berdecak pelan.

"Nanti kita harus ketemu client, sayang ku,"

Haruto berusaha menahan tawanya. Stay cool memasang wajah cemberut nya. Idih. Cool konon.

"Telat bentar gapapa, by.."

"Tap-"

Tok tok

Yedam dan Haruto menoleh bersamaan ke arah pintu yang di ketuk. Haruto menggerutu kesal dan dengan segera meraih laptopnya. Memeriksa melalui intercom yang memang terhubung dengan laptopnya.

Raut wajah Yedam berubah datar. Setelah mengetahui siapa yang datang, ia segera turun dari pangkuan Haruto. Membetulkan kancing baju milik Haruto terlebih dahulu dan kemudian segera pergi ke mejanya. Bersembunyi di balik meja kerjanya tentu saja.

Ia belum membenarkan pakaiannya. Haruto itu ya- tidak bisa bercumbu dengan rapi. Eh- hey, siapa yang bisa melakukannya, Yedam? Astaga.

Haruto dengan segera beranjak memakai kembali jas nya untuk menutupi kekusutan kemejanya. Dan- membuka kunci pintu ruangannya. Ya- sedari tadi, Haruto memang mengunci pintu. Berjaga-jaga jika ada orang seperti tamunya sekarang yang bisa saja membuka pintu tanpa mengetuk.

"Ngapain kamu kunci pintu ruanganmu?"

"Tuh kan, Pa. Haruto pasti ngapa-ngapain,"

Duh. Tahan. Haruto tahan. Jangan emosi. Baru juga buka pintu, Jeongwoo tu ya- hiih.

"Kan. Seudzon. Aku barusan mau ganti baju buat ketemu client. Trus kalian dateng," bohong nya.

Jeongwoo masuk dan celingak-celinguk. Mencari Yedam tentu saja. Ia melangkahkan kaki menuju ruangan yang terbatasi dinding kaca di sana. Namun, suara Haruto menghentikan nya.

"Sekretaris ku ada di bawah. Dia lagi diskusi sama departemen pemasaran tentang event baru kami. Gak usah masuk ke sana," ujarnya dingin.

Yedam yang sedari tadi bersembunyi di bawah meja pun bernapas lega kala langkah Jeongwoo terdengar menjauh.

Haruto pun duduk berhadapan dengan Papanya di sofa yang berada dalam ruangan nya.

"Kamu tahu kenapa papa ke sini?"

•Selfish• [ℎ𝑎𝑟𝑢𝑑𝑎𝑚] ✔Onde histórias criam vida. Descubra agora