29

17.7K 1K 40
                                    

Happy reading ❤️❤️

Pagi ini, Arum tengah bersiap-siap untuk kembali ke Bogor. Karena memang hanya semalam saja ia menginap disini.

Arum tengah duduk di sofa ruang tamu sambil menyiapkan tas berisi pakaian yang semalam Kia bawa. Tetapi kegiatannya itu terhenti karena sebuah suara.

"Loh, Rum. Kamu mau ngapain?" Susan bertanya dengan nada penasarannya.

Arum menoleh dan tersenyum.

"Susan. Hm, ini. Aku lagi siap-siap mau pulang."

Susan duduk di sebelah Arum dan kembali bertanya.

"Pulang? Ke Bogor? Kenapa ga tinggal di sini aja?"

Arum menghela napas, "maaf, San. Ga enak sama tetangga kalo aku tinggal lama-lama disini. Apalagi aku dan Mas Rama itu belum memiliki ikatan yang sah."

Susan manggut-manggut. "Iya udah. Aku doain, semoga kamu cepet-cepet nikah deh, sama Mas Rama. Jujur aja, Rum. Aku kesepian, ga ada temen perempuan buat tempat curhat."

Arum tertawa pelan. "Nanti kamu bisa cerita-cerita ke aku, kok. Aku siap dengerin curhatan kamu."

Susan tersenyum, "makasih ya, Rum."

"Iya, sama-sama, San."

"Ekhem." Suara deheman Rama membuat kedua perempuan itu menoleh.

"Eh, Mas Rama. Rum, aku tinggal dulu ya. Mau ke kamar," ujar Susan, lalu pergi dari sana.

"Kamu mau pulang sekarang?" tanya Rama sembari duduk di tempat Susan tadi.

Arum mengangguk, "iya, Mas. Hari ini 'kan aku juga kerja."

Rama manggut-manggut. Pria itu mengulum senyum, "sebenarnya, aku mau mengajak kamu untuk mencari cincin pernikahan."

"Maaf, Mas. Hari ini aku kerja. Ga enak kalo kebanyakan izin sama Mpok Lela," tolak Arum.

"Ya, gimana ya, Rum. Soalnya kita akan menikah seminggu lagi."

Arum terkejut, "astaghfirullah. Mas, kamu serius?"

Rama terkekeh melihat raut wajah terkejut Arum, benar-benar lucu.

"Iya, Rum. Soalnya aku udah ga tahan jauh dari kamu dan anak-anak. Rasanya seperti tidak hidup kalo engga bersama kalian." Entah itu hanya gombalan atau apa. Tanpa Rama sadari, Arum tersipu mendengarnya. Arum hanya menutupi rasa saltingnya itu dengan anggukan.

"Terus, undangan dan segala macem? Mas, itu ga cukup untuk waktu seminggu loh," sergah Arum.

"Cukup, kok! Cukup banget malah," jawab Rama cepat.

"Gimana bisa?" tanya Arum bingung.

"Itu urusan aku, semuanya gampang. Kita cuma tinggal nyari baju pengantin sama cincin."

"Mau, 'kan? Kamu ke mal?" Rama kembali bertanya.

Arum menelisik penampilannya sendiri. Arum merasa tidak percaya diri, hanya dengan baju dan rok panjang seadanya, membuat Arum merasa minder.

"Kenapa?" tanya Rama heran.

Arum menggeleng, "aku ga pantes kesana, Mas. Penampilan aku aja kayak gini. Kamu ga malu?"

"Malu? Kan kita kesana untuk belanja. Kalo kita mencuri, baru kita harus malu."

"Tapi aku 'kan belum izin sama Mpok Lela, Mas. Ga enak kalo aku ga masuk kerja gitu aja tanpa keterangan." Nampaknya Arum tak mau kalah mencari alasan.

"Aku udah bilang sama Mpok Lela. Kamu cuti mulai hari ini."

Mata Arum membola, "kamu? Kapan? Terus gimana bisa?"

Arumi [End] Where stories live. Discover now