My Starlight

13.3K 1.8K 819
                                    

"Ji..."

Plak

Satu tepukan---yang lebih mirip tamparan---mendarat di pipi kanan Jisung.

Tapi, percuma. Tidur dan mati memiliki artian yang sama untuk lelaki Park tersebut.

"Ji!"

"Ayo bangun!" Chenle mulai gondok. Jemari mungilnya bahkan tanpa ampun menarik surai gelap sang dominan.

"Jisung-ah... bangun! Kau ini manusia atau kerbau, sih?!" kesalnya makin menjadi.

"Ya! Park Jisung!" sang suami tetap tak bergeming. Jangankan bangun, bergerak saja tidak. Sel sarafnya seakan benar-benar mati.

"Jisung!" napas lelaki manis itu mulai tak beraturan. Lelah juga terus-terusan berteriak.

Maka dengan wajah yang luar biasa tertekuk ia menyingkap selimut. "Ya sudah! Aku sendiri saja!" sebalnya lagi. Tak lupa memberikan satu jeweran penuh nafsu ke telinga sang suami. "kau menyebalkan!"

Chenle berniat bangkit untuk menuntaskan keinginannya. Namun, seutas cekalan tangan menghentikan lajur geraknya. "Mau kemana, hm?" Disusul pertanyaan bernada serak, khas bangun tidur.

Sementara yang ditanya melirik sinis. "Bukan urusanmu! Lepas!"

"Kemari." Jisung menarik pelan tubuh yang lebih kecil darinya itu. Membuat si manis tengkurap tepat diatasnya lalu melilitnya dengan pelukan erat.

Sang calon anak tidak akan tersakiti, tenang saja. Meski masih termasuk mungil, namun si kecil sudah bertumbuh semakin kuat diusianya yang ke 10 minggu lebih tiga hari ini.

"Segala sesuatu tentangmu tentu saja urusanku."

"Tidak peduli!"

"Sungguh?" lelaki tinggi itu malah makin menggoda. "kalau begitu aku tidur lagi saja." Lanjutnya pura-pura terpejam.

"Jisung!" Berhasil. Chenle mulai merengek. "ayo banguuuuun... jangan tidur lagiiiiii..." Dengan gemas ia memukuli dada bidang dibawahnya.

"Katanya mau sendiri." Jisung menyahut, netranya masih setia menutup.

"Makanya lepaskan!" Chenle balas berteriak. Sudah biasa mulut manisnya ribut begini.

"Tidak mau."

"Jisung!"

"Sebut aku dengan benar dulu."

"Park Jisung?"

"Sayang." Koreksi si lelaki Park.

"Jelek, bagus Jisung saja."

Negosiasi gagal. "Coba lepas sendiri kalau begitu."

Si manis makin manyun. Dilihat dari sisi mana pun ia tak punya tenaga lebih untuk melawan kuasa seorang Park Jisung.

Cara satu-satunya yaitu menangis. Tapi ia sedang tidak mood untuk melakukannya.

"Kalau anak kita membencimu karena tidak menuruti keinginannya, jangan salahkan aku." Masih ada satu cara, mengkambing hitamkan sang buah hati.

"Kita tinggal membuat anak lain yang mau menyayangiku." Balas Jisung enteng.

Sebenarnya, sejak pertama kali sang istri terbangun ia juga ikut terjaga. Sudah beberapa bulan ini tidurnya mudah sekali terusik hal-hal kecil. Keharusan menjadi suami dan calon ayah siaga membuat kebiasaannya berubah total.

Sel saraf yang awalnya mati rasa berubah peka maksimal. Jisung tidak akan tidur sebelum memastikan Chenle nyenyak, tidak akan makan sebelum lelaki manisnya itu menelan makanannya, tidak akan mandi sebelum Chenle memandikannya. Oke. Coret kalimat terakhir.

From Home | ChenJiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang