1

176 42 43
                                    

cempaka merasa super duper sial rasanya sore ini.

pertama, ia harus menghadap dosen mengurus ini itu tergait tugasnya.

kedua, terpaksa ia pulang sendiri karena teman-temannya pergi entah kemana.

dan terakhir, ini yang ter-ah mantap. dirinya harus bermandikan air entah apa ini dengan warna kehitaman dan bau yang- yaudah gausah dijelasin lagi.

oh lupa disebutkan, puncak kemarahannya adalah ini,

"teteh, tabung gambarnya..." ujar haidar pelan.

cempaka sontak menengok ke arah tabung gambarnya yang sedari tadi ia kalungkan.

"anjrit,"

.

mau tidak mau kedua bocah yang salah target itu turun ke parkiran untuk minta maaf pada korban. menuruni anak tangga terakhir, maraka melihat haidar dan gerombolannya ikut mengerubungi korban mereka yang terduduk pasrah di aspal parkiran.

"duh degdegan gua," ujar lucas namun masih bisa-bisanya cengengesan.

maraka hanya membalasnya dengan senyuman walau dalam hatinya takut banget men.

namun nyatanya senyuman mereka berdua sirna saat melihat gadis yang kesiram tadi lagi nangis.

oh jangan lupakan, kumpulan kertas ukuran a2 yang ia pegang. ditambah nathan, renan, dan nares yang mencoba membantu mengeringkan kertas-kertas itu.

"mampus," ringis maraka. semoga saja dugaannya salah.

"kita jemur belakang kulkas kosan kering kok ini teh,"
"bisa kok bisa keringgg kulkasnya renan canggih,"
"namanya kulkas ya sama aja kali res- e-eh iya teh bisa kering kulkas renan beda dari yang lain!"

kepercayaan diri mereka berdua seolah lenyap seketika setelah melihat jaket almamater yang gadis itu kenakan bertuliskan "HIMPUNAN MAHASISWA ARSITEKTUR".

"aduh teh ulah ceurik atuh, maap pisan ini mah," kata haidar sambil berjongkok.

"ha ha ha ha, tah dar aing ketawa," balas gadis itu dengan wajah sebal dan masih dengan posisi duduk pasrah diatas aspal.

"HAHAHAHAH anying beungeut maneh teh," ujar haidar yang malah mendapat takolan dari nares.

nareswara mengacak rambutnya kebingungan melihat interaksi haidar dan teteh itu, sambil menengok ke gerombolan teman-temannya yang sama bingungnya dengan dia. matanya pun bertemu dengan maraka dan lucas yang berjalan lambat ke arah mereka.

"anying ngapa make dibawa segala embernya?" kata renan gak selow.

maraka melihat kalau hanya dirinya sendiri yang turun membawa ember tadi, "eh gatau???"

"bau anjir pake dibawa-bawa, udah tau itu air comberan," lanjut renan, ngedumel.

"EKHEMMM"

"apasih akham ekhem gitu?"

nathan berdecak sambil nyikut pelan. pelan bagi dia tapi, "lu liat-liat lah kalo ngomong,"

"apasih? emang bau embernya ngapa malah dibawa ya bener dong?" tanya renan masih gak peka.

"it-"

"iya bener banget embernya bau, gue juga," komen cempaka yang bikin renan gatau kenapa langsung salting iket tali sepatunya, malu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 07, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

surprise?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang