Secret

82 8 3
                                    

— La Deuxième : Secret —

Mingyu masih berada di alam mimpi dan tersentak dari tidurnya ketika pintu masuk apartemennya di ketuk dengan tak sabaran. Semakin lama ketukan dan juga suara bel yang di tekan bergantian intensitasnya semakin banyak. Terlihat sekali bahwa si pelaku memiliki batas kesabaran yang sangat minim.

Mingyu baru saja akan melangkahkan kakinya menuju pintu depan untuk melihat intercoms ketika ponsel yang berada di nakas samping ranjangnya bergetar menandakan adanya panggilan masuk. Meraih ponselnya kemudian langsung menjawab panggilan itu dan telinganya langsung di sapa oleh pekikan nyaring dari seberang.

"Aku tahu kau sudah bangun sedari tadi, jadi bukakan pintu ini segera atau aku akan menghancurkan pintu sialan ini atau aku juga bisa melakukan hal-hal yang aneh di depan pintu apartemen mu dan membuat tetangga mu keluar."

Mingyu hanya merespon dengan decakan kecil langsung mematikan sambungan tersebut kemudian membukakan pintu itu yang setelahnya terlihat seorang wanita dengan pakaian mahal nan modis melekat di tubuh kecilnya. Alih-alih terpesona atau sejenisnya Mingyu malah merotasikan matanya jengah.

Sambil melangkah menuju sofa ruang tamu ia melontarkan kalimat yang membuat wanita yang membuntutinya itu berdecak kesal. "Kau mau kemana berpakaian seperti itu? Bukankah ini masih terlalu pagi untuk kau menjual diri."

"Mulutmu itu tidak pernah benar ya kalau berbicara. Sopanlah sedikit, bagaimanapun aku lebih tua darimu." Mingyu tak merespon apapun, ia malah memainkan ponselnya tanpa sedikitpun menoleh ke arah wanita yang memposisikan diri duduk disampingnya itu.

Melihat tak akan ada kalimat yang akan di mulai oleh orang di sampingnya ini, si wanita menghela napas. Lelaki itu tak pernah berubah sama sekali.

"Hey. Bagaimana kabarmu?"

"Menurutmu saja aku terlihat bagaimana?" Mingyu menjawab tanpa menatap lawan bicaranya.

"Dari terakhir bertemu sebulan yang lalu, kau terlihat baik-baik saja. Tapi tak sebaik-baik itu juga, as usually, right?" Wanita itu mengeluarkan ponsel dari tas yang ia bawa kemudian mulai membuka aplikasi sosial media miliknya.

"Yeah. Seperti biasanya juga, kau selalu bisa membaca ku."

"Dan hari ini kau terlihat kurang istirahat, kantung matamu terlihat sangat mengerikan, kau tahu?" Ia bergidik kecil ketika memperhatikan wajah lelaki di sampingnya sebentar.

"Aku menemani kekasihku mengerjakan laporannya sampai jam enam pagi dan aku baru terlelap ketika kau hampiri merusak pintu apartemen ku. Jadi? Apa yang kau inginkan hingga sepagi ini bertamu ke rumah orang?" Lelaki itu langsung mengajukan pertanyaan, kentara sekali bahwa ia mengalihkan pembicaraan, tak ingin pembahasan ini berlanjut.

"Sekedar informasi ini sekarang sudah hampir masuk jam makan siang dan juga apa aku kemari hanya jika membutuhkan sesuatu? Ku rasa aku tidak begitu."

"Kau iya. Buktinya, sebulan lamanya tidak bertemu —setelah terakhir kali kau datang dan meminta kepada ku untuk menjadi supir pribadi, ataupun mengirimkan pesan kau tiba-tiba datang ke sini, sok manis, berdandan. Apalagi kalau bukan ada maunya."

Si wanita tersenyum meringis, secara tidak langsung mengakui hal tersebut. "Oke oke, to the point saja. Aku ingin kau menemaniku ke pesta pertemuan kolega, nanti kau ku beri imbalan. Bagaimana?"

Mingyu meletakkan ponsel yang sedari tadi ia pegang ke atas meja, kemudian menatap wanita disampingnya yang sedang tersenyum manis dibuat-buat dan tidak lupa raut wajah memohonnya. Mingyu mendengus.

"Apa aku dalam posisi yang bisa memilih?"

"Tentu saja tidak." Si wanita mengukir senyum kemenangan di wajahnya. Membuat Mingyu hanya bisa menghela napas pelan. Mau bagaimana pun caranya ia menolak nanti, wanita ini akan terus membujuknya, ia yakin sekali.

𝐋 𝐈 𝐀 𝐑 [ON HOLD]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora