Part 12

1.4K 196 23
                                    

Kini dua keluarga terlihat menunggu dengan cemas di depan sebuah ruangan. Suho beberapa kali mengusap kasar wajahnya. Baru saja ia menerima kabar jika putri bungsunya kembali mengalami kejang. Irene duduk dengan Wendy dan Seulgi di sebelahnya. Keluarga Hwang juga di sana, menunggu dengan perasaan takut. Mereka sungguh khawatir dengan keadaan Yeri. Lisa meremas tangan kakak ketiganya. Chaeyoung yang menyadari ketakutan di wajah Lisa langsung mengusap lembut bahu adiknya, membisikkan kata-kata menenangkan dan meyakinkan sang adik jika semua akan baik-baik saja.

"Kita duduk ya, badanmu masih terasa hangat."

Lisa hanya menurut kala kakak ketiganya menuntunnya untuk duduk di kursi tunggu. Chaeyoung terus mengusap bahu adiknya, dapat ia rasakan tubuh sang adik yang sedikit bergetar.

Tak bisa di gambarkan seperti apa perasaan mereka sekarang. Harapan untuk Yeri hidup memang kecil, tapi sungguh besar harapan mereka agar Yeri mampu bertahan dan kembali pada mereka. Saat ini tak terlihat pertengkaran dari kedua keluarga itu seperti hari-hari sebelumnya. Bukan berarti keluar Hwang sudah di maafkan. Bahkan sejak tadi, Suho dan Wendy masih menatap kebencian pada keluarga yang dulu sempat menolong Yeri.

Dokter keluar dari ruangan Yeri, hal itu langsung membuat kedua keluarga itu bergegas mendekati Dokter.

"Ini sungguh di luar akal sehat, anak anda sudah bangun dari komanya."

Kabar yang langsung di sambut air mata bahagia oleh mereka. Suho mendekap tubuh Irene, air mata pria empat anak itu juga jatuh. Ia menarik istri dan anaknya untuk ia dekap. Hal sama juga di lakukan oleh keluarga Hwang. Mereka benar-benar bersyukur mendengar Yeri akhirnya sadar.

"Apa kami boleh melihatnya?" Seulgi bertanya seraya mengusap air matanya.

"Setelah di pindahkan ke ruang rawat, kalian bisa menjenguk Nona Yeri."

"Ma." lirih Lisa.

Tiffany menarik Lisa ke dalam pelukannya, air matanya terus saja turun. Bagaimana pun ia sudah menganggap Yeri seperti anak kandungnya sendiri. Ibu mana yang tidak sakit melihat putrinya berjuang melawan maut selama dua tahun lebih. Doa dan harapannya tak sia-sia karna Yeri kembali membuka mata.

"Sayang, adikmu sadar. Dia sudah bangun dari tidur panjangnya." ucap Tiffany seraya mengusap lembut punggung putrinya.

Jennie tersenyum tipis, hanya dirinya satu-satunya orang yang tidak menangis. Bukan berarti ia tak senang. Ia bahkan tidak tau harus bersikap bagaimana. Dalam hati ia begitu bersyukur tentang kondisi Yeri yang sudah membaik. Tapi di sisi lain dirinya juga takut, ia takut Yeri tau buruknya sikap keluarganya hingga Yeri akan ikut membenci keluarga Hwang.

"Maaf Tuan, bisa kita bicara sebentar." ucap Dokter seraya menatap Suho.

"Aku akan tetap disini menunggu Yeri."

Suho mengangguk mendengar ucapan istrinya. Ia mengusap lembut pipi Irene yang basah.

"Aku akan bicara dengan Dokter." ucap Suho lalu melangkah mengikuti Dokter.

......

Yeri akan di pindahkan ke ruang rawat VVIP. Mereka berjalan mengikuti para perawat yang mendorong bangsal Yeri. Irene tak melepas genggaman tangannya di tangan Yeri. Putri bungsunya itu masih terlelap. Salah seorang perawat mengatakan jika Yeri membuka mata saat di dalam ruang ICU. Gadis itu kembali memejamkan matanya setelah Dokternya menyuntikkan obat di tubuh Yeri.

"Nona Yeri butuh istirahat yang cukup karna baru saja melewati masa-masa sulitnya. Koma dalam waktu yang begitu lama butuh pemulihan yang tidak sebentar Nyonya." ucap salah satu perawat yang mendorong bangsal Yeri.

PROMISE 2Where stories live. Discover now