satu

3.4K 302 57
                                    

Sebuah audi hitam mengkilap baru saja masuk melewati gerbang tinggi, yang kemudian berhenti di depan garasi rumah keluarga Park. Mobil yang disupiri oleh Kim Jongdae tersebut baru saja mengantar tuannya dari luar kota untuk sebuah pekerjaan. Perjalanan panjang yang cukup melelahkan hingga mereka pulang sampai larut malam.

Park Chanyeol keluar dari mobil setelah si asisten membukakan pintu untuknya.

"Jongdae, tolong urus berita-berita yang terus mengaitkanku dengan SH Group. Aku khawatir ini akan berakibat buruk."

"Baik presdir, saya juga melihat saham mereka mulai menurun pagi ini."

Park Chanyeol mendesah kecil. "Baiklah, upayakan saja agar tidak semakin kacau."

"Baik." Kim Jongdae membungkuk sopan.

Chanyeol kemudian berjalan melewati asistennya untuk masuk ke dalam, namun belum sampai jauh ia berbalik karena teringat sesuatu.

"Jongdae!" panggilnya.

"Ya, Presdir?" Jongdae berbalik dan segera mendekat.

"Setelah kunjungan pabrik di Busan, tolong siapkan jadwal cutiku. Aku akan ke Jepang untuk beberapa hari."

"Ke Jepang?"

Chanyeol mengangguk. "Aku harus mengunjungi ayahku."

"Oh. Baik, Presdir."

"Baiklah, kau bisa pulang dan istirahat sekarang."

Jongdae tersenyum dan membungkuk sopan. Ia membiarkan atasannya itu memasuki rumah.

Jongdae menatap punggung Park Chanyeol yang menjauh. Dalam hati ia bertekad harus memastikan jika berita mengenai atasannya ini tidak akan berakibat buruk. Ia akan memastikan bahwa keluarga Park Chanyeol akan baik baik saja mulai sekarang.

Jongdae tidak tega melihat tuannya selalu bersembunyi dan hidup dalam tekanan lagi.

.

.

Dengan sisa energi yang ada, Chanyeol mendorong pintu dan melangkah memasuki rumahnya. Jemarinya bergerak sedikit melonggarkan ikatan dasi yang sudah mencekiknya seharian penuh, tubuhnya lelah dan ia ingin cepat mengistirahatkan tubuh juga pikirannya. Pria tinggi nan gagah itu berjalan melewati ruang tengah yang temaram, sebagian lampu di rumahnya sudah dipadamkan mengingat saat ini memang sudah hampir tengah malam.

Memasuki kamar, ia melihat Baekhyun yang buru-buru meletakkan ponselnya lalu mengusap matanya dengan cepat ketika menyadari kehadirannya.

"Oh, kau sudah pulang?" katanya, bangkit dari tempat tidur kemudian berjalan menghampiri.

"Kau kenapa?" tanya Chanyeol. Menatap istrinya itu skeptis.

"Oh tidak, aku hanya baru menonton film sedih," jawab Baekhyun disertai tawa yang terdengar hambar.

"Menonton film, di ponsel?"

Baekhyun tidak menjawab, ia meraih tas Chanyeol dan menghindar.  "Aku siapkan air hangat, dulu."

Baekhyun berlalu ke kamar mandi. Lalu kemudian keluar lagi untuk menyiapkan baju tidur untuk suaminya.

Chanyeol menatap Baekhyun sembari melepas jas dan arloji di tangannya. Ia sangat hafal sekali ekspresi istrinya saat sedang banyak pikiran. Delapan belas tahun berumah tangga, tidak lantas membuat Baekhyun selalu terbuka dalam segala sesuatu padanya. Satu sikap yang sangat tidak disukai Park Chanyeol.

**

"Dia jahat sekali. Marah ya marah saja. Seharusnya mengatakan apa salahku, bukannya mendiamkanku seperti ini, iya kan?"

𝑻𝑯𝑬 𝑻𝑾𝑰𝑵𝑺 ; 𝑺𝒆𝒌𝒂𝒊 𝑭𝒕 𝑪𝒉𝒂𝒏𝒃𝒂𝒆𝒌 BLWhere stories live. Discover now